linimassa.id – Penanganan stunting menjadi salah satu program prioritas Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel) Benyamin Davnie dan Wakil Wali Kota Tangsel Pilar Saga Ichsan. Targetnya, angka stunting di Tangsel 0 persen.
Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie mengatakan, keseriusan Pemkot Tangsel dalam menangani stunting ini terbukti dengan adanya penurunan angka stunting.
Pada 2021, angka stunting tercatat 19,9 persen. Angka itu menurun drastis menjadi 9 persen pada 2022. Meski tak mudah, Benyamin menargetkan angka stunting kembali turun di tahun ini dan berikutnya.
“Pemerintah sangat serius dalam menurunkan angka stunting. Alhamdulillah kita sebelumnya 19,9 persen di 2021, lalu jadi 9 persen 2022, dan targetnya syukur tahun ini bisa 7 persen. Karena turun satu persen saja bukan hal yang sederhana,” kata Benyamin.

Selain menargetkan angka stunting turun 2 persen pada 2023 ini, Benyamin juga menargetkan Tangsel bebas stunting. Maka itu penting untuk melakukan kerja keras secara kolaboratif.
“Nanti kita hitung lagi, makanya audit stunting perlu dilakukani,” ungkap Benyamin usai membuka acara diseminasi hasil rekomendasi audit kasus stunting di Aula Blandongan, Puspemkot Tangsel pada Selasa (28/11/2023).
Benyamin menuturkan, penanganan stunting menjadi komitmen Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam rangka mewujudkan generasi Indonesia emas di tahun 2045.
“Tangerang Selatan ini menjadi salah satu daerah yang mengalami penurunan angka stunting yang signifikan. Dan audit ini diperlukan untuk tahu penyebab stunting dari sasaran ekspose stunting, dan menghasilkan rekomendasi rencana tindak lanjut yang dapat dilakukan perangkat daerah terkait,” jelasnya.
Sementara itu Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB), Cahyadi mengatakan, bahwa audit ini dilakukan dalam rangka mencapai target yang telah dicanangkan. Dimana ada empat tahap yang dilakukan dalam prosesnya.
“Pertama pembentukan tim audit kasus stunting. Kedua pelaksanaan audit dan manajemen pendampingan, ketiga diseminasi audit kasus stunting dan keempat evaluasi rencana tindak lanjut kasus stunting,” ungkapnya.

Untuk di tahun 2023, kata Cahyadi, terdapat 531 sampling sasaran risiko stunting untuk diaudit. Dimana data tersebut diambil dari puskesmas berdasarkan kasus dan wilayah.
“Terdiri dari balita sebanyak 164, calon pengantin 47, batita 116 anak, ibu nifas 32 dan ibu hamil 172,” jelasnya.
Oleh karenanya audit stunting ini sangat penting dan strategis untuk dilakukan dalam penanganan stunting sebagai bagian monitoring dan evaluasi. (Adv)