linimassa.id – Tanaman satu ini cukup dikenal sebagai sejenis tumbuhan rempah dan merupakan tumbuhan tahunan berbentuk terna. Bunga, buah, serta bijinya dimanfaatkan sebagai bahan sayuran.
Inilah kecombrang, atau kantan, dan honje. Nama lainnya adalah honjé dan onjé (Sunda), sempol (Sas.), kincung (Medan), bungong kala (Aceh), bunga rias (Tapanuli), asam cekala (Karo), kumbang sekala (Lpg.), sambuang (Mng.), jaong (Kutai), takalu (Dayak Ma’anyan) serta lucu (Banyuwangi). Orang Thai menyebutnya daalaa.
Di Bali disebut kecicang sedangkan batang mudanya disebut bongkot kecicang dan keduanya bisa dipakai untuk sambal matah.
Honje berwarna kemerahan seperti jenis tanaman hias pisang-pisangan. Jika batangnya sudah tua, bentuk tanamannya mirip jahe atau lengkuas, dengan tinggi mencapai 5 m.
Pemilik nama latin Etlingera elatior ini adalah jenis tanaman rempah yang banyak ditemukan di berbagai daerah Indonesia, terutama Sumatera dan Jawa.
Rempah ini banyak dijadikan sebagai campuran atau bumbu penyedap yang memberikan aroma dan rasa yang khas pada masakan.
Manfaat
Kecombrang atau bunga honje dijadikan bahan campuran atau bumbu penyedap berbagai macam masakan di Nusantara.
Kuntum bunga ini sering dijadikan lalap atau direbus lalu dimakan bersama sambal di Jawa Barat. Kecombrang yang dikukus juga kerap dijadikan bagian dari pecel di daerah Banyumas.
Di Pekalongan, tanaman ini diiris halus dijadikan campuran pembuatan megana, sejenis urap berbahan dasar nangka muda. Di Malaysia dan Singapura, tanaman ini menjadi unsur penting dalam masakan laksa.
Di Tanah Karo, buah honje muda disebut asam cekala. Kuncup bunga serta “polong”nya menjadi bagian pokok dari sayur asam Karo; serta menjadi peredam bau amis sewaktu memasak ikan.
Masakan Batak populer, arsik ikan mas, juga menggunakan asam cekala ini. Sementara kuncup bunganya biasa dimasak dengan daun singkong menjadi gule bulung gadung, masakan khas Tapanuli Selatan. Di Palabuhanratu, buah dan bagian dalam pucuk honje sering digunakan sebagai campuran sambal untuk menikmati ikan laut bakar.
Di Sulawesi Selatan, tanaman dan buah honje dikenal sebagai patikala, yang acap digunakan sebagai bumbu masakan untuk ikan kuah kuning atau pallu mara dan juga masakan kapurung di daerah Luwu, serta sebagai bumbu aneka jenis sayuran semacam urap. Tunas tanaman ini dipercaya menyembuhkan penyakit panas dalam dengan cara dipanggang atau dibakar, dan lalu dikonsumsi isinya.
Sabun
Honje juga dapat dimanfaatkan sebagai sabun dengan dua cara: menggosokkan langsung batang semu honje ke tubuh dan wajah atau dengan mememarkan pelepah daun honje hingga keluar busa yang harum yang dapat langsung digunakan sebagai sabun.
Tumbuhan ini juga dapat digunakan sebagai obat untuk penyakit yang berhubungan dengan kulit, termasuk campak.
Dari rimpangnya, orang-orang Sunda memperoleh bahan pewarna kuning. Pelepah daun yang menyatu menjadi batang semu, pada masa lalu juga dimanfaatkan sebagai bahan anyam-anyaman; yaitu setelah diolah melalui pengeringan dan perendaman beberapa kali selama beberapa hari. Batang semu juga merupakan bahan dasar kertas yang cukup baik.
Kesehatan
Dalam bahasa Inggris, kecombrang dikenal dengan istilah torch ginger yang diambil dari bentuk kuncup bunganya yang berwarna merah menyerupai obor. Selain itu, beberapa orang juga mengenalnya sebagai red ginger lily.
Studi yang diterbitkan dalam Pakistan Journal Of Biological Sciences mengungkapkan bahwa kecombrang memiliki potensi sebagai bahan pangan yang memiliki kandungan antioksidan, antibakteri, dan antikanker.
Kecombrang juga kaya akan berbagai macam nutrisi, terutama mineral penting seperti kalsium, kalium dan fosfor. Selain itu, kecombrang juga rendah kalori dan tinggi kandungan serat.
Berikut adalah beberapa manfaat kecombrang bagi kesehatan tubuh :
- Mencegah Kerusakan Sel Tubuh
Penelitian tahun 2011 yang diterbitkan pada jurnal BMC Research Notes bertujuan untuk melihat kandungan antioksidan bunga kecombrang.
Hasilnya, efek antioksidan kecombrang memang sangat kuat. Bukan hanya bunganya, bahkan batang, rimpang, dan daun tanaman kecombrang sangat tinggi antioksidan.
Efek antioksidan pada tanaman kecombrang dihasilkan oleh kandungan senyawa flavonoid, yakni salah satu senyawa antioksidan yang membantu menangkal kerusakan sel dalam tubuh.
Tingginya kandungan antioksidan membuat kecombrang dikenal sebagai tanaman antikanker. Hal ini disebabkan kecombrang mampu memperlambat kerusakan akibat pertumbuhan sel kanker, khususnya terhadap sel kanker payudara.
- Menghambat Pertumbuhan Bakteri
Tanaman kecombrang juga dipercaya memiliki kemampuan yang signifikan sebagai agen antibakteri dalam merespon gejala penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen.
Berdasarkan pengujian dari Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau pada 2016, ekstrak batang tanaman kecombrang mengandung zat antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan berbagai bakteri, seperti Bacillus cereus, Escherichia coli, Listeria monocytogenes, dan Staphylococcus aureus.
Sifat antibakteri ini disebabkan oleh kandungan minyak atsiri, alkaloid, dan asam lemak pada kecombrang.
Selain itu, karena sifat antibakteri yang dimilikinya, kecombrang juga biasa dimanfaatkan sebagai bahan pengawet alami.
- Memberikan Aroma Segar
Kecombrang adalah pemberi cita rasa pada berbagai masakan. Hal ini dikarenakan aroma kecombrang yang kuat, sehingga bisa mengurangi aroma anyir pada ikan atau seafood.
Tanaman rempah ini juga memberikan aroma segar pada sambal dan hidangan masakan tumis maupun berkuah. Masakan yang dicampur dengan kecombrang biasanya akan mudah dibedakan dengan masakan lainnya.
Sama halnya seperti daun kemangi, aroma segar kecombrang dipercaya bisa menghilangkan bau mulut dan bau badan. (Hilal)