linimassa.id – Isu Bipolar belakangan ramai menjadi pembahasan di publik lantaran orang yang mengklaim mengidapnya mau bercerita ke publik.
Padahal, dahulu para pengidap Bipolar cenderung menutup diri khawatir mendapat stigma dari lingkungannya.
Dokter Psikiater Eka Hospital dr. Lidya Heryanto, SP.KJ mengatakan, bipolar adalah suatu gangguan yang berhubungan dengan perubahan suasana hati mulai dari posisi terendah depresif atau tertekan hingga ke tertinggi atau manik. Kedua gejala tersebut diyakini sulit untuk dikontrol bagi penderita Bipolar.
Menurutnya, orang yang mengalami gangguan bipolar ini akan sulit mengendalikan emosinya sehingga emosi yang muncul dan timbul akan sangat ekstrim dan sulit dikendalikan.
Episode depresif dapat meliputi gejala seperti energi rendah, motivasi rendah, dan kehilangan minat dalam aktivitas sehari-hari. Episode depresif bisa terjadi selama beberapa hari hingga berbulan-bulan sekaligus.
“Mood yang turun saat depresif, membuat pengidap Bipolar bisa sampai merasa sedih, putus asa, tidak ada semangat hidup, tidur berlebihan, sampai energinya habis sehingga kehilangan minat bahkan melakukan percobaan bunuh diri,” kata Lidya.
Sedangkan Episode Manik kebalikannya dari Depresif, dimana emosi yang dirasakan sangat tinggi, sehingga membuat moodnya sangat senang, semangat yang sangat berenergi, memiliki banyak ide, kurang tidur, hingga melakukan perilaku yang beresiko tanpa disadari.
“Pada saat mengalami Episode Manik, penderita bipolar bisa melakukan apa saja yang ingin dilakukannya, seperti berbelanja tanpa batas, menghabiskan uang bahkan tabungannya, hingga melakukan seksual dengan siapa pun tanpa memikirkan resikonya,” jelas Lidya.
Lidya menuturkan, seseorang bisa dikatakan bipolar ketika memiliki dua gejala tersebut, Episode Depresif dan Episode Manik. Namun perlu dicatat bahwa pada saat orang mengalami gejala keduanya jangan langsung dikatakan mengidap bipolar.
“Karena menurut teori, orang bisa dikatakan mengidap gangguan bipolar itu setelah mengalami gejala tersebut selama 5-10 tahun dan itu hanya bisa didiagnosa oleh Dokter Psikiater setelah dilihat riwayat pasien saat berusia 15-25 tahun,” tuturnya.
Lidya menyebut, gangguan bipolar terjadi biasanya saat umur 15-25 tahun, pada saat umur tersebut biasanya pengidap Bipolar sudah mulai memiliki gangguan emosi dan perilaku menentang.
“Namun tetap harus bisa membedakan, apakah gejala Bipolar atau bukan. Tidak semua orang yang mengalami gangguan emosi disebut Bipolar, harus ada siklusnya dan ini murni gangguan mood atau bukan,” bebernya.
Menurutnya, Bipolar tidak mudah untuk di diagnosa. Jika ada pasien yang mengalami mood tidak baik, disarankan untuk langsung konsultasi. Jangan sampai melakukan diagnosa sendiri.
“Dari konsultasi kita belajar mengendalikan emosi, memecahkan masalah, stress managemen dan lainnya. Emosi yang muncul merupakan sebuah alarm untuk diri kita. Jika terjadi masalah maka harus diselesaikan dan dikonsultasikan,” ungkap Lidya.
Pasien Bipolar wajib mengkonsumsi obat untuk mencegah kumatnya Depresif dan Manik. Karena jika pasien mengalami Depresif dan Manik, hormon stressnya tinggi di otak yang menyebabkan kerusakan parah hingga sulit berpikir.
Bahkan fungsi kognitifnya bisa hilang dan kemampuan memecahkan masalah terganggu hingga hubungan interpersonal dengan orang lain pun akan bermasalah. (spy)