LINIMASA.ID- David Blaine kagumi debus Banten, ia yang dikenal dengan aksi-aksi sulap jalanannya sedang melakukan perjalanan panjang mengarungi dunia demi menemukan aksi-aksi magiacian hebat.
Sang pesulap jalanan asal Amerika ini akhirnya berlabuh di Provinsi Banten demi mencari aksi-aksi magician. Sesampainya di Banten, David Blaine terdiam kagum akan aksi kesenian asal Banten yaitu Debus.
Seperti yang ditayangkan lewat unggahan Instagram Disneyhotstar, David Blaine kagumi debus Banten, memperlihatkan David Blaine yang terperanga melihat aksi para pendekar debus melakukan pertunjukanannya seperti menusukan pisau tajam ke badan, menginjak bara api panas, meminum air keras dan masih banyak lagi.
Dibalik aksi-aksi memukau dari para pendekar debus, Debus bukan sekadar seni pertunjukan. Ia adalah warisan dari masa Kesultanan Banten, digunakan untuk membakar semangat para prajurit dalam menghadapi penjajahan.
David Blaine kagumi debus Banten yang sarat akan ritual mengandalkan doa-doa khusus, latihan raga, dan kekuatan batin, menciptakan kekebalan tubuh yang tampak mustahil dijelaskan secara logika modern.
David Blaine Kagumi Debus Banten

Di mata David Blaine kagumi debus Banten, melihat apa yang dilakukan para pendekar Debus bukanlah trik sulap. Tidak ada ilusi, tidak ada bantuan alat tersembunyi. Yang ada hanyalah manusia, keyakinan, dan kekuatan spiritual yang diolah bertahun-tahun.
David Blaine, yang dikenal lewat aksi bertahan dalam es selama 63 jam atau menahan napas di bawah air selama lebih dari 17 menit mengaku sangat eksited dengan debus Banten.
Menurutnya, Debus memberikan dimensi baru dalam memahami batas kemampuan manusia. Ia tak lagi sekadar berbicara tentang “trik” atau “ilusi”—tapi tentang hubungan batin antara manusia dengan dirinya sendiri dan dengan kekuatan yang lebih besar.
Pertemuan David Blaine kagumi Debus Banten menjadi catatan penting bahwa warisan budaya Indonesia memiliki daya tarik yang tak hanya memukau wisatawan, tetapi juga para maestro dunia.
Tradisi yang lahir dari tanah Banten ini bukan sekadar pertunjukan untuk ditonton—ia adalah seni, iman, dan ketahanan yang mampu menginspirasi dunia.