LEBAK, LINIMASSA.ID – Kasus ular berbisa di Lebak sudah sangat mengkhawatirkan, selama Januari hingga Mei 2025, sudah ada 247 korban warga yang digigit ular berbisa.
Dari ratusan korban tersebut, satu orang meninggal dunia usai mendapatkan perawatan di RSUD Lebak, selebihnya ada yang dirawat di Puskesmas di Kabupaten Lebak.
Kasus Ular berbisa di Lebak ini juga menjadi ancaman bagi warga masyarakat adat Baduy, yang tinggal di daerah perhutanan dengan habitat ular berbisa yang cukup banyak.
Namun sayangnya, berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, saat ini stok serum anti bisa ular di 43 Puskesmas di Lebak kosong.
Kendati demikian, sadar akan ancaman ular berbisa di Lebak, Dinas Kesehatan sudah memesan seribu serum anti bisa ular guna menangani pasien yang datang dengan kasus gigitan ular.
Seperti diketahui bersama, Kabupaten Lebak merupakan wilayah agraris dengan akosistem alam yang dikelilingi wilayah pertanian dan hutan.
Maka tak heran jika habitat ular berbisa banyak tersebar di berbagai daerah, salah satunya di kawasan wisata Baduy, sehingga membuat nacaman gigitan ular cukup tinggi.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak Endang Komarudin mengatakan, saat ini stok serum anti bisa ular atau ABU di 43 Puskesmas kosong, yang masih tersedia hanya di RSUD Adjidarmo Lebak.
“Kami sudah memesan 1.000 fial ABU kepada Biofarma, baru bisa kami terima di bulan Juni,” kata Endang, Senin 5 Mei 2025.
SOP Penanganan Ular Berbisa di Lebak
Endang menjelaskan, terkait penanganan kasus pasien ular berbisa di Lebak, memiliki Standar Operasional atau SOP yang tidak melulu ditangi dengan pemberian serum ABU.
Namun, menurut Endang, pasien gigitan ular berbisa di Lebak cukup dimobilisasi pemberian ST, hal itu secara bertahap akan bisa sembuh tanpa menyuntikan serum anti bisa ular.
Penggunaan serum ABU, lanjut Endang, jika pasien gigitan ular berbisa di Lebak sudah masuk ke arah sistemik, yang menyebabkan kelainan gangguan pembekuan darah dan gangguan sarap.
Kendati demikian, Endang tetap mengimbau agar warga tetap waspada, baik di cuaca hujan ekstrem ataupun kemarau, karena ancaman ular berbisa di Lebak bisa kapan saja mengintai.
“Terutama saat kemarau ketika banyak warga membuka ladang atau huma, ular berbisa jadi ancaman,” imbaunya.
Endang menyarankan agar para petani mengenakan sepatu booth atau pelindung kaki, serta mengenakan celana panjang yang tebal saat beraktivitas di ladang.
Hal ini guna menghindari cidera parah ketika terjadi gigitan ular berbisa di Lebak, sehingga meminimalisir kemungkinan ancaman kematian akibat gigitan ular.