linimassa.id – Herbivor dari genus Tapirus satu ini umumnya hidup memakan dedaunan muda di sepanjang hutan atau pinggiran sungai. Inilah tapir, tenuk, atau badak babi.
Tapir memiliki bentuk tubuh seperti babi, telinga yang mirip badak dan moncongnya yang panjang mirip trenggiling, sementara lenguhannya lebih mirip suara burung daripada binatang mamalia.
Tapir merupakan hewan yang soliter, kecuali pada musim kawinnya. Aktivitasnya lebih banyak pada malam hari (nokturnal). Aktivitas makan biasanya dilakukan sambil tetap terus berpindah dalam jalur yang berpindah-pindah.
Jangkauan jelajah tapir sangat luas karena mereka cenderung berjalan jauh untuk menemukan lokasi yang kaya garam mineral.
Bukti arkeologi terbaru mengindikasikan bahwa hewan dengan nama latin Tapirus indicus ini pernah hidup di Kalimantan setidaknya sampai 1.500 tahun yang lalu.
Eksis
Ada empat jenis tapir yang masih eksis sampai saat ini. Tiga di antaranya bisa dijumpai di Amerika Selatan (Tapirus bairdii, Tapirus pinchaque dan Tapirus terrestris) dan hanya satu yang tersebar di Asia Tenggara (Tapirus indicus). Karena itu keberadaan tapir sering digunakan sebagai salah satu bukti teori pemisahan benua.
Sebaran tapir di Asia Tenggara meliputi bagian selatan Burma, Thailand bagian selatan, Semenanjung Malaysia dan Indonesia. Bukti-bukti paleontologis menunjukkan bahwa dahulunya sebaran tapir meliputi Pulau Jawa dan Sumatra.
Namun saat ini di Indonesia, tapir hanya bisa dijumpai di Sumatra, itupun hanya pada bagian selatan Danau Toba sampai ke Lampung. Hanya ada satu catatan keberadaan tapir di bagian utara Danau Toba yaitu di Pangkalan Berandan.
Tapir umumnya dijumpai pada hutan dataran rendah, tetapi beberapa catatan menunjukkan kehadirannya pada daerah sampai ketinggian 2000 m, seperti di Gunung Tujuh (Taman Nasional Kerinci Seblat). Tapir bisa dijumpai di hutan primer, sekunder, campuran, kebun karet. Beberapa catatan menunjukkan kehadirannya di kebun sawit dan melintasi pemukiman penduduk ataupun kamp petugas di PHPA.
Dedaunan
Makanan utama tapir adalah dedaunan muda yang direnggut dengan lidah secara selektif. Sebagian besar berasal tumbuhan semak atau pohon kecil, seperti dari famili Rubiaceae dan Euphorbiaceae.
Tapir juga memakan buah-buahan yang berserakan di lantai hutan seperti nangka, semangka, dan durian. Karena itu, tapir sangat berperan dalam proses regenerasi hutan, pemencaran, ataupun meningkatkan dinamika dan stratifikasi pada lapisan bawah hutan.
Tapir merupakan mamalia langka. Hewan berkuku ganjil ini terdiri dari empat spesies. Tiga di antaranya ada di Amerika Selatan. Sementara itu spesies lainnya ada di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Hewan ini dikenal dengan berbagai nama lokal seperti simantuang, rason, gindol babi alu, atau kuda arau.
Seperti mamalia besar eksotis lainnya, tapir Asia masuk dalam daftar merah International Union of Conservation of Nature (IUCN). Satwa ini tergolong dalam kategori endangered, atau terancam karena populasinya terus menurun.
Satwa ini mudah dikenali dari pola warna tubuhnya. Bagian depan seperti kepala, leher, dan kaki berwarna hitam, sedangkan bagian belakang termasuk punggung dan panggul berwarna putih. Tapir yang baru lahir biasanya berwarna coklat gelap kemerahan, dan mulai berganti setelah berumur 2 atau 3 bulan. Ketika dewasa, panjangnya mencapai 224 centimeter.
Tapir Asia
Ciri khas dari satwa ini adalah hidung dan bibir atas yang memanjang seperti belalai. “Belalai” ini sangat kuat dan berfungsi untuk mengambil makanan di hutan, dengan cara memetik atau mencabut pucuk-pucuk muda dan ranting lunak. Tapir juga memiliki penciuman dan pendengaran yang baik, namun penglihatannya lemah.
Keunikan tapir terletak pada jumlah jemari kakinya yang ganjil. Bagian kaki depan terdapat empat jari, sementara kaki belakang hanya tiga. Tapir juga mampu berenang dan menyelam dalam air dengan durasi yang lama.
Walau tidak diketahui secara pasti, satwa ini diperkirakan dapat berumur rata-rata hingga 30 tahun. Semasa hidupnya, tapir betina hanya dapat melahirkan satu ekor anak setiap siklus reproduksi. Biasanya satwa ini mulai berkembangbiak ketika mencapai umur 3 tahun (jantan) dan 2,8 tahun (betina).
Masa hamil tapir Asia sekitar 400 hari, dimana setelahnya seekor anak lahir dengan berat 6,8 kg (15 pon). Tapir asia merupakan yang terbesar saat lahir dibanding jenis-jenis tapir lainnya dan tumbuh lebih cepat dari jenis tapir lain.
Tapir muda dari semua jenis berbulu cokelat dengan garis-garis dan bintik-bintik putih, pola yang memungkinkannya bersembunyi dengan efektif di dalam bayangan-bayangan hutan. Pola pada bayi ini berubah menjadi pola warna tapir dewasa antara empat hingga tujuh bulan setelah kelahiran. Anak tapir disapih antara umur 6 dan 8 bulan dan binatang ini menjadi dewasa pada umur tiga tahun.
Perkembangbiakan basanya terjadi pada bulan April, Mei Atau Juni. Tapir betina biasanya melahirkan satu anak tiap dua tahun. Tapir asia dapat hidup hingga 30 tahun baik di alam liar maupun di kurungan.
Ketertarikan baru-baru ini mendorong para perekayasa biologi mencoba menciptakan versi kerdil dari tapir. Mereka percaya bahwa ada pasar untuk tapir kerdil sebagai binatang peliharaan di Amerika Serikat. (Hilal)