linimassa.id – Payung yang ada saat ini dan paling dibutuhkan saat hujan, ternyata sudah digunakan di Mesir kuno, Mesopotamia, China, dan India sejak dahulu kala. Ini dilansir dari situs Wonderopolis.
Payung atau umbrella dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin “umbra”, yang berarti bayang-bayang.
Awalnya, payung justru tidak digunakan untuk melindungi orang dari hujan. Sebaliknya, orang kuno menggunakan payung untuk menghalangi panas matahari.
Ini menjadi alasan pada zaman dahulu, yang paling sering menggunakan payung adalah orang kaya dan orang yang berkuasa.
Menurut CNN Indonesia, payung sudah ditemukan sejak 3.500-4.000 tahun lalu. Penemu payung pertama yang tercatat adalah Lu Ban, seorang ‘bapak pertukangan’ di Tiongkok.
Bangsa Tionghoa berhasil membuat payung yang berfungsi juga sebagai pelindung terhadap hujan. Mereka berhasil memanfaatkan lilin dan lak sebagai pelapis kertas agar payung itu anti air.
Awalnya ia membuat payung untuk melindungi istrinya tercinta dari hujan yang kerap mengguyur saat mengantarkan makanan untuk Lu Ban.
Di Mesir kuno, payung pertama telah muncul lebih dari 4.000 tahun yang lalu. Payung diciptakan untuk melindungi keluarga kerajaan dan bangsawan dari sinar Matahari yang terik.
Awalnya payung terbuat dari bahan seperti daun pohon dan ranting palem, kemudian berkembang menjadi terbuat dari kulit binatang dan kain seiring berjalannya waktu.
Karena bahan-bahan sangat mahal dan sulit didapat, payung menjadi simbol kekayaan karena mayoritas hampir digunakan oleh keluarga kerajaan dan bangsawan.
Seiring perkembangan zaman hingga ke abad pertengahan, payung telah menyebar ke Yunani dan Italia. Kebanyakan, penyebaran payung terjadi karena jalur perdagangan, sebagaimana dikutip dari situs Parasol UK.
Pada abad ke-16, keberadaan payung menjadi populer terutama di negara-negara Eropa Utara yang memang kerap sekali turun hujan.
Semula payung hanya dianggap sebagai aksesoris kaum wanita. Lalu seorang petualang dan penulis Persia, Jonas Hanway (1712-1786), dengan percaya diri sering membawa payung di depan publik, sehingga menarik para pria untuk memakainya juga. Begitu populernya payung sehingga para pria di Inggris menyebut payung itu sebagai “teman jalan”.
Pada saat itu, payung sempat digunakan hampir secara eksklusif oleh wanita karena pria memandangnya sebagai ‘feminin’.
Walau sudah sampai Eropa, payung hanya familiar bagi masyarakat Asia dan Afrika karena belum banyak orang Eropa yang menggunakannya.
Orang Eropa baru menggunakan payung lebih sering ketika mereka datang ke Asia untuk menjajah.
Budaya payung di Asia kemudian ditiru oleh Eropa hingga akhirnya mulai populer digunakan oleh masyarakat Portugal dan menyebar ke Prancis sebagai bagian dari fesyen.
Pabrik payung pertama didirikan di Baltimore, Maryland, pada tahun 1928.
Payung-payung generasi awal di Eropa dibuat dari kayu atau tulang paus dan ditutup kain kanvas yang diberi minyak.
Sebagai penarik diberi sentuhan seni dengan gambar warna-warni dan gagang yang melengkung terbuat dari kayu keras, seperti kayu eboni, dan sebagainya.
Sampai akhirnya pada 1852, Samuel Fox menemukan rangka besi dapat digunakan untuk menyangga kain payung. Sejak saat itu selanjutnya teknik desain payung lebih terfokus pada cara bagaimana menemukan teknologi menutup atau melipat payung itu agar lebih praktis saat dibawa.
Nah itu dia seputar payung. Di setiap benda yang kita miliki dan temui, pasti memiliki cerita tersendiri. (Hilal)