linimassa.id – Para petani di Thailand memiliki cara khusus untuk bersenang-senang. Mereka punya tradisi unik yakni balapan traktor.
Ini menjadi cara ampuh untuk mengusir kejenuhan dari rutinitas pekerjaan mereka. Setiap akhir bulan, sebuah ajang balap traktor sudah pasti digelar, seperti yang terjadi baru-baru ini. Dalam balap tersebut para petani dapat memamerkan kehebatan mesin andalan mereka.
Belakangan, selain untuk melepas kejenuhan balap juga ternyata menjadi ajang bersosialisasi dan menambah penghasilan. Maklum, dalam lomba tersebut panitia menyediakan hadiah yang lumayan menggiurkan.
Ada dua kategori dalam lomba balap traktor ini. Pertama adalah kelas original, yakni traktor harus dibiarkan apa adanya dan beradu cepat sambil menarik beban seberat 250 kilogram.
Kategori kedua khusus untuk traktor yang dimodifikasi. Kategori inilah yang paling ditunggu-tunggu para petani karena mereka dapat memamerkan keahliannya untuk mengutak-atik mesin.
Kemenangan pada kategori ini juga paling membanggakan karena mereka akan mendapat hadiah uang utama sebesar 5.000 baht atau lebih dari satu juta rupiah.
Balap
Dalam upaya memperkenalkan peran kerbau dalam pertanian, banyak komunitas tani di Thailand menggelar balap hewan itu menjelang musim tanam padi.
Kerbau-kerbau itu lari secara berpasangan di medan berlumpur. Setiap pasangnya dikendalikan seorang petani yang usianya relatif muda.
Pemenangnya adalah pasangan kerbau yang paling cepat mencapai garis finish, yang tidak lain adalah ujung petakan sawah yang menjadi arenanya.
Pada Minggu 6 Agustus 2023 lalu, ada lebih dari 60 ekor kerbau yang beradu kecepatan dalam lintasan sepanjang 200 meter di Kota Napa di Provinsi Chonburi, yang jauhnya sekitar 80 kilometer dari tenggara ibu kota, Bangkok.
Samart Suksawang, Wali Kota Napa, mengatakan acara tersebut menghormati peran tradisional kerbau sebagai hewan pemikul beban dalam pertanian padi.
“Tujuannya untuk melestarikan tradisi budaya, agar generasi muda mengerti bahwa kita sudah lama mempraktikkan budidaya padi dengan bantuan kerbau di masyarakat lokal kita,” jelasnya.
Adu balap kerbau ini, menurutnya, adalah tradisi turun temurun yang dimulai sejak tahun 1800-an. Acara ini biasanya bertepatan dengan masa-masa awal musim hujan ketika para petani mulai menanam benih padi di sawah-sawah mereka.
Dulu, kerbau memang sering digunakan untuk membajak sawah di Thailand. Namun kini, banyak petani menggunakan traktor untuk membajak sawah. Meski demikian kerbau masih dipelihara untuk menjalankan tugas-tugas lain seperti menarik gerobak angkut.
Noppadorn Ponpaiparn, 26, adalah salah satu petani yang ikut menjadi joki balap kerbau. Ia tak henti-hentinya menyiramkan air ke kerbau-kerbaunya di sela-sela pertandingan.
“Saat panas, saya harus sering menyiramkan air ke tubuh mereka untuk menghilangkan rasa lelah. Sama seperti petinju, saat istirahat, kita harus berusaha menyegarkannya,” jelasnya kepada VoA.
Balap kerbau kali ini berlangsung dalam cuaca kering yang panas, dengan perkiraan curah hujan turun lima persen selama musim hujan yang berlangsung dari Juli hingga Oktober. Namun, itu tidak menyurutkan niat Ratsamee Chomkhun, 48, untuk menontonnya.
“Sangat menyenangkan dan menggembirakan. Tapi kami juga khawatir ada kerbau yang akan melompat ke arah kami. Untunglah ada orang-orang yang mengendalikan mereka,” lanjutnya. (Hilal)