linimassa.id – Rematik atau rheumatoid arthritis merupakan penyakit yang ditandai dengan nyeri dan peradangan pada sendi. Menyerang siaap saja terutama kalangan dewasa, rematik menjadi penyakit yang harus diwaspadai.
Rematik lebih dikenal sebagai penyakit yang menyerang sistem otot dan tulang. Padahal, rematik juga dapat menyebabkan kerusakan pada organ lain, seperti jantung, paru-paru, sistem saraf, ginjal, kulit, dan mata.
Jika tidak segera ditangani, rematik bisa menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah rasa tidak nyaman akibat nyeri yang dapat mengganggu penderitanya dalam beraktivitas.
Kondisi ini merupakan penyakit autoimun, yakni kondisi ketika sistem imun pada tubuh seseorang menyerang sel-sel tubuhnya sendiri.
Dalam hal ini, area persendian adalah area yang diserang oleh sistem imun pengidap rematik. Akibatnya, peradangan kronis dan rasa nyeri yang hebat pada sendi-sendi yang terserang pun terjadi.
Gejala biasanya menyakitkan, kronis, dan progresif, yang berarti semakin memburuk dari waktu ke waktu. Diagnosis dan pengobatan dini dapat memperlambat perkembangan penyakit rematik.
Penyebab
Penyakit rematik seringkali tidak diketahui penyebabnya secara pasti, karena merupakan gangguan autoimun. Sistem imun pengidapnya menyerang sinovium atau sebuah membran yang melapisi sendi-sendi dalam tubuh.
Alhasil, sinovium menjadi meradang dan menyebabkan kerusakan pada tulang rawan dan tulang di sekitar sendi. Tendon dan ligamen yang berada di sekitar sendi menjadi lemah dan merenggang.
Seiring berjalannya waktu, sendi pun akan kehilangan bentuk dan mengalami perubahan posisi dari yang seharusnya.
Belum diketahui apa penyebab sebagian besar penyakit rematik. Namun, ada beberapa kondisi yang diduga terkait dengan masing-masing jenis penyakit ini. Antara lain rheumatoid arthritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan-jaringan yang membentuk sendi. Kondisi ini diduga terkait dengan faktor keturunan (genetik), juga infeksi virus atau bakteri.
Selain itu sindrom Sjögren terjadi ketika sistem kekebalan tubuh keliru menyerang kelenjar penghasil cairan, seperti air liur atau air mata. Sama seperti pada rheumatoid arthritis, kondisi ini diduga terkait dengan kelainan genetik yang disertai infeksi bakteri atau virus.
Ankylosing spondylitis atau peradangan pada bantalan di tulang belakang yang ditandai dengan kaku dan nyeri di tulang belakang juga menjadi pemicu. Penyebab kondisi ini belum diketahui secara pasti, tetapi diduga berhubungan dengan kelainan pada gen HLA-B27.
Faktor Risiko
Meski penyebab pastinya tidak diketahui, ada beberapa faktor yang diduga berperan dalam peningkatan risiko rematik, yaitu:
- Berusia 40-60 tahun.
- Genetik atau riwayat rematik di keluarga.
- Kebiasaan merokok.
- Paparan zat berbahaya dari lingkungan
- Gaya hidup kurang sehat.
- Masalah metabolisme.
- Keausan atau tekanan pada sendi atau persendian.
Gejala
Pengidap penyakit rematik biasanya memiliki tanda dan gejala berupa bengkak dan radang pada sendi, serta terdapat kekakuan pada sendi yang memburuk pada pagi hari dan setelah lama diistirahatkan.
Selain gejala pada sendi, biasanya pengidap rematik juga memiliki kondisi tubuh yang tidak prima, sering kelelahan, lesu dan lemas, sering mengalami demam yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya, dan mengalami penurunan berat badan.
Pada perjalanan awal, bagian yang biasanya diserang oleh penyakit ini adalah sendi-sendi kecil seperti pada jari-jari tangan maupun jari-jari kaki. Penyakit ini akan berkembang seiring berjalannya waktu.
Ini menimbulkan pengaruh terhadap sendi-sendi yang lebih besar seperti pergelangan tangan, pergelangan kaki, bahu, siku, dan pinggul. Pada beberapa kasus, bisa jadi ada gejala pada area selain sendi, seperti pada kulit, mata, paru-paru, jantung, ginjal, sel-sel saraf, sumsum tulang, dan pembuluh darah.
Tanda dan gejala dari penyakit rematik sangat beragam dari tingkat keparahannya dan dapat datang dan pergi. Seiring berjalannya waktu, rheumatoid arthritis ini menyebabkan deformitas dan pergeseran poses sendi.
Diagnosis
Secara umum, tidak ada tes tunggal yang dapat mendiagnosis penyakit rematik. Dokter mungkin akan mendiskusikan gejala dan melakukan pemeriksaan fisik untuk memeriksa tanda-tanda pembengkakan, kekakuan, atau kemerahan yang terlihat pada persendian.
Jika dokter mencurigai penderita memiliki beberapa jenis penyakit rematik, ia akan melakukan satu atau lebih tes laboratorium untuk membantu menyingkirkan kemungkinan penyebab lain dari gejala.
Beberapa tes yang mungkin dilakukan adalah:
Tes Darah. Untuk membantu mendeteksi penanda peradangan, antibodi yang terkait dengan penyakit tertentu, dan fungsi organ yang abnormal.
Tes Pencitraan. Seperti sinar-X, pemindaian tomografi komputer (CT scan), pemindaian pencitraan resonansi magnetik (MRI), atau ultrasound pada sendi dan tulang. Ini dapat membantu mendeteksi peradangan dan penumpukan cairan dan perubahan tulang atau sendi.
Pengobatan
Pengobatan untuk penyakit rematik biasanya berfokus untuk menurunkan dan menghilangkan peradangan yang terjadi. Meski begitu, penyakit ini tidak dapat disembuhkan secara total.
Obat-obatan yang dapat diberikan kepada pengidap rematik, antara lain:
- Obat anti radang golongan nonsteroid.
- Obat anti radang golongan steroid.
- Vitamin dan suplemen lainnya.
- Selain obat-obatan, perawatan lain mungkin diresepkan untuk penyakit rematik, termasuk latihan khusus, terapi fisik, terapi panas dan dingin, belat dan alat bantu lainnya, operasi,
Pengobatan rematik bertujuan untuk mengendalikan penyakit dan meredakan gejala yang dialami pasien. Umumnya, dokter akan meresepkan obat antiinflamasi non steroid (OAINS) untuk meredakan nyeri. Namun, pada pasien dengan nyeri parah, dokter akan meresepkan obat yang mengandung kortikosteroid.
Selain meresepkan obat-obatan, dokter akan menyarankan pasien untuk melakukan sejumlah hal berikut untuk membantu meredakan gejala:
Mengelola stres dengan baik
Berolahraga rutin
Beristirahat yang cukup
Menjalani pola makan sehat, lengkap, dan bergizi seimbang
Pada kasus yang berat, pasien akan dirujuk ke dokter spesialis reumatologi untuk mendapatkan penanganan yang lebih rinci dan untuk mencegah komplikasi yang parah.
Pencegahan
Tidak ada cara yang diketahui untuk mencegah penyakit rematik tertentu, termasuk ankylosing spondylitis, fibromyalgia, asam urat, radang sendi menular, penyakit Lyme, lupus, radang sendi psoriatik, dan radang sendi rematik.
Namun, dalam beberapa kasus, menghindari atau mengurangi pemicu tertentu dapat membantu mencegah flare. Untuk lupus, penting untuk menghindari pemicu umum, seperti stres, infeksi, obat-obatan tertentu, atau sinar matahari.
Untuk asam urat, mungkin perlu menghindari diuretik (digunakan dalam mengobati tekanan darah tinggi), minum alkohol, atau mengonsumsi makanan atau minuman tinggi fruktosa (seperti soda) atau terlalu banyak makanan kaya purin (seperti daging merah, otot, kerang atau tuna). (Hilal)