linimassa.id – Sejarah tongkrongan anak muda di Indonesia khususnya Jakarta tidak pernah terlepas dari daerah Melawai Blok M. Dahulu kala, ini menjadi tempat yang hits. Anak muda trendy kumpul di sini melakukan beragam aktivitas.
Kawasan ini cukup ternama di kalangan anak-anak muda dan sudah lama menjadi ikon ibu kota. Di masa kejayaannya yakni, di era 1980-1990, Blok M merupakan tempat nongkrong anak muda metropolitan yag ada di Jakarta Selatan.
Mereka kerap menghabiskan waktu di mal seperti Pasaraya, kawasan Melawai, Blok M Mal hingga kawasan Mayestik. Menurut, Zaenuddin HM, seorang jurnalis, dalam bukunya berjudul “212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doelo” terbitan 2012, kala itu banyak ABG biasa menghabiskan harinya di Kawasan Blok M sejak sore sampai malam hari.
Di sepanjang Jalan Melawai ini dulu video klip Denny Malik, Jalan Sore diambil. Jalan Melawai yang melegenda tentu tak dapat dipisahkan dari Blok M. Inilah kawasan anak gaul Jakarta era ’80-’90an berkumpul. Kalau kata Denny Malik, ‘tempat pergencengan’.
Bukan hanya lagu Denny Malik, budaya pop Indonesia tahun ’80-’90an beberapa kali memuat daerah Blok M sebagai tempat gaul. Sebut saja novel Lupus dan Olga karya Hilman Hariwijaya, juga Catatan Si Boy. Dari sana muncul istilah JJS alias Jalan Jalan Sore yang populer pada era tersebut. Anak 80-an pasti tahu ini.
Dari sekedar ‘cuci mata’, mencari hiburan, berbelanja, hingga konon ada yang mencari cinta. Blok M pada masanya menggambarkan potret sosial remaja Ibu Kota pada era 1980-1990.
Saking terkenalnya Blok M di kalangan anak muda, ada produser yang mengangkat fenomena anak gaul ini ke dalam film berjudul Blok M. Film ini disutradarai oleh Helmy Yahya. Dibintangi Deasy Ratnasari dan Paramitha Rusady.
Asal Usul
Konon, sebelum ada Blok M, tempat gaul anak muda sebenarnya di Cikini. Pindah ke Blok M karena ada perluasan daerah.
Dari asal usulnya, nama Blok M diambil dari nama kawasan blok di sekitar Kebayoran. Ada Blok A dan Blok S. Kawasan itu pada awalnya merupakan kompleks perumahan.
Asal tahu, Blok M sebenarnya adalah rancangan Belanda yang ingin membuat kawasan pemukiman dengan konsep taman. Sejak itu, dibuatlah Blok A-S pada 1947. Daerah Blok M ini semakin dikenal setelah Indonesia menyelenggarakan Asian Games pertama di Indonesia 1962. Senayan yang ramai, perpanjangan jalannya ke Blok M ini.
Pada zaman kolonial Belanda, pemerintah melakukan serangkaian pembenahan wilayah Batavia. Kawasan selatan Jakarta dibangun menjadi kota satelit pada tahun 1940. Lalu pembangunan tersebut dilanjutkan oleh Presiden Soekarno pasca kemerdekaan.
Atas dasar konsep itu, dibuatlah jalan penghubung yang sekarang dikenal sebagai Jalan Sudirman-Thamrin. Kota satelit ini kemudian dibagi menjadi beberapa blok, mulai dari Blok A hingga Blok S. Nah, kawasan Blok M lalu didapuk sebagai sentra bisnis, perbelanjaan hingga terminal dalam kota. Di era 80-an dan 90-an, Blok M sudah jadi tempat nongkrong anak muda metropolitan.
Pada masa itu sudah banyak mal yang jaraknya berdekatan satu sama lain, mulai dari Pasaraya, Melawai, Blok M Mal, dan Pasar Mayestik. Para anak muda yang rata-rata masih duduk di bangku SMA mejeng untuk cuci mata, cari hiburan, belanja atau mencari cinta.
Blok M juga sejak dulu dipadati oleh orang-orang Jepang. Di sekitar Jalan Melawai banyak restoran Jepang dan mess untuk ekspatriat Jepang. Namun, ketika Aldiron Plaza berubah jadi Blok M Square membuat orang-orang Jepang angkat kaki.
Seolah tidak kehabisan akal, para pemilik kedai Jepang pun mendirikan pusat hiburan malam dan karaoke khusus orang Jepang, termasuk keberadaan panti pijat dan klub malam yang bernuansa ala negeri Sakura.
Sampai sekarang, kawasan Melawai dikenal sebagai “Little Tokyo” dan tiap tahun menyelenggarakan festival seni dan kuliner Jepang bernama Eniichisai.
Kini
Saat ini, Blok M khususnya daerah Melawai tak lagi sama seperti dulu. Aldiron Plaza tempat ngeceng anak muda gaul itu sudah diganti Blok M Square. Melawai Plaza yang dulu ramai kini bertahan dengan pembeli konvensional.
Dari Blok A-S itu sekarang yang sisa tinggal Blok A, M, dan S. Sisanya berganti menjadi nama jalan yang lain. Dan anak muda era sekarang tidak lagi berkumpul di sini. Sudah banyak tongkrongan baru di Jakarta.
Saat ini, peran kawasan Blok M sebagai tempat berkumpul anak muda telah tergantikan. Namun Blok M masih menjadi daerah vital untuk daerah transit transportasi warga Jakarta Selatan dan sekitar untuk ke daerah Pusat.
Peremajaan kawasan Blok M juga terpantau gencar. Ada pembangunan jalan layang, jalur MRT, dan LRT.
Tahun silih berganti, Blok M terus mempercantik diri. Satu hal tidak berubah, masih menjadi kawasan primadona anak muda Jakarta. Ditambah dengan adanya transportasi umum yang mendukung.
Lokasinya pun sangat strategis. Menjadi transit warga dari Jakarta Pusat ke Jakarta Selatan. Terlebih dengan adanya MRT di kawasan itu. Membuat anak muda Jakarta tak meninggalkan Blok M.
Kini ada satu tempat di kawasan tersebut yang jadi tujuan anak muda. Yakni M Bloc Space. Sebuah wadah atau ruang kreatif muda-mudi yang diresmikan pada 26 September 2019.
M Bloc Space terletak di Kompleks rumah dinas Peruri di kawasan Blok M yang sudah puluhan tahun terbengkalai. Rumah bergaya lawas itu berdiri di atas lahan 6.500 meter persegi. Setelah lama tak terpakai, rumah itu dimanfaatkan menjadi ruang kreatif anak-anak muda Jakarta.
M Bloc Space menyediakan 17 tenant bertemakan vintage. Tujuannya untuk mengembalikan masa-masa Blok M di zaman dulu.
Kehadiran M Bloc Space bisa dimanfaatkan para perajin lokal untuk memamerkan produk mereka. Selain itu, tempat ini juga menyediakan hiburan musik. Sehingga pengunjung bisa menikmati suasana dengan santai dan tak membosankan.
Beberapa sudut tembok terdapat lukisan mural yang bisa dimanfaatkan untuk berfoto. Selain itu, berjejer kafe yang cocok untuk nongkrong bersama teman-teman.
Jangan lupakan makanan kaki lima, bernama gultik atau gulai tikungan. Tempat ini masih menjadi referensi anak muda Jakarta menikmati makanan dengan harga terjangkau.
Dengan segala perbaikan dan fasilitas yang mendukung, kawasan Blok M masih menjadi pilihan anak muda Jakarta menghabiskan waktunya. (Hilal)