linimassa.id – Tahu petromaks? Ini adalah sejenis alat penerangan atau lampu yang menggunakan bahan bakar minyak tanah bertekanan, dan dalam menyalakannya dibantu dengan spiritus atau kerosin juga parafin.
Desain lampu ini ditemukan pada tahun 1910 oleh Max Graetz (1851-1937), CEO dari perusahaan Ehrich & Graetz, yang berpusat di Berlin.
Nama Petromax sendiri merupakan gabungan kata dari “Petroleum” dan “Max Graetz”. Nama Petromax yang awalnya merupakan merek dagang, karena penggunaannya yang sangat luas sehingga menjadi nama umum untuk menyebut desain alat penerangan sejenis.
Di Indonesia, pada tahun 1990-an alat ini banyak dipakai sebagai alat penerangan baik untuk rumah-rumah di daerah pedesaan maupun oleh pedagang kaki lima yang berjualan di malam hari.
Asal Mula
Awalnya, Max Graetz, ingin menciptakan sebuah alat penerangan dengan bahan bakar parafin untuk dijadikan produk baru di perusahaannya.
Graetz menemukan proses untuk membuat gas keluar dari parafin. Parafin memiliki energi kalor yang sangat tinggi, dan dengan metode baru yang ditemukannya, api yang dihasilkan akan berwarna biru serta sangat panas.
Tampak dalam lampu Petromaks sebuah jaring-jaring keramik (gluhorper) (terbuat dari campuran dari oksida-oksida logam yang mirip sekali dengan kandungan tanah liat yang sekarang dikenal dengan kaus lampu) dipanaskan dengan spiritus.
Kemudian parafin ditekan dengan pompa tangan di dalam tangki tertutup (yang terletak di bawah jaring-jaring keramik) agar bisa mengalir melalui pipa yang mengarah pada jaring-jaring tersebut.
Parafin tersebut akan menguap karena posisi pipa yang sangat dekat dengan jaring-jaring yang dibakar spiritus tadi dan menjadi bahan bakar.
Api yang dihasilkan sebetulnya hanya berwarna biru dan tidak terlalu terang, api tersebut “membakar” jaring-jaring keramik sehingga berpijar dan menghasilkan cahaya yang sangat terang.
Selama pasokan gas parafin dari tangki terus mengalir, jaring-jaring keramik atau kaus lampu akan terus berpijar menghasilkan cahaya. Bila tekanan habis, terdapat sebuah pompa tangan atau luftpumpe yang berguna untuk menambah tekanan uap parafin ke kaus lampu.
Eropa
Petromaks identik dengan lampu parafin di Benua Eropa seperti lampu Tilley di Inggris dan lentera Coleman di Amerika Serikat.
Lampu Petromax diciptakan pada tahun 1910 di Jerman oleh Max Graetz, yang juga menamai merek tersebut, atas dasar lampu roh yang sudah terkenal. Max Graetz (1851–1937) adalah Presiden dari firma Ehrich & Graetz di Berlin, yang mengembangkan lampu, dan juga perancang utama.
Dia hendak menciptakan sistem pencahayaan yang bahan utamanya adalah parafin yang akan menjadi produk lampu baru di Eropa pada masa itu. Graetz menemukan proses untuk membuat gas dari parafin karena memiliki nilai kalori yang sangat tinggi dan dapat membuat api biru yang sangat panas.
Graetz kemudian mendesain lampu bertekanan yang bekerja apabila parafin diuapkan. Untuk memulai proses ini, lampu dipanaskan terlebih dahulu dengan alkohol yang dimetilasi (alkohol yang diubah sifatnya).
Model selanjutnya yaitu dengan sistem tiup angin terintegrasi yang disebut “Rapidstarter” yang dijalankan langsung dari tangki parafin.
Dalam tangki tertutup, parafin diberi tekanan dengan pompa tangan. Panas yang dihasilkan kemudian digunakan untuk menguapkan parafin, yang dicampur dengan udara dan ditiup ke mantel lampu untuk dibakar.
Sekitar tahun 1916, lampu petromaks mulai tersebar di penjuru dunia. Nama Petromax berasal dari “Petroleum” dan “Max Graetz”, nama penemunya.
Desain petromaks pada masa awal masih digunakan hingga hari ini. Nama Petromax telah identik dengan lampu tekanan parafin di banyak negara. Desain lampu petromaks kemudian digunakan untuk membuat kompor berdasarkan cara kerja yang sama.
Di banyak negara, “Petromax” adalah Merek Dagang terdaftar. Di Amerika Serikat dibuat oleh Britelyt Inc. dan Jerman serta beberapa negara Eropa lainnya oleh Pelam International Ltd. Desain Petromak sering ditiru oleh pabrikan di Asia misalnya saja Tower di Cina, Lea Hin di Indonesia atau Prabhat di India. (Hilal)