linimassa.id – Di era 80 dan 90-an, bocil-bocil memang tidak akrab di hape. Sahabat favorit mereka adalah game watch atau gimbot.
Gimbot atau gembot merupakan penyederhanaan sebutan dari game watch, perangkat gim portabel yang diproduksi oleh perusahaan luar negeri.
Gimbot ini ada berbagai macam. Mulai dari permainan tembak-tembakkan sampai petualangan. Keberadaannya pun menghibur bocah-bocah di kala senggang.
Gamer zaman sekarang mungkin sudah terbiasa memiliki perangkat portabel yang bisa memainkan segala game canggih dalam wujud smartphone. Tapi untuk anak-anak di era tahun 80-90an (seperti angkatan penulis Gimbot), perangkat semacam itu sama gaibnya dengan penampakan alien di Area 51.
Teknologi masih jauh lebih kuno dibanding sekarang, sehingga game yang tersedia pun sangat sederhana. Gimbot memang menyimpan nostalgia yang menemani masa kecil kaum millennial dulu.
Awal Mula
Game watch muncul sebagai respons perusahaan elektronik asal Jepang, Casio, terhadap merebaknya tren mesin arcade di akhir tahun 70-an.
Game seperti Space Invaders, Asteroids, dan Galaxian saat itu sangat terkenal, bahkan memulai era yang disebut sebagai “era keemasan arcade game”.
Casio yang saat itu merupakan produsen jam tangan, mendapat ide untuk menggabungkan gaya hidup arcade game dengan jam tangan yang bisa dibawa ke mana-mana.
Perusahaan video gim Jepang, Nintendo, ikut merilis jajaran gim portabel yang diberi nama Game & Watch. Jadi nama Game Watch berasal dari nama merek milik Nintendo yang kemudian karena popularitasnya melekat sebagai sebutan untuk produk sejenis.
Casio dan Nintendo telah merilis puluhan judul gimbot dalam periode 80-90-an, tetapi tidak semuanya populer di Indonesia.
Sementara Nintendo masuk belakangan dengan console NES. Selain dua perusahaan ini, sempat masuk juga beberapa merek lain seperti Tronica, Tiger, dan Namco.
Mahal
Harga gimbot terbilang cukup mahal untuk pelajar sehingga tidak banyak anak-anak di Indonesia yang bisa memiliki apalagi mengoleksi semua gimbot yang disukainya.
Jadi di zaman dulu gimbot adalah peluang bisnis untuk pedagang asongan dan kaki lima. Banyak pedagang yang membuka penyewaan gimbot, umumnya di dekat-dekat sekolah atau tempat bermain lain.
Komedian sekaligus Youtuber, Soleh Solihun, tampaknya pernah merasakan memainkan gimbot yang dijajakan abang-abang pedagang asongan penyewa gimbot.
Dalam buku berjudul Majelis Tidak Alim, Soleh yang jenaka membagikan pengalamannya. Ia menyamakan si abang penyewa gimbot dengan hewan gurita ketika sedang mencari peruntungan dari usahanya itu.
“Abang-abang penyewa gimbot biasanya memasang tali pada gimbotnya. Dia punya beberapa belas gimbot yang disewakan Rp 50 sekali main (sampai game over). Jadi abang gimbot ibarat gurita dengan banyak tentakel yang ujungnya gimbot,” tulis Soleh.
”Kalau yang menyewa sudah game over, biasanya si abang akan menarik-narik tali sebagai tanda sudah berakhir masa sewanya atau perpanjang lagi,” kenang Soleh.
Seiring waktu, gimbot sewaan punya tarif sewa yang bervariasi, tetapi masih terbilang cukup murah untuk kantong pelajar. Youtube Retro Gamer Indonesia punya pengalaman bermain gimbot dengan modal sebesar Rp 100 saja untuk satu kali sewa selama kurang lebih lima menit.
Itulah gimbot yang menemani anak-anak di tahun 80-90an dulu. Dibandingkan game zaman sekarang, gimbot ini jelas sudah jauh tertinggal, tapi tetap ada nilai nostalgia di dalamnya. Dan meskipun kuno, gimbot tetap menyenangkan untuk dimainkan, kok!
Hingga kini masih ada orang yang gemar mengoleksi gimbot-gimbot ini, dan perangkat yang orisinal (apalagi dalam kondisi fullset) bisa dihargai ratusan ribu bahkan jutaan rupiah. (Hilal)