linimassa.id – Berada di kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, Masjid Raya Al-Jabbar banyak dikunjungi. Terlebih saat musim liburan sekolah.
Masjid Al-Jabbar yang dikenal juga dengan nama Masjid Terapung Gedebage merupakan masjid yang dibangun dengan dana kurang lebih 1 triliun dari dana APBD. Masjid berdesain estetik ini mulai dibangun pada 2017 di atas danau buatan dan baru selesai pada 2020.
Masjid yang diprakarsai dan didesain oleh Ridwan Kamil ini peletakan batu pertamanya dilakukan pada 29 Desember 2017 oleh Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat saat itu, Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar.
Asal tahu, di masa lalu, kawasan Gedebage merupakan sebuah rawa-rawa bekas peninggalan Danau Bandung Purba. Lalu akhir abad ke-19, rawa-rawa ini mulai mengering dan dijadikan area persawahan.
Kemudian perusahaan kereta api negara, Staatsspoorwegen membangun jalur kereta api yang menghubungkan Gedebage dan Cicalengka di tengah rawa-rawa ini. Tak lama kemudian, Gedebage menjadi sebuah kecamatan, setelah Kota Bandung dimekarkan dari Kabupaten Bandung pada 2006. Pemekaran ini, membuat kawasan ini menjadi ramai karena perumahan-perumahan baru mulai dibangun di sana.
Padatnya kawasan perumahan membuat pemerintah Provinsi Jawa Barat berinisiatif membangun masjid yang lebih besar dari Masjid Raya Bandung. Ide pembangunan masjid disetujui pemerintah Indonesia.
Usulan pendirian masjid didasari beberapa alasan. Pertama, Jawa Barat sebagai sebuah provinsi belum memiliki Masjid Raya tingkat Pemerintah Daerah Provinsi. Kedua, Jawa Barat adalah sebuah provinsi dengan jumlah penduduk pemeluk agama Islam terbanyak di Indonesia. Ketiga, Jawa Barat juga memerlukan masjid besar yang dapat membanggakan warganya.
Pembangunan Masjid Al-Jabbar sempat terhenti pada 2020 karena pandemi COVID-19, dan kembali dilanjutkan satu setengah tahun kemudian, tepatnya 24 Agustus 2021. Setelah melewati masa pembangunan selama 5 tahun, masjid ini akhirnya diresmikan pada tanggal 30 Desember 2022 oleh Gubernur Ridwan Kamil.
Situs aljabbar.jabarprov.go.id menyebut, Masjid Raya Al Jabbar mulai didesain tahun 2015 oleh Ridwan Kamil sebagai Masjid Raya tingkat Pemerintah Daerah Provinsi. Bangunan utama dirancang dengan luas lantai 99 x 99 m2 sesuai angka Asmaul Husna.
Arsitektur Masjid Raya Al-Jabbar dirancang dari perpaduan arsitektur modern kontemporer dengan aksentuasi masjid Turki yang dihiasi seni dekoratif khas Jawa Barat. Bangunan utama masjid tidak memisahkan dinding, atap, dan kubah, melainkan hasil peleburan ketiganya menjadi satu bentuk setengah bola raksasa.
Ketiga sisi bangunan Masjid Al-Jabbar dikelilingi sebuah danau besar yang, ibarat cermin, merefleksikan masjid menjadi berbentuk bulat utuh. Pada malam hari, kerlip tata cahaya menambah keindahan masjid. Selain keindahan, danau memiliki fungsi penting lain; sebagai retensi banjir sekaligus penyimpan air.
Luas dan tingginya lantai salat dihiasi 27 relung terbuat dari relief tembaga yang ditempa dengan halus oleh tangan-tangan terampil para perajin yang sangat tekun. Relief berupa motif batik ini mewakili tiap kota dan kabupaten yang sekaligus mengekspresikan kekayaan seni masyarakat Jawa Barat.
Lantai di bawah mezanin diterangi lampu kuningan karya perajin Gentur, Cianjur, dengan warna keemasannya yang mampu memberi rasa mewah. Di bagian dinding sisi barat, terdapat mihrab yang terhubung hingga mahkota di pucuk langit-langit yang melambangkan bahwa hanya kepada Allah SWT kita meminta.
Keistimewaan lainnya ada pada lantai dasar atau ma’rodh yang berisi museum sejarah Rasulullah SAW, sejarah perkembangan Islam di tanah air, dan sejarah Islam di Jawa Barat. Hal ini menjadikan Masjid Raya Al Jabbar sebagai satu-satunya masjid di Indonesia yang memiliki pusat edukasi berupa museum dengan penggunaan teknologi digital terkini.
Selain bangunan masjid dan danau, di lahan seluas 26 Ha ini juga terdapat taman-taman tematik tentang kenabian yang menarik untuk dikunjungi oleh berbagai kalangan. Di sisi timur masjid, berdiri sebuah patung kaligrafi “Al Jabbar” berwarna emas karya seniman terkemuka.
Patung ini berdiri di atas plaza bundar yang permukaannya dilapisi teraso buatan tangan dengan motif Wadasan berwarna biru dan kuning cerah yang memberikan kesan elegan. Kemudian, di sisi timur ini juga terdapat beberapa aksentuasi khas masjid Turki yaitu pelataran besar dikelilingi koridor dengan naungan dihiasi kaca patri warna-warni, serta paviliun wudu dengan keran air bertempat duduk yang berhiaskan mozaik cantik karya tangan perajin Jawa Barat.
Arsitektur Masjid Raya Al Jabbar berbeda dari arsitektur masjid yang biasa ditemukan sehari-hari. Bentuknya seperti setengah bola raksasa yang berukuran 99 x 99 meter dengan tinggi 40 meter. Dengan bentuk yang sama dan konsisten dari sisi manapun membuat arsitektur masjid ini ikonik. Istimewanya lagi, masjid ini berdiri tanpa satupun kolom penyangga.
Masjid Terapung dengan Desain Adiluhung
Apabila dilihat dari kejauhan, bangunan masjid akan tampak terapung di atas air. Namun, faktanya masjid ini dibangun dengan air yang mengelilinginya di empat sisi. Pantulan bentuk masjid yang sempurna di air danau pun semakin mendukung kesan terapung yang dihadirkan di Masjid Raya Al Jabbar.
Bangunan Masjid Raya Al Jabbar dikelilingi oleh empat menara yang menjulang setinggi 99 meter. Selubung yang membungkus menara ini membuatnya terlihat seperti tiang dengan tekukan-tekukan. Menariknya lagi, warna biru, kuning, dan ungu di menara bisa menyala di malam hari.
Besar dan tingginya ruang salat, ditambah lagi tidak ada kolom-kolom yang menghalangi, membuat ruangan menjadi monumental. Ketika memasuki ruangan, kita akan merasa sangat kecil. Terlebih dengan adanya lafaz Allah yang berukuran besar tepat di atas kepala kita. Kehadirannya semakin meyakinkan kita akan kebesaran Allah SWT yang segala rahmat-Nya tidak akan berhenti untuk diberikan kepada tiap hamba-Nya.
Sebagai masjid milik warga Jawa Barat, area salat dikelilingi oleh 27 relung yang merepresentasikan jumlah kota dan kabupaten di Jawa Barat. Tiap relung akan mewakili tiap kota dan kabupaten melalui motif batiknya yang dibuat dari plat tembaga dan dipahat secara manual oleh para perajin lokal.
Masjid Raya Al Jabbar dipenuhi dengan beragam karya seni dari berbagai bahan. Pembuatan kerajinan tangan tersebut melibatkan ratusan perajin lokal. Ada mozaik untuk paviliun wudu dan di bawah lantai mezanin, lampu Gentur di bawah mezanin, kerajinan tembaga di relung, kaca patri untuk koridor, kuningan di bagian railing dan mihrab, kayu jati untuk railing dan rak Al-Quran, serta standing AC.
Selain sebagai tempat ibadah, di bawah lantai salat Masjid Raya Al Jabbar juga akan menyuguhkan museum Rasulullah SAW serta sejarah Islam di Jawa Barat dengan penggunaan teknologi digital.
Pesona Masjid Raya Al Jabbar tidak akan ada kata selesai untuk dinikmati. Apalagi jika berkesempatan untuk menikmati suasananya pada malam hari. Koridor masjid mulai memancarkan warna kekuningan. Lalu, tengoklah bangunan utama dan menaranya! Lampu-lampu juga mulai menyala dan tunggu hingga akan bisa melihatnya berganti warna. Jangan ketinggalan pula, mendongaklah untuk melihat makara di atas bangunan, dia juga akan terus berganti warna!
Lantai yang berada di atas area salat utama ini dikhususkan untuk area salat jemaah perempuan. Dengan pemandangan yang berbeda, abadikan momen dengan latar lafaz Allah dan interior masjid yang indah.
Sebelum meninggalkan area salat, berhentilah di tiap relung. Relung ini berjumlah 27 buah yang merepresentasikan 27 kota dan kabupaten di Jawa Barat. Tiap guratan dalam relung merupakan karya ratusan pengrajin dari Boyolali yang dikerjakan manual.
Siapa sangka bahwa karya seni yang menyambut di area depan adalah lafaz Al Jabbar yang dipelintir? Inilah karya salah satu seniman asal Bandung. Berlatarkan patung Al Jabbar sekaligus bangunan masjid secara utuh, ini bisa spot foto terbaikmu!
Empat minaret yang berada di sudut-sudut masjid didesain dengan kulit. Kulit minaret dihiasi dengan warna-warna yang senada dengan kaca bangunan masjid.
Bagian puncak masjid didesain dengan elemen tusuk sate seperti yang terdapat pada Kantor Gubernur Jawa Barat. Lima bola pada tusuk sate melambangkan lima rukun Islam.
Royal Crown berada di puncak plafon area salat masjid. “Mahkota” ini berupa kaligrafi lafaz “Allah” yang berukuran sangat besar dan menggantung ke bawah.
Kulit Masjid Al-Jabbar dibuat dari kaca warna-warni: biru, kuning, dan ungu. Cahaya matahari yang menembus kaca memberikan pemandangan yang menarik di dalam lantai ruang salat.
Luar biasa bukan? Pantas saja masjid ini ramai dikunjungi berbagai orang dari pelosok negeri. (Hilal)