linimassa.id – Muslim punya cara tersendiri untuk meminta hujan. Yakni berdoa kepada Allah melalui salat istisqo.
Di musim kemarau, kekeringan melanda hingga menyebabkan kekurangan air sementara hujan lama tak turun. Inilah saatnya melaksanakan salat istisqa.
Salat ini dilakukan bila terjadi kemarau yang panjang atau karena dibutuhkannya hujan untuk keperluan/hajat tertentu.
Dalam buku Fikih Ibadah Madzhab Syafi’i oleh Syaikh DR. Alauddin Za’tari, kata istisqa bermakna minta siraman. Sementara menurut pengertian syariat, istisqa adalah memohon kepada Allah SWT agar berkenan menurunkan hujan kepada hamba-Nya saat mereka sangat membutuhkan.
Salat istisqa hukumnya sunah muakkadah, yakni amalan yang dianjurkan Rasulullah. Serta boleh mengulang sholat istisqa lebih dari satu kali hingga hujan turun.
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abbad bin Tamim, ia berkata:
“Sesungguhnya Rasulullah mengajak orang-orang keluar untuk memohon turunnya hujan. Beliau shalat dua rakaat bersama mereka, dan beliau membaca dengan suara keras. Setelah memindahkan kain selendang, beliau mengangkat kedua tangannya, lalu berdoa memohon diturunkan hujan sambil menghadap kiblat.” (HR Bukhari)
Waktu Pelaksanaan
Dalam buku Panduan Muslim Sehari-hari oleh M. Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, waktu untuk mengerjakan salat istisqa untuk memohon hujan turun adalah ketika telah terlihat matahari mulai naik. Dalam hadits yang diriwayatkan Aisyah RA:
“Rasulullah itu keluar untuk melaksanakan salat istisqa manakala matahari mulai naik.” (HR Abu Dawud & Al-Hakim)
Sebagian ulama berpendapat, salat istisqa lebih utama dilaksanakan setelah salat Jumat. Dan sebagian yang lain mengatakan bahwa salat istisqa bisa dikerjakan di setiap waktu, kecuali pada waktu-waktu makruh melakukan salat.
Persiapan
Sebelum salat istisqa, imam dianjurkan untuk mengumumkan pelaksanaan salat istisqa kepada kaum muslim beberapa hari sebelumnya.
Ia juga perlu mengingatkan kaum muslim untuk taat dan berbuat kebajikan, karena hal seperti ini akan membuat permohonan terkabul.
Disyariatkan juga untuk berpuasa selama 4 hari. Tiga hari sebelum pelaksanaan salat istisqa, dan di hari keempatnya sembari mengerjakan salat istisqa.
Salat istisqa dilaksanakan di tanah lapang yang luas. Hal ini berdasarkan kesepatan para ulama, tanpa ada yang menentangnya, karena Nabi dahulu pernah melakukan seperti itu.
Tata Cara
Nabi SAW salat dua rakaat seperti salat Id. Setelah selesai salat, imam berkhutbah dua kali juga seperti dua khutbah dalam salat Id. Dalam khutbahnya ia beristighfar memohon ampunan kepada Allah.
Berdasarkan riwayat dari Thalhah, ia berkata: ‘Marwan menyuruhku menemui Ibnu Abbas untuk menanyakan kepadanya tentang salat istisqa. Ibnu Abbas menjawab:
“Salat istisqa sama seperti salat idul fitri dan salat idul adha. Hanya saja Rasulullah memindahkan kain surbannya. Beliau memindahkan yang berada di sebelah kanan ke sebelah kiri, lalu dari sebelah kiri ke sebelah kanan. Beliau salat dua rakaat. Pada rakaat pertama beliau bertakbir tujuh kali, lalu membaca surat Al-A’la. Dan pada rakaat kedua beliau bertakbir lima kali, lalu membaca surat Al-Ghasyiyah. Setiap kali bertakbir beliau mengangkat kedua tangannya. Beliau membaca dengan suara keras. Sebaiknya yang dibaca dalam dua rakaat sama seperti yang dibaca dalam salat id.” (HR Ad-Daruquthni)
Berikut tata cara pelaksanaan:
Mengucapkan niat
اُصَلِّ سُنَّتَ الأِسْتِسْقَاءِرَكْعَتَيْنِ اِمَامًا/مأَمُوْمًالِلّٰهِ تَعَالٰى
Ushallii sunnatal Istisqaa’i rak’ataini imaaman/makmuuman lillaahi Ta’aala.
Artinya: Aku berniat mengerjakan salat sunah Istisqa sebanyak dua rakaat, sebagai imam/makmum, karena Allah Ta’ala.
Pada rakaat pertama melakukan takbir sebanyak tujuh kali. Kemudian membaca doa iftitah, Surah Al-Fatihah, dan membaca Surah Al-A’la.
Rakaat kedua takbir lima kali, lalu membaca surah Surah Al-Fatihah dan Surah Al-Ghasyiyah.
Setelah selesai salat, imam berkhutbah dua kali. Khutbah pertama dimulai dengan istighfar sebanyak sembilan kali, dengan bacaan:
Astaghfirullah al-‘azhim alladzi la ilaha illa huwa al-hayyu al-qayyum wa atubu ilaihi
Artinya: Aku memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung yang tidak ada tuhan selain Dia yang Maha Hidup lagi Maha Mengurus makhluk Nya, dan aku bertaubat kepada-Nya.
Selama khutbah dianjurkan sering membaca istighfar dan membaca Surah Nuh ayat 10-12. Imam hendaknya membaca doa:
اللَّهُمَّ اسْقِنا غَيْثًا مُغيثًا، هَنيئًا مَريئًا، غَدَقًا مُجَلِّلًا، عامًّا طَبَقًا، سَحًّا دائمًا، اللَّهُمَّ اسْقِنا الغَيثَ ولا تَجعَلْنا منَ القانِطينَ، اللَّهُمَّ إنَّ بالعبادِ والبلادِ والبهائمِ والخَلقِ منَ اللَّأْواءِ والجَهْدِ والضنْكِ ما لا نَشْكوه إلَّا إليكَ، اللَّهُمَّ أنْبِتْ لنا الزرْعَ، وأدِرَّ لنا الضَّرْعَ، واسْقِنا من بَرَكاتِ السماءِ، وأنْبِتْ لنا من بَرَكاتِ الأرضِ، اللَّهُمَّ ارفَعْ عنَّا الجَهدَ والجوعَ والعُريَ، واكشِفْ عنَّا منَ البَلاءِ ما لا يَكشِفُه غيرُكَ، اللَّهُمَّ إنَّا نَستَغفِرُكَ إنَّكَ كُنْتَ غفَّارًا، فأرسِلِ السماءَ علينا مِدْرارًا
Artinya: Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang deras, yang menyenangkan, yang berakibat baik, yang membawa kesuburan, yang melimpah, dan yang selalu membawa manfaat. Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang deras, dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang putus asa. Ya Allah, sesungguhnya pada hamba dan negeri ini ada kesusahan, penderitaan, dan kesempitan yang hanya kami adukan kepada Engkau. Ya Allah, tumbuhkanlah untuk kami tanaman, deraskan untuk kami puting susu ternak, dan turunkan kepada kami hujan dari berkah-berkah bumi.Ya Allah, hilangkan dari kami kesusahan, lapar, dan telanjang. Keluarkan kami dari bencana di mana selain Engkau tidak ada yang sanggup mengeluarkannya. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon ampunan kepada Engkau. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pengampun, kirimkanlah dari langit hujan yang deras kepada kami.
Pada khutbah kedua, imam beristighfar tujuh kali dan menghadap ke kiblat. Ia juga dianjurkan membalikkan kain selendangnya dari kanan ke kiri, dan dari kiri ke kanan. Juga membalikkan selendang yang bawah ke atas.
Dalam khutbah kedua imam berdoa dengan suara pelan, dan jamaah mengikutinya. Berikut doanya:
اَللّهُمَّ أَنْتَ أَمَرْتَنَا بِدُعَائِكَ، وَوَعَدْتَنَا إِجَابَتَكَ، وَقَدْ دَعَوْنَاكَ كَمَا أَمَرْتَنَا، فَأَجِبْنَا كَمَا وَعَدْتَنَا ، اَللّهُمَّ امْنُنْ عَلَيْنَا بِمَغْفِرَةِ مَا قَارَفْنَا، وَإِجَابَتِكَ فِيْ سُقْيَانَا، وَسَعَةِ رِزْقِنَا
Artinya: “Ya Allah, Engkau memerintahkan kami untuk Berdoa kepada-Mu, dan menjanjikan kepada kami kalau Engkau akan mengabulkannya. Sesungguhnya kami telah Berdoa kepada-Mu sebagaimana yang Engkau perintahkan. Kabulkanlah doa kami, sebagaimana yang Engkau janjikan. Ya Allah, karuniakan kepada kami ampunan atas apa yang telah kami langgar, perkenan-Mu menurunkan hujan kepada kami, dan kelapangan rezeki kami.”
Keutamaan
Salat istisqa dilakukan untuk memperoleh kepastian terhadap turunnya hujan. Hal ini disebutkan dalam beberapa hadits yang berkaitan dengan salat istisqa.
Keutamaan lainnya adalah menjadikan seorang muslim sebagai hamba Allah yang mampu melakukan pertaubatan.
Keterangan ini diperoleh dari firman Allah pada Surah Hud ayat 52. Ayat ini menyebutkan bahwa doa memohon hujan dilakukan setelah melakukan pertaubatan dan permohonan ampunan kepada Allah.
Ayat ini juga menyebutkan manfaat dari permohonan tersebut yaitu bertambahnya kekuatan pada diri seseorang. Selain itu, ayat ini juga memuat larangan untuk kembali melakukan dosa. (Hilal)