linimassa.id – Hey, bisa kah kalian membedakan kicauan burung yang sedang bersedih atau berbahagia?. Semar sang juru kunci pulau Jawa pun, aku yakin hanya tahu soal kicauan merdu. Barangkali di setiap jiwa semua burung bersemayam lah darah Dewa Dionisos yang dikenal sebagai dewa pesta. Kerjaannya hanya menari — nari bersama di rumah warga, kemudian mabuk lalu pergi begitu saja.
Hey, bisa kah kalian berhenti memadamkan matahari yang hangat?. Oh sayangku, kenapa kamu rela memadamkannya. Aku katakan, tidak dan tak akan pernah ada keyakinan dan sumber kehidupan yang lebih damai dari sebelumnya
Lonceng telah berbunyi, maka pertanda aku wartakan pagi dan mati. Pagi adalah perkara berharap yang kemudian dibatalkan oleh teror sebelum subuh. Mati adalah soal penderitaan mutlak yang kemudian dibatalkan oleh semangat Ibu dan Ayah.
Lantas, apakah kita harus menuju mati untuk mendapatkan pagi?. Apakah kita harus menanggalkan segala idea dan asumsi?. Apa pun jawabannya, dermaga sudah dibakar dan perahu sudah berlayar. Hanya kita seorang, mengarungi samudera kebebasan. Dan kita tidak boleh rindu akan pulang ke kampung halaman. (Wisnu Bayu Aji).