linimassa.id – Semut disebut-sebut dalam Alquran. Salah satu surat bahkan dinamai An-Naml, yang berarti semut.
Kisah ini berhubungan dengan Nabi Sulamain dan bala tentaranya yang menghadapi sekutu semut, dijelaskan dalam Surat An-Naml ayat 18-19.
Saat rombongan Nabi Sulaiman sampai di lembah mereka berkatalah seekor Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.
Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan serangga itu. Dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”
Ada tiga bentuk penyebutan kata semut di ayat ke-18 tersebut, yaitu: An-Namli (lembah semut), Namlatun (seekor semut) dan An-Namlu (semut-semut).
Ayat ini menjelaskan, seekor semut (Namlatun) memberitahukan ke banyak (pasukan) semut yang ada di lembah. Karena menggunakan kata tunggal ‘seekor’, maka artinya adalah pimpinan semut.
Pemberitahuan dari sang pimpinan tersebut, berupa peringatan untuk menghindarkan mereka dari Nabi Sulaiman As dan pasukannya, yang bisa menginjak mereka.
Kata Namlatun menunjukkan bahwa koloni semut memeiliki pemimpin.
Sains
Jika dilihat dalam Buku Pintar Sains dalam Alquran tulisan Nadiah Thayyarah di masa lalu, ilmuwan meyakini bahwa kehidupan binatang yang termasuk kelompok serangga berjalan atas dasar insting belaka, dan bukan berdasarkan suatu sistem perilaku yang teratur dan tertib
Namun setelah dicapainya kemajuan dan perkembangan pengetahuan tentang dunia serangga, yang didasarkan pada ilmu fisiologi yang membahas fungsi setiap anggota tubuh yang dimilikinya, juga ilmu genetika, para ilmuwan mendapatkan bahwa kehidupan serangga berjalan di atas dasar fungsi-fungsi tertentu—sesuai dengan sifat genetika yang mengatur perilakunya.
Salah satu jenis serangga yang menarik penelitian mereka adalah semut. Di mana jenis serangga ini memiliki sistem kehidupan yang tertib yang membatasi perilaku tiap-tiap anggota masyarakatnya.
Untuk tempat tinggal, serangga ini biasanya hidup secara berkelompok di suatu tempat tertentu. Terkadang, sekelompok ini bisa memenuhi satu lembah yang luas sebagai tempat tinggal mereka.
Kerja Kelompok
Mereka hidup karena kerja sama di antara sesama anggota kelompok. Ketika mereka dihadapkan pada rintangan yang berupa air, misalnya, maka mereka yang muda, khususnya yang jantan dan memiliki badan kuat akan membangun jembatan dengan cara mengaitkan.
Dengan demikian, mereka yang lemah dan terluka serta yang sudah tua atau masih kecil, bisa melewati rintangan itu dengan selamat.
Pembuatan jembatan ini adalah merupakan perintah dari seekor ratu yang memimpin kerajaan mereka.
Kerajaan serangga ini pun terdapat yang anggota-anggotanya bertugas untuk memberikan masukan kepada ratu, dalam menetapkan setiap keputusan yang akan diambilnya, terlebih pada saat-saat genting.
Kerajaan ini, yang menjadi pemimpin adalah betina dan bukan jantan. Mereka hanya memiliki ratu, dan tidak memiliki raja. Fenomena ini, merupakan hal yang biasa terjadi dalam kelompok serangga
Bentuk tubuh sang ratu besar dan memiliki peranan penting. Untuk serangga jantan memiliki peranan yang kurang penting dibanding peranan serangga betina.
Isyarat Pemimpin
Pemberitahuan di kalangan mereka bersifat instruktif, karena menyangkut sesuatu yang bahaya, dan bersifat penting untuk segera sampai ke ‘telinga’ setiap serangga ini yang ada di lembah itu.
Instruksi dari pemimpin semut itu sampai ke semua pasukan semut tanpa ada yang terlewat. Dan ini ada dua kemungkinan:
Pertama, si pemimpin itu mengeluarkan suara (panggilan) dengan frekuensi tertentu atau zat tertentu sebagai isyarat panggilan yang menjangkau area dengan radius cukup luas sehingga semuanya dapat mendengar suara tersebut.
Kedua, dengan sistem estafet, si pemimpin memberi instruksi ke beberapa yang ada di dekatnya, lalu mereka itu meneruskan instruksi itu ke semut-semut lain yang terdekat, demikian seterusnya, sampai semut yang berada di sisi terluar menerima instruksi tersebut.
Cara penyampaian pesannya mungkin seperti yang terlihat oleh kita sehari-hari ketika melihat dua ekor semut yang bertemu.
Namun karena bersifat peringatan tanda bahaya, dan pesan harus sampai secepat mungkin kepada semua lain yang ada di lembah, maka kemungkinan pertama yang terjadi. Lalu bagaimana dengan informasi dari sains.
Bila mereka ini bertemu musuh, mereka juga memproduksi feromon sehingga isyaratnya bertambah atau berkurang, bergantung pada sifat bahayanya.
Jadi, serangga ini menggunakan zat feromon untuk berkomunikasi, salah satunya memberi peringatan adanya bahaya.
Zat feromon pada hewan ini ialah salah satu senyawa kimia hidrokarbon yang bermanfaat untuk interaksi dalam ekosistem, memiliki peranan penting dalam sistem komunikasi serangga, termasuk serangga ini.
Zat feromon pada hewan ini berasal dari kata “fer” yang artinya membawa dan “hormon” sehingga zat feromon pada semut berarti “pembawa hormon”.
Zat feromon ini adalah isyarat yang digunakan di antara hewan satu spesies dan biasanya diproduksi dalam kelenjar khusus dalam sistem biologisnya untuk disebarkan.
Ada banyak fungsi dari zat feromon pada serangga ini, di antaranya sebagai jejak menuju sumber makanan dan sebagai zat tanda bahaya yang keluar saat musuh menyerang.
Saat semut menggigit, dia akan meninggalkan zat feromon ini sebagai penanda bagi koloninya bahwa ada bahaya.
Setiap pasukan memiliki bau koloni khusus yang khas. Mereka memiliki senyawa hidrokarbon yang berbeda untuk membedakan jenis koloni mereka.
Jika ada semut asing memasuki sebuah sarang koloni semut lain, maka, koloni semut itu akan menyerang dengan asam format, sitronelal, dan zat zat beracun lain dari semut.
Subhanallah, satu ayat Alquran telah membangkitkan keinginan untuk mengetahui misteri yang ada di dalamnya, dan kemudian dengan sains terjawablah misteri itu.
Ayat ini hanya salah satu dari sekian ribu ayat Alquran yang membuktikan bahwa kandungan kitabullah adalah sesuatu yang benar (terbukti secara ilmiah), bukan hal yang mengada-ada. (Hilal)