linimassa.id – Sebelum era televisi dan internet tiba, radio menjadi primadona. Dan mendengarkan sandiwara radio merupakan hiburan tersendiri yang dnanti-nanti.
Sandiwara Radio adalah sebuah pertunjukan drama yang murni mengandalakan tampilan suara dan akustik yang disiarkan di radio atau media suara lainnya seperti kaset dan CD.
Secara tidak mengandung komponen visual, sandiwara radio mengandalkan dialog, musik dan efek suara untuk membantu para pendengar membayangkan penokohan dan jalan cerita.
Sandiwara Radio mendapatkan popularitas selama dekade penyebarannya pada tahun 1920an. Pada tahun 1940an, Sandiwara Radio menjadi pemimpin dalam dunia hiburan internasional. Namun dengan munculnya media televisi pada tahun 1950an,
Hilang Pamor
Sandiwara radio mulai kehilangan pamornya dan di beberapa negara, tidak mendapatkan jumlah pendengar yang banyak seperti pada tahun-tahun sebelumnya.
Namun, rekaman OTR (old-time radio) masih bertahan hingga saat ini di beberapa arsip audio para kolektor dan museum.
Pada abad ke 21 terutama di Amerika Serikat, Sandiwara Radio kurang begitu disiarkan karena kurangnya pendengar.
Namun, di negara-negara lain tradisi Sandiwara Radio masih bisa ditemui. Di Inggris misalnya, masih memproduksi Sandiwara Radio yang digalakan oleh perusahaan berita BBC.
Rekaman-rekaan dari radio tersebut kemudian disiarkan di berbagai stasiun radio seperti Radio 3, Radio 4, dan BBC Radio 7.
Di Jepang, sandiwara radio umumnya masih populer di kalangan penggemar manga, light novel, dan anime. Seri-seri anime umumnya merilis sandiwara radio dengan seiyuu mereka.
Pernah Jaya
Kejayaan sandiwara radio berada pada era 1980-an. Pertunjukan drama yang mengandalkan suara melalui dialog, musik dan efek suara yang disiarkan di radio ini pernah sangat digemari di beberapa belahan dunia.
Di Indonesia sendiri sandiwara radio mulai berkembang sejak tahun 1960 dan mencapai puncaknya pada tahun 1980-an.
Beberapa judul sandiwara radio terkenal mungkin masih melekat di sebagian hati pendengar sampai saat ini, seperti Ibuku Sayang Ibuku Malang, Misteri Gunung Merapi, Mak Lampir, dan tentu saja yang paling fenomenal adalah Saur Sepuh dengan tokohnya Brama Kumbara.
Sandiwara Saur Sepuh diproduksi pertama kali tahun 1985 dan disiarkan setiap hari oleh 250 radio di seluruh Indonesia. Ceritanya merupakan kisah fiktif yang mengisahkan kedikdayaan para pendekar sakti di negeri impian, Kerajaan Madangkara.
Ada tokoh sakti berhati baik dan ada tokoh sakti berhati jahat, sehingga melahirkan moralitas yang bersifat hitam-putih. Waktu itu banyak pendengar yang kecanduan sandiwara tersebut. Mereka rela meninggalkan segala aktivitas dan pekerjaan untuk memasang telinga mendengarkan suara radio agar tak ketinggalan alur ceritanya.
Layaknya penggemar sinetron dewasa ini, pada masa jayanya, sandiwara radio juga memiliki banyak penggemar. Mereka tidak hanya kecanduan tetapi juga ada yang fanatik dengan tokoh-tokoh tertentu. Mereka tersihir oleh suara pemain yang dianggap cocok dengan peran yang dibawakan.
Sambutan antusias juga selalu mewarnai setiap acara jumpa bintang sandiwara radio. Banyak penggemar yang penasaran dan ingin melihat langsung tokoh pujaan yang biasanya hanya didengar lewat radio.
Namun,usai acara tidak sedikit penggemar yang kecewa karena wajah dan bentuk tubuh tokoh yang selama ini dibayangkan tidak sesuai dengan kenyataan. Demikianlah sandiwara radio, lebih asyik untuk didengarkan dan dibayangkan tanpa perlu melihat siapa pemainnya. (Hilal)