linimassa.id – Pertumbuhan ekonomi China mengalami perlambatan yang signifikan, menyebabkan penurunan tajam dalam tingkat permintaan di kawasan tersebut. Situasi ini menjadi perhatian global karena China memiliki peran penting sebagai mitra dagang terbesar Indonesia. Dalam neraca perdagangan, nilai ekspor-impor antara Indonesia dan China mencapai USD 130 miliar atau setara dengan Rp 2.039 triliun.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengingatkan akan dampak dari perlambatan ekonomi China. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menekankan bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi China berpotensi untuk mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di dalam negeri, dan langkah-langkah antisipatif harus diambil.
“Ekonomi China mengalami perlambatan, dan permintaan dalam negeri China juga menurun. Ini penting untuk diperhatikan karena China adalah salah satu mitra dagang terbesar Indonesia,” ujar Airlangga dalam sebuah acara bertajuk ‘Navigating Indonesia’s Path: Insight for Today, Visions for Tomorrow’.
Dalam perdagangan bilateral senilai USD 130 miliar antara Indonesia dan China, dampak dari perlambatan ekonomi China tentu akan dirasakan. Meskipun demikian, Airlangga menggarisbawahi bahwa Indonesia juga harus mengantisipasi situasi yang penuh ketidakpastian ini.
Perlambatan ekonomi China bukan satu-satunya perhatian. Geopolitik global juga menjadi faktor penting yang harus dianalisis. Peperangan di berbagai belahan dunia, seperti Rusia-Ukraina dan konflik antara Hamas dan Israel, harus diantisipasi. Situasi ini menunjukkan bahwa langkah-langkah strategis harus diambil, terutama di tengah ketegangan geopolitik global yang semakin meningkat, yang diperparah oleh krisis pangan saat ini. Beberapa negara bahkan telah menerapkan larangan ekspor pangan, seperti yang dilakukan oleh India yang membatasi ekspor beras.
Airlangga juga mengutip perkiraan International Monetary Fund (IMF) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi global akan mengalami kontraksi pada tahun 2024. IMF merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun depan dari 3 persen menjadi 2,9 persen. Inflasi dan likuiditas menjadi isu yang mendesak untuk diselesaikan.
Perlambatan ekonomi China dan ketidakpastian geopolitik global telah menambah kompleksitas tantangan ekonomi global. Dalam menghadapinya, pemerintah Indonesia perlu mengambil tindakan tegas dan bijak untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri dan melindungi kepentingan nasional.