linimassa.id – Setelah berbagai permasalahan mencuat, susu sachet dan kaleng tidak lagi dipanggil susu namun cukup dipanggil kental manis. Susu kental manis merupakan susu sapi yang airnya dihilangkan dan ditambahkan gula, sehingga menghasilkan susu yang sangat manis rasanya dan dapat bertahan selama satu tahun bila tidak dibuka.
Kental manis sering ditambahkan pada hidangan penutup, seperti kue atau minuman es. Di Rusia, kental manis dikenal sebagai “cгущёнка” (sguschyonka) dalam bahasa Rusia dan dalam bahasa Inggris, susu kental manis di kenal dengan nama “sweetened condensed milk” atau bisa juga disingkat “SCM”.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin.go.id), kehadiran produk kental manis di Indonesia dapat dijabarkan sejak masa pra-kemerdekaan. Pada awal mulanya, kental manis masuk ke Indonesia pada 1873, yaitu melalui impor susu kental manis merek Milkmaid oleh Nestlé yang kemudian dikenal dengan nama Cap Nona.
Selanjutnya pada 1922 oleh De Cooperatve Condensfabriek Friesland yang sekarang dikenal dengan PT Frisian Flag Indonesia dengan produk Friesche Vlag.
Pada akhir 1967, Indonesia mulai memproduksi susu kental manis pertama kalinya melalui PT Australian Indonesian Milk atau atau yang saat ini dikenal dengan nama PT Indolakto, diikuti oleh PT Frisian Flag Indonesia pada 1971 di pabriknya yang terletak di Pasar Rebo, Jakarta Timur, dan diikuti oleh PT Nestlé Indonesia pada 1973 oleh pabriknya di Provinsi Jawa Timur. Setelah itu, industri kental manis terus berkembang hingga sekarang.
Menurut Peraturan Badan POM Nomor 34 Tahun 2019 tentang Kategori Pangan dan Codex Standard for Sweetened Condensed Milk (CXS 282-1971 Rev. 2018), SKM adalah produk susu yang memiliki karakteristik kadar lemak susu tidak kurang dari 8% dan kadar protein tidak kurang dari 6,5%. SKM sebaiknya digunakan untuk olahan makanan atau minuman (roti, martabak, kopi, teh, dll).
Hallosehat melansir, SKM memang menggugah selera karena memiliki rasa yang manis namun, proses pengolahannya meningkatkan kandungan gula dan menghilangkan sebagian besar protein dan lemak pada susu. Itulah mengapa produk ini lebih tepat disebut kental manis saja, tanpa label “susu”.
Umumnya, kental manis digunakan sebagai campuran dalam makanan atau minuman. Namun, harus hati-hati karena manfaat susu ini belum tentu semanis rasanya.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memperingatkan bahwa kental manis bukanlah produk susu bernutrisi. Kental manis juga sebaiknya tidak dikonsumsi setiap hari.
Kemenkes RI juga melarang penggunaan produk ini sebagai pengganti ASI atau susu formula untuk bayi dan anak.
Kandungan air di dalam SKM sudah diambil dan dibuang melalui proses evaporasi susu atau penguapan. Selain diuapkan, susu ini juga diberi gula tambahan sehingga teksturnya jadi lebih kental dan lengket.
Nah, proses tersebut justru menyebabkan kandungan protein di dalamnya menjadi lebih rendah, sementara kadar gula serta kalorinya tinggi. Akibatnya, kandungan protein pada produk ini jauh berbeda dengan susu sapi serta beragam vitamin lainnya untuk tubuh. Oleh karena itu, kental manis berbeda dengan jenis susu sapi. Bahkan, produk ini tidak bisa dijadikan pengganti susu sapi biasa.
Produk kental manis mengandung tambahan gula yang tinggi dan protein yang sangat rendah, sehingga minim zat gizi bermanfaat. Terlihat perbedaan yang kontras ketika membandingkan kandungan gizi kental manis dengan susu sapi segar.
Satu saset SKM memiliki kandungan kalori sebesar 180 kkal dengan rincian:
67% karbohidrat (termasuk gula),
30% lemak, dan
3% protein.
Sedangkan, 1 gelas susu sapi segar memiliki 146 kkal kalori dengan rincian:
49% lemak,
30% karbohidrat (termasuk gula), dan
21% protein.
Banyak orang menganggap bahwa SKM baik dikonsumsi setiap hari karena dianggap sama dengan susu sapi biasa. Bahkan, sebagian orang tua memberikannya secara teratur kepada anak-anak mereka.
Ini tentu sangat mengkhawatirkan mengingat produk kental manis tidak memiliki kandungan gizi yang memadai seperti susu sapi. Selain itu, kandungan gula tinggi yang dikonsumsi secara berkelanjutan dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), produk ini tidak boleh diberikan kepada bayi dan anak-anak. Kental manis tidak bisa memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) anak karena kehilangan banyak sekali kandungan gizi dalam proses pengolahannya.
Kandungan gula tambahan di dalamnya juga menjadi ancaman tersendiri untuk anak-anak. Jumlah gula tambahan untuk anak yang disarankan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yakni kurang dari 10% total kebutuhan kalori anak per hari.
SKM punya kadar gula tambahan tinggi dan melebihi batas saran WHO tersebut. Dalam satu porsi (4 sendok makan) yang dijual di pasaran, kalorinya mencapai 130 kkal dengan gula tambahan sebanyak 19 gram dan protein 1 gram.
Bukan hanya itu, apabila sejak kecil sudah dikenalkan dengan asupan manis, nantinya anak jadi tidak mau mencoba makanan jenis lain yang lebih kaya gizi. Itulah sebabnya kenapa kental manis tidak dianjurkan untuk bayi dan anak-anak.
Selain kandungan gizi yang jauh lebih sedikit ketimbang susu sapi biasa, ternyata terlalu banyak mengonsumsi produk kental manis juga berisiko bagi kesehatan Anda. Lagi-lagi, ini disebabkan oleh kandungan gula dalam jumlah sangat tinggi.
Terlalu sering mengonsumsi gula bisa menyebabkan penyakit diabetes, kerusakan gigi, hingga obesitas. Terlalu banyak makan makanan manis juga bisa memicu berbagai penyakit kronis seperti penyakit jantung atau stroke. (Hilal)