linimassa.id – Sejauh ini, bisa ular sangat dijauhi karena berbahaya dan mengancam nyawa. Pada dasarnya, bisa atau racun merupakan upaya ular dalam menyerang musuh atau mangsanya. Itulah sebabnya, ular memiliki naluri untuk menggigit ketika merasa terancam, terlebih jika ada pergerakan manusia secara tiba-tiba di alam liar.
Laman Siloam Hospital menyebut, saat sedang menggigit, ular dapat menyuntikkan racunnya ke dalam tubuh manusia menggunakan gigi berlekuk atau berongga khusus yang disebut dengan taring. Taring tersebut terhubung dengan kelenjar racun di setiap sisi rahang atas ular.
Gejala akibat digigit ular bisa berbeda-beda, tergantung dari jenis bisa yang dihasilkan ular. Gejala yang ditimbulkan bisa berupa gejala lokal maupun sistemik. Tingkat keparahannya pun bervariasi, tergantung pada lokasi gigitan dan jumlah bisa ular yang masuk. Berikut adalah uraian lengkap tentang gejala gigitan ular.
Beberapa gejala atau efek lokal antara lain memar, bengkak, melepuh, dan nekrosis yang semuanya terjadi di tempat gigitan.
Sindrom kompartemen akut pada anggota tubuh yang terdampak setelah gigitan, seperti nyeri hebat, sensasi abnormal, terasa dingin, tidak berdenyut, dan tidak bergerak.
Efek racun ophthalmia akibat masuknya tetesan atau semprotan racun ke dalam mata, seperti kemerahan, nyeri hebat, gangguan otot kelopak mata, erosi kornea, dan peradangan yang disertai gangguan otot mata.
Beberapa gejala atau efek sistemik adalah sebagai berikut:
Racun yang masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan kegagalan pembekuan darah, kelainan trombosit (keping darah), dan kerusakan dinding pembuluh darah yang bisa memicu terjadinya perdarahan parah (salah satunya perdarahan otak).
Syok yang terjadi akibat perdarahan disertai gangguan otot jantung, perdarahan otak, penyempitan pembuluh darah, infeksi, dan anafilaksis (reaksi daya tahan tubuh).
Kelumpuhan akibat racun yang menyerang bagian saraf dan serat otot.
Kerusakan otot yang ditandai dengan nyeri otot, terutama di bagian leher, badan, dan anggota gerak tubuh. Biasanya juga disertai perubahan warna urine menjadi lebih gelap.
Cedera ginjal akut yang dapat disebabkan oleh gangguan tekanan darah rendah, sumbatan akibat trombus atau bekuan darah di pembuluh-pembuluh darah kecil di ginjal, serta kerusakan karena adanya gangguan imun atau efek langsung dari racun.
Pengobatan
Pertolongan pertama pada gigitan ular berbisa adalah menenangkan pasien dan memintanya untuk mengurangi pergerakan tubuh. Gerakan tubuh yang berlebihan dapat menyebabkan penyebaran racun dalam tubuh menjadi lebih cepat.
Dalam langkah pertolongan pertama, sebaiknya hindari melakukan tindakan insisi (menyayat bagian luka untuk mengeluarkan bisa), mengisap luka gigitan, memanaskan, serta memasang tourniquets. Selain itu, pasien maupun orang terdekatnya sebisa mungkin mengenali jenis ular yang menggigit.
Setelah mendapatkan pertolongan pertama, seseorang yang digigit ular perlu mendapatkan perawatan medis, setidaknya 24 jam setelah terkena gigitan. Di rumah sakit, dokter akan melakukan pemeriksaan ABCDE, yaitu airway (jalan napas), breathing (pernapasan), circulation (sirkulasi yang baik), disability (disabilitas), dan exposure (riwayat paparan).
Kemudian, perawatan dilanjutkan dengan pemantauan tanda dan gejala penyebaran bisa, serta lokasi gigitan. Dokter juga dapat memberikan obat antitetanus, antibiotik, dan analgesik. Dokter biasanya juga memberikan antivenom, yang mana di Indonesia hanya terdapat tiga jenis antivenom, yaitu serum antibisa ular (SABU) polivalen atau trivalen.
Ketiga jenis serum antibisa ular tersebut hanya efektif terhadap racun ular kobra (Naja sputatrix), ular belang (Bungarus fasciatus), dan ular tanah (Agkistrodon rhodostoma). Sementara itu, apabila luka gigitan mengalami infeksi atau peradangan, biasanya diperlukan tindakan pembedahan.
Mengapa Ular Menghasilkan Bisa?
Ular adalah makhluk luar biasa yang telah ada di Bumi selama jutaan tahun. Mereka tersebar di berbagai habitat di seluruh dunia dan memiliki berbagai macam perilaku dan karakteristik yang unik.
Salah satu hal yang sering menjadi perhatian saat berbicara tentang ular adalah bisa mereka. Ular berbisa adalah ular yang memiliki kelenjar yang bisa berfungsi untuk menyerang atau membela diri dari pemangsa atau pemangsa.
Beberapa memiliki yang bisa berbahaya bagi manusia, sementara yang lainnya tidak bisa sama sekali.
Laman Bali Safri menyebut, bisa ular terdiri dari campuran enzim dan toksin yang dapat menyebabkan berbagai efek pada tubuh manusia, mulai dari iritasi hingga kelumpuhan dan bahkan kematian dalam kasus yang ekstrem. Hanya sebagian kecil dari semua spesies ular yang benar-benar berbahaya bagi manusia.
Tidak semua ular bisa menghasilkan. Bisa pada ular adalah hasil evolusi yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup dan berburu dengan lebih efektif.
Mereka bergantung pada kemampuan untuk membantu mereka mendapatkan makanan dan melindungi diri dari pemangsa. Bisa ular juga berperan sebagai mekanisme untuk memecah molekul makanan dan mengubahnya menjadi nutrisi yang dapat diserap oleh tubuh ular.
Jenis-jenis Ular Berbisa
Neurotoksin : bisa mengandung zat neurotoksin. Neurotoksin adalah racun yang mempengaruhi sistem saraf, dan dapat menyebabkan kelumpuhan atau gangguan syaraf pada mangsa atau manusia yang digigitnya. Beberapa contoh ular berbisa neurotoksin termasuk Krait, Ular Berbisa India, dan Ular Kobra.
Hemotoksin: bisa mengandung hemotoksin, yaitu racun yang dapat merusak jaringan tubuh. Gigitan dari ular berbisa hemotoksin dapat menyebabkan pembengkakan, perdarahan, dan kerusakan organ pada korban. Contoh-contoh ular berbisa hemotoksin termasuk Ular Beludak, Ular Puff Adder, dan Ular Koral.
Mitos dan Fakta
Ular dapat ditemukan di berbagai wilayah di seluruh dunia, tetapi sebagian besar spesies yang paling berbahaya terdapat di daerah tropis dan subtropis. Beberapa daerah yang dikenal sebagai habitat banyak ular berbisa termasuk Asia Tenggara, Afrika, Amerika Selatan, dan Australia.
Ular sering kali mendapatkan reputasi yang buruk karena kemampuan mereka untuk menyebabkan cedera atau bahkan kematian pada manusia.
Beberapa mitos tentang ular meliputi klaim bahwa semua mereka mematikan atau bahwa mereka aktif untuk mencari manusia. Namun, ini hanya mitos belaka.
Fakta yang perlu dipahami adalah bahwa kebanyakan ular tidak ingin berinteraksi dengan manusia dan biasanya hanya akan menggigit sebagai bentuk pertahanan terakhir jika merasa terancam.
Bahkan ular yang memiliki bisa mematikan umumnya akan menggunakannya untuk menangkap mangsa mereka, bukan untuk menyerang manusia, kecuali dalam situasi ekstrem.
Penting bagi kita untuk mengenali dan memahami ular yang ada di sekitar kita. Ular berbisa yang ada di habitat alaminya perlu dihormati dan dijaga jaraknya.
Konflik antara manusia dan ular dapat dihindari dengan mengambil langkah-langkah pencegahan, seperti tidak menyentuh atau mengganggu ular yang ditemui di alam liar.
Sebagai bagian dari upaya konservasi, perlindungan terhadap ular juga harus diprioritaskan. Melalui penelitian dan pendidikan yang tepat, kita dapat meningkatkan pemahaman tentang peran penting ular dalam ekosistem dan menghargai keunikan setiap makhluk di alam ini. (Hilal)