linimassa.id – Baru-baru ini ramai diperbincangkan tentang ASI bubuk. ASI bukan hanya mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi untuk tumbuh kembang yang optimal, tetapi juga terbukti dapat meningkatkan kesehatan dan kekebalan bayi.
Asi bubuk secara bertahap menjadi lebih populer berkat beberapa unggahan yang menunjukkan ulasan positif tentangnya, seperti kemudahan penggunaannya dan manfaatnya bagi bayi.
Sebelum memutuskan untuk memberikan asi bubuk kepada bayi, penting untuk memahami manfaat dan risikonya dengan cermat.
Ternyata ada beberapa resiko dari menggunakan dan mengkonsumsi ASI bubuk, di antaranya bayi yang minum ASI bubuk yang tidak diolah dengan benar lebih rentan terhadap infeksi.
Beberapa zat gizi penting dalam ASI segar dapat hilang selama proses pengeringan dan pengolahan ASI bubuk.
Terlalu banyak ASI bubuk dapat mengganggu bayi menyusui, dan ASI bubuk biasanya lebih mahal daripada ASI segar karena harus melalui pengolahan terlebih dahulu.
Terbaik
Menyusui langsung dengan ASI segar tetap menjadi cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan kekebalan tubuh bayi. Jika mempertimbangkan untuk memberikan ASI bubuk kepada bayi, penting untuk berkonsultasi dengan dokter anak terlebih dahulu.
Namun bagi ibu yang ingin tetap memberikan ASI segar kepada bayinya, penting untuk terus berusaha meningkatkan produksi ASI dengan memperhatikan gizi makanan dan minuman yang dikonsumsi. Bisa mengkonsumsi ASI booster, kacang-kacangan, dan makanan bergizi lainnya.
Inovasi ASI bubuk ini mengingatkan kita bahwa teknologi dan sains terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan manusia, termasuk dalam hal kesehatan anak.
Seiring dengan semakin populernya ASI bubuk, diharapkan produk ini dapat memberikan manfaat maksimal bagi ibu dan bayi di seluruh dunia.
Kekhawatiran
Teknik freeze drying ASI sedang viral. Meskipun dianggap inovatif untuk memperpanjang masa simpan ASI, metode ini juga menimbulkan kekhawatiran terkait keamanan dan efektivitasnya.
Laman Klik Dokter menyebut, penggunaan teknik freeze drying untuk mengubah air susu ibu (ASI) menjadi bubuk merupakan topik yang cukup baru dan sedang banyak diperbincangkan. Fenomena ini mulai viral di media sosial setelah seorang influencer mencobanya dan berbagi pendapat.
Ya, freeze drying mungkin jadi proses yang dianggap oleh beberapa pihak sebagai solusi inovatif untuk memperpanjang masa simpan dan memudahkan penyimpanan ASI, namun juga menimbulkan kekhawatiran terkait keamanan dan efektivitasnya.
Freeze drying, atau Lyophilization, adalah sebuah proses di mana produk, dalam hal ini ASI, dibekukan dengan suhu -40 hingga -50 derajat celcius dan kemudian air dihilangkan melalui sublimasi (perubahan langsung dari padat ke gas) di bawah vakum.
Proses ini memungkinkan ASI menjadi bubuk yang memiliki masa simpan yang lebih lama (dari sebelumnya 6 bulan menjadi 3 tahun) tanpa memerlukan pendinginan, dan bisa dilarutkan kembali ke dalam air ketika dibutuhkan.
Hingga saat ini, lembaga kesehatan internasional seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Food and Drug Administration (FDA) belum memberikan panduan resmi mengenai keamanan dan praktik terbaik dalam penggunaan teknik freeze drying untuk ASI.
Lembaga WHO tetap menekankan pentingnya ASI segar sebagai sumber nutrisi terbaik untuk bayi dan anak-anak.
Sementara itu, FDA, yang mengatur keamanan makanan dan obat-obatan di Amerika Serikat, juga belum mengeluarkan spesifikasi atau pedoman khusus tentang produk ASI yang diolah dengan freeze drying.
Freeze drying dapat memperpanjang masa simpan ASI, memungkinkan ibu yang mungkin berada jauh dari bayinya untuk menyimpan cadangan ASI yang dapat digunakan ketika dibutuhkan.
ASI bubuk lebih ringan dan tidak memerlukan kondisi penyimpanan yang khusus seperti pendinginan, membuatnya lebih praktis untuk dibawa bepergian.
Dalam kondisi tertentu seperti bencana alam atau situasi darurat medis, ASI bubuk bisa menjadi alternatif penting ketika penyediaan ASI perah segar terganggu.
Meskipun freeze drying adalah metode pengawetan yang lembut, beberapa ahli khawatir bahwa proses tersebut dapat mengurangi kadar nutrisi penting, termasuk antibodi dan hormon yang vital bagi pertumbuhan dan sistem imun bayi.
Proses freeze drying memerlukan peralatan yang mahal dan teknologi canggih, yang mungkin tidak tersedia secara luas atau hanya terjangkau oleh kalangan tertentu.
Seperti semua produk makanan yang diolah, ada risiko kontaminasi selama proses pengolahan. Ini membutuhkan standar kebersihan dan kontrol kualitas yang sangat tinggi.
Para ibu perlu mendapatkan informasi yang cukup tentang manfaat dan risiko terkait, serta konsultasi dengan profesional kesehatan untuk mendapatkan saran yang sesuai dengan kebutuhan individu.
Menurut Ketua Satgas ASI IDAI, DR Dr Naomi Esthernita Fauzia Dewanto, Sp.A(K), freeze drying belum memiliki bukti (setidaknya untuk saat ini) tentang kandungan gizi ASI dan keamanan dari bakteri dan virus.
“Tanpa bukti penelitian yang memadai, hingga saat ini belum jelas apakah freeze-dryed ASI memiliki rasio protein, lemak, karbohidrat yang tepat sebagai sumber nutrisi penting yang dibutuhkan bayi, berikut zat aktif untuk kekebalan tubuh dan tumbuh kembang bayi,”imbuh dr. Naomi seperti dilansir Klik Dokter.
Ya, Freeze drying ASI menjadi bubuk adalah sebuah inovasi khususnya bagi bank ASI yang mungkin menawarkan banyak keuntungan, terutama dalam hal penyimpanan dan transportasi.
Namun, tanpa pedoman yang jelas dari lembaga kesehatan terkemuka seperti WHO dan FDA, serta kekurangan data tentang efek jangka panjangnya terhadap nutrisi ASI, penting bagi para orang tua dan penyedia layanan kesehatan untuk berhati-hati.
Dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk memastikan bahwa teknologi ini tidak hanya inovatif tetapi juga aman dan efektif untuk bayi serta anak-anak. (Hilal)