linimassa.id – Berbeda dengan payung pada umumnya yang digunakan sebagai alat pelindung dari hujan dan panas, paying satu ini lebih pada hiasan dan sebagai perlengkapam tari. Inilah paying geulis dari Tasikmalaya.
Payung geulis merupakan salah satu kerajinan berupa payung kertas yang berasal dari Kota Tasikmalaya.
Payung ini terbuat dari anyaman bambu dengan penutup berbahan kertas yang dihias dengan motif atau corak khas berwarna-warni.
Secara etimologis, payung geulis berasal dari bahasa Sunda yang mempunyai arti “payung yang cantik”, penamaan tersebut menunjukkan bahwa payung ini memiliki nilai estetis yang tinggi karena motifnya yang khas.
Payung ini menjadi salah satu ikon Kota Tasikmalaya, terlihat dari lambang Kota Tasikmalaya yang mengandung gambar payung geulis di dalamnya.
Untuk motif payung geulis memiliki 2 jenis hias, yakni berbentuk hias geometris bangunan yang lebih menonjol seperti lengkung, patah-patah, dan garis lurus.
Selain itu ada motif hias kedua non-geometris yang terinspirasi dari bentuk alam seperti tanaman, hewan dan manusia.
Pembuatan payung geulis dilakukan secara manual atau handmade oleh para pengrajin.
Asal Mula
Payung geulis mulai diproduksi sejak 1930-an di wilayah Panyingkiran, Indihiang. Pada saat itu, tokoh yang paling terkenal karena keuletannya dalam memproduksi payung geulis adalah H. Muhyi, seorang tokoh lokal yang berinisiatif membuat payung berbahan kertas untuk digunakan ketika pergi berladang.
Karyanya tersebut dalam membuat payung geulis membuat warga lain terinspirasi dan akhirnya melakukan hal yang sama serta menjadikannya sebagai salah satu komoditas usaha.
Payung geulis mempunyai keuikan tersendiri yang membedakannya dengan berbagai jenis payung lainnya.
Bila dilihat dari bentuknya, payung geulis memiliki kerangka yang terbuat dari bambu, sedangkan tudungnya terbuat dari semacam kertas semen.
Sementara untuk pegangannya, payung geulis menggunakan kayu. Karena bentuknya yang berestetika inilah, payung ini dinamakan payung geulis.
Fungsi
Payung geulis pada awalnya berfungsi sebagai alat pelindung sinar matahari dan dahulu merupakan salah satu produk industri yang diproduksi oleh para pengrajin. Kini, payung geulis telah beralih fungsi menjadi salah satu hiasan atau cinderamata.
Ciri khas payung geulis adalah payung dengan warna-warna cerah yang dilukis dengan berbagai motif. Masa kejayaan payung geulis pada era 1950-an hingga 1960-an.
Awalnya, payung disukai oleh noni-noni Belanda yang menyukai warna-warna cerah dan motif indah dari kerajinan ini sekitar tahun 1925. Namun, lama kelamaan masa kejayaan ini berangsur surut setelah pemerintah pada tahun 1968 menganut politik ekonomi terbuka.
Payung buatan pabrikan luar negeri masuk ke Indonesia. Dampaknya usaha kerajinan payung geulis di Tasikmalaya hancur.
Lambat laun, usaha payung geulis mulai bangkit pada tahun 1980-an, pengrajin mulai membuka kembali usaha pembuatan payung meskipun dalam skala kecil.
Dahulu, banyak pengrajin yang mengandalkan dari membuat payung geulis, namun saat ini pengrajin payung geulis makin sulit ditemui karena minimnya regenerasi.
Pada zaman dahulu, payung geulis merupakan mode dari mojang Tasikmalaya. Saat menggunakan kebaya, kecantikannya tidak sempurna jika tidak dilengkapi dengan payung geulis.
Saat itu, payung geulis juga untuk melindungi wajah cantik mereka dari sengatan matahari dan hujan.
Bagi masyarakat Tasikmalaya, payung geulis merupakan salah satu warisan budaya dan mata pencaharian sehari-hari para pengrajinnya.
Di masa modern, payung geulis beralih fungsi menjadi pelengkap upacara adat, perkawinan, dan lain sebagainya. Untuk melestarikan payung geulis, pemerintah Kota Tasikmalaya bahkan membuat peraturan untuk mewajibkan penggunaan payung geulis sebagai hiasan di depan pintu di setiap perkantoran, hotel, maupun rumah makan di Kota Tasikmalaya.
Motif payung geulis yang menarik ini kerap menjadi ajang perlombaan melukis payung geulis. Bahan Pembuatan Payung Geulis Payung geulis terbuat dari bambu untuk kerangka, pegangannya dari kayu, dan tudung dari kertas semen atau belakangan beberapa pengrajin menggunakan plastik.
Payung geulis dibuat dengan tangan karena proses pembuatannya membutuhkan ketelitian tingkat tinggi, terutama pada bagian pembuatan kayu, lapisan kayu, sampai tahap melukis payung. Proses pembuatannya bambu dipotong-potong, diikat menggunakan benang kasur, dan dilapisi kertas semen.
Bahan lain pembuatan lapisan payung, yaitu kain blacu, satin, brokat, atau parasit. Bahan payung juga dapat disesuaikan dengan permintaan pemesanan.
Tidak banyak orang yang dapat melukis payunggeulis. Kebanyakan pelukis payung geulis adalah orang-orang tua, karena sedikit anak muda yang tertarik membuat kerajinan ini.
Setelah proses melukis selesai, lukisan dikeringkan dan siap digunakan. Saat ini, daerah Tasikmalaya yang masih terdapat pengrajin payung geulis adalah Kampung Panyingkihan, Indihiang, Tasikmalaya. (Hilal)