linimassa.id – Jepang berencana kembali membuang limbah air radioaktif yang telah diolah ke laut sebagai langkah terakhir dalam menangani sisa pembangkit listrik tenaga nuklir yang lumpuh, Fukushima Daiichi. Operator pembangkit listrik tersebut, Tokyo Electric Power Company Holdings (TEPCO), telah memulai pelepasan keempat limbah radioaktif ke laut pada Rabu (28/02/2024), yang akan menjadi pembuangan terakhir untuk tahun fiskal saat ini.
TEPCO akan membuang sekitar 7.800 ton air olahan tersebut selama sekitar 17 hari, setelah memastikan bahwa tingkat radioaktivitas dari kumpulan air terbaru memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah dan perusahaan tersebut. Langkah ini telah dipantau dengan ketat oleh otoritas terkait, dengan pemeriksaan tingkat tritium dan langkah-langkah pengawasan yang ketat.
Perusahaan dan pemerintah Jepang mempertahankan bahwa pelepasan air sangat penting untuk menonaktifkan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi, yang mengalami kerusakan inti setelah gempa bumi besar dan tsunami pada tahun 2011. Dengan air yang terkontaminasi terus terakumulasi dalam proses pendinginan bahan bakar yang meleleh, pembuangan air dianggap sebagai langkah yang diperlukan dalam upaya membersihkan lokasi tersebut.
Reaksi Internasional: Penolakan China
Meskipun langkah ini dianggap sebagai bagian dari operasi normal oleh Badan Energi Atom Internasional, beberapa negara tetangga, termasuk China, menentang keras pelepasan limbah ke laut. China telah melarang impor makanan laut dari Jepang sebagai tanggapan atas keputusan ini, dan menyerukan penghentian aktivitas tersebut.
Menurut Mao Ning, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, “Jepang perlu menanggapi kekhawatiran domestik dan internasional secara serius dan menanganinya dengan baik dengan sikap yang bertanggung jawab dan konstruktif.” China juga menyerukan pembentukan pengaturan pemantauan internasional jangka panjang yang independen dan efektif.
Upaya Diplomasi dan Penyelesaian
Meskipun Jepang dan China telah terlibat dalam diskusi informal untuk menyelesaikan masalah ini, tidak ada kemajuan signifikan yang dicapai. Namun, tantangan ini menunjukkan pentingnya dialog dan kerjasama internasional dalam menangani isu-isu lingkungan yang sensitif dan kompleks.
Mao Ning, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China: “Jepang perlu menanggapi kekhawatiran domestik dan internasional secara serius dan menanganinya dengan baik dengan sikap yang bertanggung jawab dan konstruktif.” (AR)