linimassa.id – Untuk mengurangi kecepatan dan berhenti dalam waktu cepat dengan jarak pendek, setiap kendaraan bermotor dilengkapi sistem pengereman. Namun khusus untuk bus dan truk dilengkapi sistem pengereman yang sangat kuat dan rumit.
Hal itu disebabkan bus dan truk mampu melaju kencang (standar kendaraan niaga) sambil membawa beban muatan yang lebih berat daripada kendaraan lainnya.
Makanya sistem rem pada bus dan truk memiliki karakteristik teknis yang berbeda dengan kendaraan penumpang kendaraan niaga Secara umum, sistem rem utama pada bus dan truk terbagi menjadi tiga macam; hidraulik, air over hydraulic (AOH) dan full air brake.
Ketika memilih antara bus rem angin atau bus non-rem angin, hal-hal yang harus dipertimbangkan adalah kebutuhan transportasi, rute yang ditempuh, dan kondisi jalan yang dilalui.
Perbedaan antara bus rem angin dan bus non-rem angin terletak pada sistem rem yang digunakan.
1. Bus Rem Angin:
Bus rem angin adalah jenis bus yang menggunakan sistem rem angin sebagai sistem pengereman utamanya. Sistem ini bekerja dengan menghasilkan tekanan udara pada tabung rem dan mendorong piringan rem ke atas untuk menghentikan roda bus.
Tekanan udara yang dihasilkan oleh kompresor udara akan dikirimkan ke sistem rem melalui pipa udara. Bus rem angin biasanya lebih efektif dalam menghentikan kendaraan daripada bus non-rem angin. Namun, bus rem angin juga lebih kompleks dan membutuhkan perawatan yang lebih banyak.
Kerap disebut dengan istilah rem angin yang menjadi kelengkapan standar pada bus dan truk kelas 24 ton ke atas. Pada sistem rem full air, tidak ada lagi minyak rem karena peran minyak rem untuk mendorong brake pads/brake shoe sudah digantikan sepenuhnya oleh udara bertekanan.
Boleh disebut, fungsi pedal rem pada bus dan truk dengan rem angin hanya sebagai katup yang mengatur aliran udara bertekanan untuk menekan kampas rem. Sistem rem angin dilengkapi batang pendorong kampas rem (S-cam) dan pengatur setelan kampas rem otomatis.
Hanya saja, penggunaan udara bertekanan lebih sensitif terhadap kondensasi berupa masuknya air ke dalam sistem rem sehingga bus dan truk yang pulang kerja harus menjalani prosedur “buang angin”. Maksudnya begini, mekanik harus membuang udara bertekanan dalam tangki udara melalui katup buang di bagian bawah tangki udara.
2. Bus Rem Hidrolik:
Bus non-rem angin adalah jenis bus yang menggunakan sistem rem hidrolik sebagai sistem pengereman utamanya. Sistem ini bekerja dengan mendorong cairan hidrolik ke dalam silinder rem untuk menghentikan roda bus. Bus non-rem angin biasanya lebih sederhana dan membutuhkan perawatan yang lebih sedikit. Namun, efektivitas pengereman bus hidrolik biasanya kurang efektif dibandingkan dengan bus rem angin.
Sistem rem hidraulik memanfaatkan fluida (minyak rem) sebagai sarana untuk mengoperasikan kampas rem pada rem tromol dan rem cakram. Saat pengemudi menekan pedal rem, maka minyak rem dalam sistem rem akan mendorong brake shoe dan brake pads.
Umumnya sistem rem hidraulik digunakan pada bus dan truk kategori light duty dengan kelas 5-10 ton seperti Isuzu Elf, Hino Dutro, Mitsubishi Colt Diesel, dan Toyota Dyna. Sistem rem hidraulik yang relatif sederhana membuat biaya produksinya murah dan memudahkan perawatan serta pengoperasian.
Pada sisi lain, sistem rem hidraulik tidak bisa digunakan secara kontinyu di jalan menurun dan membawa muatan banyak karena berpotensi kepanasan dan macet atau blong.
Jika bus akan digunakan dalam kondisi jalan yang lebih berat atau menanjak, maka bus rem angin mungkin lebih disarankan. Namun, jika bus digunakan dalam kondisi jalan yang lebih datar atau ringan, maka bus non-rem angin dapat menjadi pilihan yang lebih ekonomis dan praktis. (AR)