linimassa.id – Rafah sedang ramai menjadi perbincangan. Rafah merupakan sebuah kota di sebelah selatan Jalur Gaza, Palestina.
Rafah adalah ibu kota Kegubernuran Rafah, berjarak 30 kilometer (19 mi) di sebelah barat daya Kota Gaza.
Pada 2017, kota ini berpenduduk 171.889. Akibat pengeboman dan serangan darat besar-besaran di Kota Gaza dan Khan Yunis oleh Israel semasa Perang Israel-Hamas 2023, sekitar 1,4 juta pengungsi diperkirakan berlindung di Rafah pada bulan Februari 2024.
Selepas Perang Palestina 1948, Mesir memerintah Rafah dan mendirikan kamp pengungsi bagi korban perang Palestina.
Semasa Krisis Suez, Pasukan Pertahanan Israel membantai 111 warga Palestina, termasuk 103 pengungsi di kamp pengungsian Rafah.
Saat Perang Enam Hari, tentara Israel menduduki Semenanjung Sinai dan Jalur Gaza setelah merebutnya dari Mesir. Pada tahun yang sama, tentara IDF melibas dan menghancurkan 144 rumah di kamp pengungsian Rafah, yang menewaskan 23 warga Palestina.
Ketika Israel menarik pasukannya dari Sinai pada tahun 1982, Rafah dibagi menjadi dua, satu dikuasai oleh Gaza dan satu lagi dikuasai Mesir, yang dipisahkan oleh penghalang kawat berduri.
Pusat kota Rafah dihancurkan oleh Israel dan Mesir, untuk menciptakan zona penyangga yang lebih luas.
Perlintasan
Di Rafah terletak Pelintasan Perbatasan Rafah, satu-satunya titik persimpangan antara Mesir dan Jalur Gaza.
Satu-satunya bandara di Gaza, Bandar Udara Internasional Yasser Arafat, terletak di sebelah selatan Rafah. Bandara ini mulai beroperasi pada tahun 1998 dan tutup pada tahun 2001 setelah dibom oleh militer Israel (IDF).
Selama berabad-abad, kota ini dikenal dengan nama Rpwḥw oleh bangsa Mesir kuno, Rapiḫi atau Rapiḫu oleh bangsa Asiria, Rāphiyaḥ oleh Bani Israil, Ῥαφία Rhaphíā[ oleh bangsa Yunani, Raphia oleh Romawi Kuno, dan Rafh oleh Kekhalifahan Arab.
Dalam bahasa Inggris, Rafah /ˈrɑːfə/ (dari bahasa Arab modern) paling sering digunakan, tetapi Rafiah /rəˈfiːə/ (dari bahasa Ibrani modern) terkadang juga digunakan.
Kata Raphiah /rəˈfaɪə/ (dari bahasa Ibrani kuno) juga digunakan, terutama dalam konteks historis seperti Pertempuran Raphiah.
All Eyes on Rafah
Dalam beberapa hari terakhir, slogan ‘All Eyes on Rafah’ menjadi perbincangan hangat di media sosial. Slogan tersebut secara umum merupakan sebuah dukungan dari para pengguna media sosial untuk Palestina, terutama untuk pada pengungsi Gaza yang mengungsi di kota Rafah.
Laman Detik menyebut, Rafah merupakan satu-satunya tempat yang menjadi area saluran bantuan ke warga Palestina di Gaza.
Kota ini merupakan perbatasan dan tempat pengungsian bagi warga Gaza yang menjadi korban. Ketika Rafah juga ikut dibombardir, maka para pengungsi terjebak dan tidak bisa ke mana-mana.
Slogan ‘All Eyes on Rafah’ muncul karena ada peristiwa mengerikan yang terjadi di sana. Kota yang menjadi tempat pengungsian warga Gaza yang menjadi korban. Peristiwa mengerikan ini menimpa para pengungsi sipil dari Gaza yang menimbulkan banyak korban jiwa.
Berdasarkan laporan dari Al-Jazeera pada (28/5/2024), serangan udara dilayangkan oleh pasukan Israel ke Rafah. Terdapat puluhan orang kehilangan nyawa yang diakibatkan oleh serangan tersebut.
Beberapa foto yang beredar di media sosial mengenai peristiwa ini telah menarik perhatian dunia.
Foto-foto tersebut memperlihatkan pengungsi Palestina yang selamat sedang berusaha menggali reruntuhan sisa kebakaran untuk mencari korban yang tertimbun di bawahnya. Mereka berupaya menemukan korban yang terluka maupun yang telah meninggal dunia.
Seruan All Eyes On Rafah Dibagikan Puluhan Juta Kali di Medsos, Ini Pemicunya
Awal Mula
Dikutip dari laman Forbes, slogan yang sedang ramai di media sosial, ‘All Eyes on Rafah’ diduga berasal dari omongan Rick Peeperkorn, Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berkantor di teritori Palestina.
Pada bulan Februari lalu, dia mengatakan ‘All Eyes on Rafah’, setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, memerintahkan rencana evakuasi di kota Rafah. Pada saat itu, Netanyahu beranggapan bahwa Rafah adalah satu-satunya area yang masih menjadi kekuatan dari Hamas.
Slogan ‘All Eyes on Rafah’ yang berarti ‘Semua mata tertuju pada Rafah’ merupakan seruan bagi masyarakat dunia untuk tidak acuh terhadap genosida yang terjadi di Gaza. Seluruh dunia diminta untuk memantau perkembangan di Rafah, yang merupakan tempat pengungsian bagi warga Gaza yang menjadi korban.
Serbuan
Pada 6 Mei lalu, pasukan militer Israel menyerbu Rafah dan mengambil kendali perbatasan dari sisi Palestina. Akibat serbuan ini, Mesir menutup perbatasan dari sisinya sehingga tak ada bantuan kemanusiaan yang bisa memasuki Gaza.
Sementara itu, selama agresi brutal Israel ka Gaza berlangsung sejak 7 Oktober lalu, Rafah menjadi satu-satunya “pintu” bagi dunia internasional untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut.
Laman CNN Indonesia menyebut, Rafah juga menjadi tempat pengungsian ratusan ribu warga Palestina yang terpaksa lari dari utara dan tengah Gaza yang dibombardir habis-habisan oleh Israel.
Krisis kemanusiaan warga sipil Palestina pun semakin parah karena penutupan Rafah ini. Namun, seolah tak cukup, Israel menyerang kamp pengungsian di Rafah.
Pada Minggu (26/5/2025), setidaknya 45 warga Palestina yang tak berdosa tewas dan 200 orang luka-luka akibat kebakaran hebat yang disebabkan serangan udara Zionis.
Israel mengklaim serangan itu menargetkan kompleks Hamas. Dua pejabat senior Hamas diklaim tewas dalam serangan tersebut.
Mayoritas negara-negara di dunia mengutuk keras serangan Israel ini. Pasalnya, serangan ini terjadi hanya selang beberapa hari setelah Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ) memerintahkan Israel untuk menghentikan operasi militernya di Rafah.
Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Daniel Hagari beralasan pihaknya tak menduga bahwa serangan itu akan mengenai kamp pengungsian. Ia lantas menyebut serangan tersebut merupakan sebuah ketidaksengajaan.
Seakan tak gentar dengan kecaman global, pada Selasa (28/5), pasukan Zionis kembali menyerang kamp pengungsian di barat Rafah. Sebanyak 21 warga Palestina pun tewas.
Namun, militer Israel membantah telah melancarkan serangan di kawasan Al-Mawasi ini.
Peristiwa-peristiwa ini pun membuat publik nyaris di seluruh dunia ramai-ramai memberikan dukungan bagi Palestina. Melalui slogan “All Eyes of Rafah”, publik mengecam dan menekan Israel agar menyetop serangan brutal ini. (Hilal)