linimassa.id – Diangkat massif dalam drama, serial, teater, hingga film, kisah Mahabharata tidak hanya dikenal di Indonesia tapi juga dunia.
Mahabharata merupakan salah satu dari dua wiracarita besar India Kuno yang ditulis dalam bahasa Sanskerta, yang satunya lagi adalah Ramayana.
Mahabharata menceritakan kisah perang antara Pandawa dan Korawa (Kurawa) memperebutkan takhta Hastinapura.
Mahabharata banyak memuat filsafat dan peribadatan Hindu, dan membahas Empat Tujuan Hidup Manusia (12.161).
Di antara karya dan cerita yang termuat dalam Mahabharata adalah Bhagawadgita, kisah Nala dan Damayanti, kisah Satyawan dan Sawitri, kisah Kaca dan Dewayani, kisah Resyasrengga, dan rangkuman Rāmāyaṇa, sering dianggap sebagai karya yang berdiri sendiri.
Secara tradisional, Mahabharata dikarang oleh Kresna Dwaipayana Byasa. Telah banyak upaya membongkar perkembangan sejarah dan komposisinya.
Sebagian besar naskah Mahabharata kemungkinan disusun pada abad ke-3 sebelum Masehi hingga abad ke-3 Masehi, dan bagian tertua yang dilestarikan disusun tidak sampai 400 SM.
Peristiwa asli yang berhubungan dengan wiracarita tersebut kemungkinan terjadi antara abad ke-9 hingga ke-8 SM.
Bentuk final dari naskah tersebut diduga dibuat pada periode Gupta (sekitar abad ke-4 M)
Terpanjang
Mahabharata menjadi salah satu wiracarita terpanjang di dunia dan juga disebut sebagai “puisi terpanjang yang pernah dibuat”.
Versi terpanjangnya memiliki lebih dari 100.000 śloka atau lebih dari 200.000 baris (satu sloka sama dengan dua baris), dan prosa yang sangat panjang. Dengan sekitar 1,8 juta kata, naskah Mahabharata memiliki jumlah kata sekira sepuluh kali lipat gabungan antara Iliad dan Odisseia, atau empat kali lipat lebih panjang daripada Ramayana.
J. Johnson telah membandingkan peranan Mahabharata dalam sejarah peradaban manusia dengan Alkitab, karya William Shakespeare, karya Homeros, drama Yunani, dan juga Alquran. Dalam tradisi India, naskah Mahabharata sering disebut juga Weda kelima.
Tekstual
Referensi paling awal yang diketahui tentang bhārata dan kata majemuk mahābhārata berasal dari Aṣṭādhyāyī (sutra 6.2.38) dari Pāṇini (abad ke-4 SM) dan Aśvalāyana Gṛhyasūtra (3.4.4).
Albrecht Weber sempat menyebutkan tentang suku Rgvedic dari Bharatas, di mana seorang yang ternama mungkin pernah ditunjuk sebagai Mahā-Bhārata.
Antara tahun 1919 dan 1966, para pakar di Bhandarkar Oriental Research Institute, Pune, membandingkan banyak naskah dari wiracarita ini yang asalnya dari India dan luar India untuk menerbitkan suntingan teks kritis dari Mahabharata.
Suntingan teks ini terdiri dari 13.000 halaman yang dibagi menjadi 19 jilid. Lalu suntingan ini diikuti dengan Harivaṃsa dalam 2 jilid dan 6 jilid indeks. Suntingan teks inilah yang biasa dirujuk untuk telaah mengenai Mahabharata.
Suci
Kitab Mahabharata adalah salah satu karya besar dari India yang dianggap suci dan paling istimewa bagi pemeluk agama Hindu.
Isinya menceritakan tentang perang antara Pandawa dan Kurawa dalam memperebutkan takhta Hastinapura.
Kitab Mahabharata disusun oleh Vyasa Krisna Dwipayana di India pada sekitar 400 SM. Kisah yang semula ditulis dalam bahasa Sanskerta ini kemudian disalin dalam berbagai bahasa.
Di Indonesia, salinan dari berbagai bagian Kitab Mahabharata telah digubah dalam bentuk kakawin berbahasa Jawa Kuno oleh para pujangga ternama sejak akhir abad ke-10.
Kitab Mahabharata juga diakui sebagai salah satu wiracarita terpanjang di dunia yang memiliki lebih dari 100.000 sloka dengan sekitar 1,8 juta kata.
Panjangnya ini diperkirakan empat kali lebih panjang daripada Kitab Ramayana.
Pembagian dan Isi
Mahabharata merupakan kisah epik yang terbagi ke dalam 18 bagian yang disebut parwa. Kedelapan belas parwa ini dikenal dengan sebutan Astadasaparwa (asta=8, dasa=10, parwa=kitab).
Rangkaian parwa ini menceritakan kronologi peristiwa dalam kisah Mahabharata, yaitu sejak kisah para leluhur Pandawa dan Kurawa, hingga diterimanya Pandawa di surga.
Adapun pembagian dan isi Kitab Mahabharata adalah sebagai berikut.
Adiparwa
Bagian ini mengisahkan tentang silsilah serta masa kanak-kanak Pandawa dan Kurawa. Karena keculasan dan watak buruk Kurawa, kedua belah pihak menjadi sering berselisih paham sejak kecil.
Sabhaparwa Kitab Sabhaparwa berisi kisah tentang usaha Kurawa untuk membinasakan Pandawa. Karena kalah dalam permainan dadu, Pandawa harus menjalani hukuman dengan hidup dalam pembuangan di tengah hutan selama 12 tahun.
Wanaparwa
Wanaparwa menceritakan tentang suka duka Pandawa ketika 12 tahun hidup dalam pembuangan di tengah hutan.
Wirataparwa
Kitab Wirataparwa menceritakan tentang penyamaran Pandawa selama satu tahun di Keraton Wirata setelah selesai menjalani pengasingan di hutan.
Udyogaparwa
Bagian ini menceritakan tentang kembalinya Pandawa ke Indraprastha setelah menjalani masa pembuangan. Ternyata, Kurawa tidak mau mengembalikan separuh bagian Kerajaan Hastinapura kepada Pandawa. Kedua belah pihak siap berperang di Kuruksetra setelah upaya damai yang diusulkan oleh Kresna gagal.
Bhismaparwa
Bhismaparwa berisi tentang kisah Bhisma yang menjadi panglima perang Kurawa, sedangkan Kresna sebagai penasihat dan pengatur siasat perang bagi Pandawa. Bagian ini juga menceritakan tentang keberhasilan Srikandi dan Arjuna dalam mengalahkan Bhisma.
Dronaparwa
Kitab Dronaparwa menceritakan kisah pengangkatan Bagawan Drona sebagai panglima perang Kurawa. Drona gugur di medan perang karena dipenggal oleh Drestayumna ketika sedang tertunduk lemas tatkala mendengar kabar kematian anaknya, Aswatama. Kitab ini juga menceritakan tentang gugurnya Abimanyu dan Gatotkaca.
Karnaparwa
Karnaparwa bercerita tentang pengangkatan Karna sebagai panglima perang oleh Duryudhana. Dalam kitab ini juga diceritakan ketika Dursasana gugur dan kematian Karna di tangan Arjuna dengan senjata Pasupati pada hari ke-17.
Salyaparwa
Kitab ini berisi kisah penyesalan Duryudhana atas perbuatannya dan hendak menghentikan pertikaian dengan para Pandawa.
Hal itu lantas menjadi ejekan para Pandawa sehingga Duryudhana terpancing untuk berkelahi dengan Bhima. Dalam perkelahian ini, Duryudhana akhirnya gugur.
Sauptikaparwa
Sauptikaparwa bercerita tentang pembalasan dendam Aswatama kepada tentara Pandawa. Peristiwa yang menggugurkan banyak tentara Pandawa ini membuat Aswatama menyesal dan memilih untuk menjadi pertapa.
Striparwa
Bagian ini mengisahkan tentang ratapan kaum wanita yang ditinggal oleh suami mereka bertempur di medan perang. Selain itu, Yudhistira diceritakan menyelenggarakan upacara pembakaran jenazah bagi mereka yang gugur dan mempersembahkan air suci kepada leluhur.
Santiparwa
Dalam Santiparwa diceritakan pertikaian batin Yudhistira karena telah membunuh saudara-saudaranya di medan perang. Akhirnya, ia diberi wejangan suci oleh Rsi Byasa dan Sri Kresna, yang menjelaskan rahasia serta tujuan ajaran Hindu agar Yudhistira dapat melaksanakan kewajibannya sebagai raja.
Anusasanaparwa
Anusasanaparwa berisi kisah penyerahan diri Yudhistira kepada Rsi Bhisma untuk menerima ajarannya. Bhisma mengajarkan tentang ajaran Dharma, Artha, aturan tentang berbagai upacara, kewajiban seorang raja, dan masih banyak lainnya.
Aswamedhikaparwa
Aswamedhikaparwa berisi kisah pelaksanaan upacara Aswamedha oleh Raja Yudhistira. Selain itu, bagian ini juga menceritakan tentang pertempuran Arjuna dengan para raja di dunia, kisah kelahiran Parikesit yang semula meninggal dalam kandungan karena senjata sakti Aswatama, tetapi dihidupkan kembali oleh Sri Kresna.
Asramawasikaparwa
Berisi kisah kepergian Drestarastra, Gandari, Kunti, Widura, dan Sanjaya ke tengah hutan untuk meninggalkan dunia ramai. Mereka juga menyerahkan takhta sepenuhnya kepada Yudhistira.
Mosalaparwa
Mosalaparwa menceritakan kisah Pandawa dan Drupadi yang menempuh hidup “sanyasin” atau mengasingkan diri dan meninggalkan dunia fana.
Prasthanikaparwa
Kitab ini menceritakan kisah perjalanan Pandawa dan Drupadi ke puncak Gunung Himalaya, sementara takhta kerajaan diserahkan kepada Parikesit, cucu Arjuna. Dalam pengembaraannya, Drupadi dan Pandawa (kecuali Yudhistira) meninggal.
Swargarohanaparwa
Swargarohanaparwa menceritakan tentang kisah Yudhistira yang berhasil mencapai puncak Gunung Himalaya dan dijemput untuk mencapai surga oleh Dewa Indra. Dalam perjalanannya, ia ditemani oleh seekor anjing yang sangat setia dan menolak masuk surga jika disuruh meninggalkan binatang itu. Anjing tersebut kemudian menampakkan wujudnya yang sebenarnya, yaitu Dewa Dharma. (Hilal)