linimassa.id – Setiap 12 Mei diperingati sebagai Hari Perawat Internasional atau International Nurses Day.
Peringatan ini untuk memperingati dan memberikan apresiasi terhadap bidang keperawatan di seluruh dunia.
Informasi tema tahunan peringatan Hari Perawat Internasional biasa dirilis oleh Dewan Perawat Internasional (International Council of Nurses/ICN).
Seperti dilansir situs resminya, tahun ini Tema Hari Perawat Internasional 2024 adalah “Our Nurses. Our Future. The economic power of care”.
ICN menjelaskan bahwa tema “Masa Depan Kita. Kekuatan ekonomi dari perawatan” ini diusung dengan maksud bahwa bidang keperawatan memiliki kekuatan ekonomi yang mampu mendorong ekonomi yang sehat dengan menciptakan orang dan masyarakat yang sehat.
ICN menyampaikan bahwa pada kekuatan ekonomi perawatan dengan tujuan untuk membentuk kembali persepsi dan menunjukkan bagaimana investasi strategis di bidang keperawatan dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang besar.
Florence
Momen penting ini bertepatan dengan hari ulang tahun kelahiran Florence Nightingale. Ya, dunia keperawatan tak lepas dari sosok Florence Nightingale yang dikenal sebagai The Lady With the Lamp.
Dia adalah seorang perawat, reformis sosial, dan ahli statistik asal Inggris yang paling dikenal sebagai pendiri keperawatan modern.
Pengalamannya sebagai perawat selama Perang Krimea (Kekaisaran Rusia vs sekutu termasuk Prancis) menjadi landasan pandangannya tentang sanitasi.
Laman Liputan 6 menyebut, dia mendirikan Rumah Sakit St. Thomas dan Sekolah Pelatihan Perawat Nightingale pada tahun 1860. Upayanya untuk mereformasi layanan kesehatan sangat memengaruhi kualitas layanan di abad ke-19 dan ke-20.
Melansir History.com, Florence Nightingale lahir pada 12 Mei 1820, di Florence, Italia dari pasangan Frances Nightingale dan William Shore Nightingale. Dia adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Keluarga Nightingale yang kaya di Inggris berasal dari kalangan sosial elit.
Ibunya, Frances, berasal dari keluarga pedagang dan bangga bersosialisasi dengan orang-orang dengan status sosial terkemuka. Meski ibunya tertarik pada berbagai acara sosial, Florence Nightingale sendiri dikabarkan kurang senang dengan situasi sosial yang ramai. Dia memilih untuk menghindar dari pusat perhatian jika memungkinkan.
Sementara, ayah Florence adalah William Shore Nightingale, seorang pemilik tanah kaya yang mewarisi dua perkebunan di Lea Hurst, Derbyshire, dan Hampshire, Embley Park.
Florence dibesarkan di tanah milik keluarga di Lea Hurst, tempat ayahnya memberinya pendidikan klasik, termasuk studi dalam bahasa Jerman, Prancis, dan Italia.
Sejak usia sangat muda, Florence Nightingale aktif dalam kegiatan filantropi, melayani orang-orang sakit dan miskin di desa sekitar perkebunan keluarganya. Ketika dia berusia 16 tahun, jelas baginya bahwa keperawatan adalah panggilannya. Dia percaya itu adalah tujuan hidupnya.
Dilarang
Sayangnya, ketika Florence memberi tahu orangtuanya tentang ambisinya menjadi perawat, mereka tidak senang.
Faktanya, orangtuanya melarang dia untuk mengejar keperawatan. Selama Era Victoria, seorang wanita muda dengan status sosial seperti Florence diharapkan menikah dengan pria kaya, bukan mengambil pekerjaan yang dipandang sebagai pekerjaan kasar oleh kelas sosial atas.
Menginjak usia 17, dia menolak lamaran pernikahan pria dari kalangan orang kaya, Richard Monckton Milnes. Ini didasari tekad untuk mengejar panggilan sejatinya sebagai perawat meskipun orangtuanya keberatan.
Tekad yang kuat membuat Florence nekat mendaftar sebagai mahasiswa keperawatan di Rumah Sakit Lutheran Pastor Fliedner di Kaiserwerth, Jerman pada 1844.
Pada awal tahun 1850-an, Florence kembali ke London, di mana dia mengambil pekerjaan sebagai perawat di rumah sakit Middlesex untuk para pengasuh yang sakit.
Kinerjanya di sana sangat membuat majikannya terkesan sehingga dia dipromosikan menjadi pengawas hanya dalam waktu satu tahun setelah dipekerjakan.
Posisi ini terbukti menantang ketika Florence bergulat dengan wabah kolera dan kondisi tidak sehat yang mendukung penyebaran penyakit ini dengan cepat.
Florence menjalankan misinya untuk meningkatkan praktik kebersihan, sehingga secara signifikan menurunkan angka kematian di rumah sakit. Sayangnya, kerja keras berdampak buruk pada kesehatannya. Dia baru saja pulih ketika tantangan terbesar dalam karier keperawatannya muncul, yakni saat Perang Krimea dimulai pada 1853.
Pada akhir tahun 1854, Florence menerima surat dari Menteri Perang Sidney Herbert, memintanya untuk mengorganisasi korps perawat untuk merawat tentara yang sakit dan gugur di Krimea.
Florence bangkit dan memenuhi panggilannya. Dia segera mengumpulkan tim yang terdiri dari 34 perawat dari berbagai ordo agama dan berlayar bersama mereka ke Krimea hanya beberapa hari kemudian. Selama perang, ia menjadi tonggak perawatan para tentara dan berhasil mengukir prestasi baik hingga dikenal sebagai pendiri keperawatan modern. (Hilal)