linimassa.idlinimassa.id
  • News
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Gaya Hidup
  • Khazanah
  • Berita Video
Reading: 11 Bahasa Daerah di Indonesia Punah, Apa Penyebabnya?
linimassa.idlinimassa.id
  • News
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Gaya Hidup
  • Khazanah
  • Berita Video
Cari di sini
  • News
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Gaya Hidup
  • Khazanah
  • Berita Video
Punya akun? Sign In
Follow US
  • Disclaimer
  • Privacy
  • Redaksi
  • Info Iklan
© 2023 linimassa.id. Designed by dezainin.com
linimassa.id > Indeks > Pendidikan > 11 Bahasa Daerah di Indonesia Punah, Apa Penyebabnya?
Pendidikan

11 Bahasa Daerah di Indonesia Punah, Apa Penyebabnya?

11 Bahasa Daerah Terancam Punah

Hilal Ahmad 5 Juni 2023
Share
waktu baca 4 menit
Bahasa Daerah
Keragaman suka dan bahasa di Indonesia.
SHARE

linimassa.id – Indonesia dikenal memiliki berbagai bahasa dan adat istiadat. Namun jangan bahagia terlebih dahulu, faktanya adalah data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mencatat sebanyak 11 bahasa daerah di Indonesia telah punah.

 

Dari 11 bahasa ini, Provinsi Maluku menjadi daerah yang paling banyak kehilangan bahasa daerah yakni sebanyak delapan bahasa. Tiga bahasa lainnya berasal dari Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

 

Bahasa daerah yang punah ini antara lain Bahasa Tandia dari Papua Barat, Bahasa Mawes dari Papua, dan Bahasa Ternateno dari Maluku Utara.

 

Bahasa lainnya yang punah adalah Bahasa Kajeli/Kayeli, Bahasa Piru, Bahasa Moksela (Monks Ela), Bahasa Palumata, Bahasa Hukumina, Bahasa Hoti, Bahasa Serua, dan Bahasa Nila dari Maluku.

 

Penyebab kepunahan 11 bahasa daerah itu  berbeda-beda. Kepala Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek, M Abdul Khak menyebut, secara umum disebabkan oleh globalisasi yang mengarah ke monolingualisme, kawin silang atau campur antaretnis, migrasi dan mobilitas tinggi, serta sikap bahasa penutur jati.

 

- Advertisement -
Ad imageAd image

Selama ini, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek mengategorikan status bahasa daerah di Indonesia menjadi kategori aman, stabil tetapi terancam punah, mengalami kemunduran, terancam punah, kritis, dan punah.

 

Kategori status aman disematkan pada bahasa daerah yang masih dipakai oleh semua anak dan semua orang dalam etnik tersebut. Ada 25 bahasa daerah yang masuk dalam status aman.

 

Sedangkan status stabil tetapi terancam punah artinya anak-anak dan kaum tua menggunakan bahasa daerah tetapi jumlah penutur sedikit. Ada 19 bahasa daerah yang masuk dalam status ini.

 

Sementara status mengalami kemunduran yakni sebagian penutur anak-anak, kaum tua, dan sebagian penutur anak-anak lain tak menggunakan bahasa daerah. Ada tiga bahasa daerah yang masuk dalam status ini.

 

Pada status terancam punah yakni semua penutur 20 tahun ke atas dan jumlahnya sedikit, sementara generasi tua tidak berbicara kepada anak-anak atau di antara mereka sendiri. Ada 25 bahasa daerah yang masuk dalam status ini.

 

Pada status kritis, penutur bahasa daerah berusia 40 tahun ke atas dan jumlahnya sangat sedikit. Ada enam bahasa daerah yang masuk dalam status kritis.

 

Untuk status punah, tidak ada lagi penutur bahasa daerah. Ada 11 bahasa daerah yang masuk dalam status punah.

 

Kemendikbudristek juga menyatakan, setidaknya lima bahasa daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masuk dalam program revitalisasi bahasa daerah di 2022.  Lima bahasa ibu tersebut yakni bahasa Dawan, bahasa Manggarai, bahasa Kambera, bahasa Rote, dan bahasa Abui.

 

Saat ini, NTT merupakan provinsi ketiga di Indonesia dengan jumlah bahasa daerah terbanyak. Dari 718 bahasa daerah di Indonesia, 72 di antaranya berasal dari NTT.

 

Sementara menurut data yang disampaikan oleh jurnal masyarakat dan budaya sebagaimana dikutip dari Etnolog Lenguages of The World 2005, Indonesia memiliki kekayaan 742 bahasa daerah.

 

Dari jumlah tersebut sebagian sudah mengalami kepunahan seiring makin minimnya penutur.

 

Bahkan 11 bahasa daerah di Indonesia yang telah punah berdasarkan catatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemendikbud sejak 2017. (Hilal)

Share This Article
Facebook X Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link Print
- Advertisement -
Ad imageAd image
- Advertisement -
Ad imageAd image
- Advertisement -
Ad imageAd image
- Advertisement -
Ad imageAd image
- Advertisement -
Ad imageAd image
16 Agustus 2025
Ad imageAd image

Terkini

Dinkes Kota Tangsel
Dinkes Kota Tangsel Fasilitasi Cek Kesehatan Gratis dan Tes IVA di Kejari
News
Flyover Jalan Haji Sarmah
Pembangunan Flyover Jalan Haji Sarmah Bintaro Disorot, Sudah Sesuai Tata Ruang?
News
Dinkes Tangsel
Dinkes Tangsel Minta Masyarakat Waspada DBD, Ada 487 Kasus
News
PWI Tangsel
PWI Tangsel & Baznas Santuni Anak Yatim dan Dhuafa, Maknai Kemerdekaan dengan Berbagi
Khazanah
Setiawan Chogah
Refleksi Novel Terbaru Setiawan Chogah: Menyimak Pohon, Menyimak Luka
Khazanah
linimassa.idlinimassa.id
Follow US
© 2023 linimassa.id. Designed by dezainin.com
  • Disclaimer
  • Privacy
  • Redaksi
  • Info Iklan
logo-linimassaid
Selamat datang kembali!

Login ke akunmu

Username or Email Address
Password

Lost your password?