linimassa.id – Bukan hanya bisa dijumpai di pertunjukan sirkus, para badut bisa bertebaran di pasar malam, taman hiburan, bahkan di perempatan jalan. Cari tahu yuk asal-usul badut.
Badut merupakan seseorang yang merias dan memoles wajahnya dengan bedak tebal dengan pulasan berbagai warna mencolok.
Badut biasanya berpakaian berwarna-warni dan mahir memperagakan berbagai ekspresi wajah lucu. Profesi badut sebenarnya cukup tua. Konon, sejak zaman Yunani Kuno dan Romawi Kuno.
Mereka tak hanya membuat tertawa lewat pertunjukannya, tapi juga menghibur. Badut mencari nafkah di jalan-jalan atau yang dikenal dengan istilah ngamen.
Kemampuan pantomim dengan gerakan-gerakan slapstik yang konyol, bisa jadi merekalah salah satu penjaja hiburan jalanan tertua di dunia.
Laman Encyclopedia Britannica menyebut, nenek moyang badut paling awal berkembang di zaman Yunani kuno. Awalnya badut berkepala botak yang tampil sebagai tokoh sekunder dalam lelucon dan pantomim. Mereka memparodikan tindakan karakter dari tokoh-tokoh yang lebih serius.
Badut serupa juga muncul di Pantomim Romawi, mengenakan topi runcing dan jubah tambal sulam. Mereka berperan sebagai obyek trik dan aksi rekan panggung yang lain.
Pertunjukan badut adalah ciri umum dalam dalam setiap pertunjukan para penghibur dan pesulap pada zaman Abad Pertengahan. Badut baru muncul sebagai aktor profesional pada akhir Abad Pertengahan, ketika para penghibur keliling berusaha meniru tingkah laku para pelawak istana dan masyarakat bodoh.
Salah satunya adalah Enfants san Souci, yang menjadi spesialis atau ahli dalam drama komik pada waktu festival.
Ada juga kelompok keliling commedia dell’arte Italia yang melahirkan salah satu badut paling terkenal sepanjang masa, Arlecchino atau Harlequin, sekitar paruh kedua abad ke-16.
Harlequin awalnya merupakan pelayan komik, atau zani, namun segera berkembang menjadi trickster akrobatik. Selain itu, badut di Inggris umumnya keturunan dari karakter pendamping dalam drama misteri abad pertengahan.
Di antara badut panggung profesional pertama yang terkenal adalah William Kempe dan Robert Armin. Keduanya terhubung dengan perusahaan Shakespeare. Aktor-aktor Inggris yang keliling pada abad ke-17, mengawali masuknya badut panggung ke Jerman, di antaranya adalah tokoh populer seperti Pickelherring, yang menjadi favorit Jerman hingga abad ke-19.
Melebar
Belakangan, istilah badut sendiri melebar ke mana-mana. Hampir semua pelawak dan pemancing tawa, kini juga kerap dijuluki sebagai badut.
Bahkan orang serius yang sedang bertingkah laku konyol sering dikatakan badut. Sebagai istilah, badut mengalami perluasan makna.
Kini, badut-badut bisa dengan mudah ditemukan di berbagai tempat hiburan. Tentu, dengan beragam aksesori tambahan yang makin bikin geregetan. Semisal hidung bulat bak tomat, atau topeng meniru karakter komik tertentu.
Uniknya, dengan tujuan yang selama berabad-abad lamanya tak pernah berubah, untuk memancing tawa dan menghibur siapa pun yang memandangnya.
Benar kata penulis lagu beken Amerika Serikat, Cole Porter (1893 – 1964): “All the world loves a clown.” Ya, sepertinya memang tak seorang pun di muka bumi ini yang tak suka badut. Tak salah kalau dia layak diberi gelar warga favorit dunia.
Berdasarkan sejarahnya, badut mengacu pada seseorang dengan dandanan lucu kadang-kadang meniru karakter komik, make-up tebal dan kostum berwarna unik, mempunyai kemampuan memperagakan mimik lucu dan gerakan-gerakan konyol, tanpa sedikit pun melepas kata-kata. Inilah yang membedakannya dengan pelawak konvensional.
Badut menjadi profesi jasa menghibur orang lain dengan berbagai karakter dan tingkah laku yang lucu, beragam mimik akan diperankan oleh si badut baik mimik sedih, konyol, senang, tertawa, menangis bahkan mengejek.
Orang yang bisa bertingkah laku seperti ini dinamakan badut. Berbeda dengan kostum badut ia merupakan manifestasi dan pengembangan dari profesi badut.
Segala sesuatu baik perilaku ataupun karakter dari sebuah pakaian,baju atau kostum lengkap didesign menyerupai badut (dengan perut buncit) maka dinamakan kostum badut.
Penampilan badut yang dikenal saat ini diketahui telah melalui berbagai perkembangan yang cukup panjang. Laman History of Circus, Joseph Grimaldi menyebut, awalnya merancang badut berwajah putih pada tahun 1801. Wajah dan lehernya ditutupi riasan putih, mulutnya dicat seringai, dan alisnya hitam. Pakaiannya mewah, dan karakternya cerdik.
Kemudian Auguste, dengan wajah dicat merah muda, merah, atau cokelat. Mulut dan matanya dicat putih, dan bibir serta alisnya berwarna hitam.
Pakaiannya bisa pas dan sesuai, atau sebaliknya. Karakternya adalah seorang anarkis, pelawak, atau orang bodoh. Selanjutnya, badut-badut memiliki tampilan yang lebih bervariasi sesuai zaman, meski pada dasarnya masih dalam satu nuansa.
Beberapa badut paling terkenal dalam sejarah dan sampai saat ini masih dikenang adalah Joseph Grimaldi, Matthew Sully, John Durang, Jean Baptiste Casmiere Breschard, dan Joe Pentland.
Jenis
Jangan salah, badut pun banyak jenisnya loh. Yuk simak:
Badut Maskot
Badut Maskot adalah badut yang dibuat oleh suatu perusahaan untuk menjadikan nyata maskot/logo perusahaan mereka kepada publik. Badut maskot dapat digunakan untuk pengenalan merek, promosi perusahaan, pameran, atau meningkatkan suatu tim dalam acara olahraga.
Badut Karakter
Badut Karakter merupakan badut tokoh film yang disukai oleh anak-anak seperti Superman, Batman, Robin, Spongebob, Tom & Jerry, dll. Penggunaan badut karakter ini sering ditemukan untuk memeriahkan pesta ulang tahun, family gathering, promosi, dll.
Badut Kini
Menjelang era perfilman modern, karakter badut mengilhami banyak tokoh bisnis hiburan. Sebagai contoh, komedian Charlie Chaplin dan Buster Keaton mengadopsi spirit para badut dalam semua film bisunya. Mulailah perkembangan era baru perbadutan, dari awalnya mengamen di jalan, menjadi bagian tak terpisahkan dari bisnis hiburan.
Menakutkan
Hadirnya badut biasanya untuk menghibur. Badut selalu bertingkah lucu hingga membuat orang tertawa.
Mereka melakukan berbagai atraksi hingga pertunjukan komedi yang membuat penonton terpingkal-pingkal. Namun, tak jarang orang justru menyebut badut menakutan. Jenis ketakutan ini biasa disebut dengan istilah coulrophobia.
Coulrophobia adalah ketakutan irasional terhadap badut yang dapat menyebabkan kepanikan dan mual. Encyclopedia Britannica mengatakan, coulrophobia adalah fobia yang langka.
Apa yang menyebakan orang takut dengan badut?
Badut kerap merias wajahnya yang seolah-olah tersenyum lebar dan ramah. Namun bagi sebagian orang, hal tersebut bisa bikin cemas. Ini karena kita tidak tahu wajah seperti apa di balik sosok badut tersebut.
Kelucuan para badut seolah-olah terlihat tidak alami dengan riasan tebal seperti topeng. Sehingga, emosi yang mereka sedang rasakan sulit dibaca oleh orang lain. Identitas mereka pun sulit diketahui.
Alasan banyak orang takut dengan badut adalah pop culture atau budaya populer badut sebagai penjahat. Sosok ini tercermin pada badut Pennywise.
Karakter badut karangan Stephen King itu digambarkan sangat seram dan senang menculik anak-anak.
Satu lagi sosok badut dalam karakter Joker sebagai musuh superhero Batman yang beroperasi di Gotham City. DC Comics yang menghadirkan karakter ini menggambarkan Joker sebagai Clown Prince of Crime.
Cara badut menghibur penonton pun kadang mengagetkan dan tidak disangka. Beberapa orang terganggu dengan cara mereka lakukan hal-hal konyol ini.
Psikolog Columbia University Clinic for Axiety and Related Disorders, Kristin Kunkie mengatakan, cara badut ketika menghibur nggak selalu diterima dengan ramah oleh penonton. Karena tingkah laku badut yang seperti itu membuat penotonnya terganggu dan gelisah atas aksi yang konyol.
Seperti menarik sesuatu dari lengan baju, meletuskan balon secara mendadak, atau menyemprotkan air ke penonton.
Maka dari itu para badut dianggap melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan emosi senang dan takut pada tiap orang.
Selain itu, adanya kasus kriminalitas di dunia nyata maupun film yang dilakukan oleh pelaku berkostum badut mau enggak mau memunculkan fobia terhadap badut. Sejumlah film horor dan acara TV menampilkan badut jahat yang kejam.
Sebut saja “Killer Klowns from Outer Space” (1988), Pennywise from “It” (1990), Killjoy dari serial film “Killjoy”, Kapten Spaulding dari “House of 1000 Corpses” (2003), “The Devil’s Rejects” (2005), “It” (2017) dan “It Chapter Two” (2019). Film-film seperti inilah memunculkan stigma kalau badut itu memang menyeramkan. (Hilal)