linimassa.id – Mendoan banyak digemari masyarakat Indonesia. Banyak dicari sebagai makanan berbuka puasa, penganan sejenis gorengan yang terbuat dari tempe dan dibaluri tepung dan daun bawang ini dimasak setengah matang.
Kata mendoan sendiri berasal dari bahasa Jawa, yaitu mendo yang berarti setengah matang atau lembek
Mendoan adalah penganan tradisional Jawa khas eks Keresidenan Banyumas (Banyumas Raya). Penganan ini berasal dari Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dan dapat dijumpai di warung-warung yang ada di berbagai daerah, khususnya di wilayah Kabupaten Banyumas, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purbalingga, dan Kabupaten Kebumen.
Mendoan dihasilkan dari kegiatan memasak dengan minyak panas yang banyak dengan cepat sehingga masakan tidak benar-benar matang.
Bahan makanan yang paling sering diolah menjadi mendoan adalah tempe dan tahu. Proses mengolah mendoan biasanya menggunakan jenis tempe khusus yang tipis dan lebar.
Hindari
Mendoan sebaiknya tidak menggunakan tempe yang sudah agak kehitaman karena ditakutkan akan membuat rasa yang dihasilkan sedikit pahit.
Tempe tipis khusus yang masih belum digoreng juga disebut tempe mendoan. Sebutan ini memudahkan transaksi jual beli tempe dan membedakan dengan jenis lainnya. Pengolahan tempe mendoan dapat dilakukan dengan tiga macam, yaitu mendoan goreng basah, mendoan goreng kering, dan keripik mendoan.
Mendoan mudah ditemui di warung tradisional di daerah Keresidenan Banyumas, seperti Purbalingga, Banjarnegara, Cilacap, Kebumen, dan Banyumas.
Para wisatawan bisa membeli oleh-oleh makanan mendoan tempe di daerah Sawangan, Banyumas.
Di kota-kota lain di Jawa Tengah seperti Semarang, mendoan lebih merujuk ke tempe goreng tepung. Di Kabupaten Wonosobo disebut tempe kemul yang berbentuk irisan tipis.
Berbeda
Mendoan Banyumas berbeda dengan mendoan dari beberapa kota di wilayah Jawa Tengah. Makanan ini dapat dibuat tanpa memperhatikan besarnya tempe atau banyaknya tepung, tanpa tempe, atau dari bekas sisa adonan tepung. Biasanya mendoan disajikan sebagai makanan pendamping Sroto Sokaraja.
Mendoan juga dikenal di daerah pesisir pantai utara Jawa Tengah bagian barat, seperti Tegal dan Brebes. Di daerah tersebut, mendoan biasa dijajakan di tempat-tempat wisata, seperti pantai atau di pedagang kaki lima dan angkringan.
Saat ini, mendoan mulai populer hampir di seluruh Indonesia. Hidangan tempe mendoan biasanya dijual di warung makan, pedagang kaki lima, dan di tempat kuliner lainnya.
Banyumas
Dalam bahasa Jawa Banyumas mendo memiliki arti setengah matang. Maka mendoan adalah asli Banyumas ditilik dari cara membuat dan memasaknya, serta penamaan bahasanya.
Mendoan digoreng setengah matang karena dulunya dibuat sebagai olahan cepat saji. Hal ini bertujuan untuk mempersingkat waktu pembuatan dan tidak menghabiskan waktu untuk menunggu tempe goreng menjadi sangat kering.
Mendoan muncul bersamaan dengan tempe yang merupakan makanan berbahan baku kedelai yang banyak tumbuh di seputar Asia Tengah wilayah China dan Indocina. Lalu kedelai dibawa oleh masyarakat Asia Tengah ketika bermigrasi ke tenggara.
Makanan ini bukan sekadar kudapan nikmat untuk menemani minum teh, tetapi juga sebagai ujung tombak pariwisata Kabupaten Banyumas. Mendoan juga sudah lama disantap oleh masyarakat Banyumas.
Makanan khas Banyumas tersebut ternyata sudah ada sejak lebih dari satu abad lalu. Namun mulai menjadi komuditas ekonomis dan dikelola secara komersial dalam dunia kepariwisataan sejak awal 1960-an.
Hal ini bersamaan dengan munculnya pusat oleh-oleh sawangan dan kripik Nyoya Sutrisno yang mengolah bentuk lain dari mendoan yang kering atau disebut dengan nama kripik.
Filosofi orang Banyumas Orang Banyumas bisa diumpamakan seperti mendoan yang lemas fleksibel mudah menyesuaikan diri. Namun, dalam keadaan yang mendesak bisa menjadi kaku seperti kripik yang bila diajak berselisih ibarat mau diajak remuk bersama.
Filosofi ini dikaitkan dengan tekat pada pahlawan yang berjuang merebut kemerdekaan Indonesia. Terbukti dari orang Banyumas zaman dulu banyak yang menjadi tokoh di dunia diplomasi dan kemiliteran. Seperti Jenderal Soedirman, Soesilo Soedarman, Soepardjo Reostam, dan lain-lain. (Hilal)