Linimassa.id – Sudah sejak lama gaya berpekaian Harajuku menginfluence banyak orang di berbagai penjuru dunia, termasuk Indonesia.
Harajuku sendiri merujuk pada sebuah kawasan yang terletak di antara distrik Shinjuku dan Shibuya di metropolitan Tokyo. Harajuku paling dikenal dengan budaya fesyen jalanannya yang eksentrik, oleh karena itu ada istilah Harajuku fashion.
Konon, gaya Harajuku sudah ada sejak awal 1980-an, namun mulai dikenal di Barat sekitar tahun 2000-an. Menariknya, Harajuku bukan sekadar ajang pamer busana nyentrik, tapi juga sebuah gerakan melawan aturan sosial yang ketat dan tekanan untuk menyesuaikan diri dengan norma.
Yuk simak 7 hal ini.
Harajuku Ada di Shibuya
Harajuku merupakan sebutan populer untuk kawasan di sekitar Stasiun JR Harajuku, Distrik Shibuya, Tokyo. Kawasan ini terkenal sebagai tempat anak-anak muda berkumpul dengan menggunakan pakaian yang nyentrik dan mencolok.
Lokasinya mencakup sekitar Kuil Meiji, Taman Yoyogi, pusat perbelanjaan Jalan Takeshita (Takeshita-dōri), department store Laforet, dan Gimnasium Nasional Yoyogi. Harajuku bukan sebutan resmi untuk nama tempat, dan tidak dicantumkan sewaktu menulis alamat.
Sekitar tahun 1980-an, Harajuku merupakan tempat berkembangnya subkultur Takenoko-zoku. Sampai hari ini, kelompok anak muda berpakaian aneh bisa dijumpai di kawasan Harajuku. Selain itu, anak-anak sekolah dari berbagai pelosok di Jepang sering memasukkan Harajuku sebagai tujuan studi wisata sewaktu berkunjung ke Tokyo.
- Harajuku di Utara Omotesando
Sebetulnya sebutan “Harajuku” hanya digunakan untuk kawasan di sebelah utara Omotesando. Onden adalah nama kawasan di sebelah selatan Omotesando, namun nama tersebut tidak populer dan ikut disebut Harajuku.
Harajuku dalam Sejarah
Sebelum zaman Edo, Harajuku merupakan salah satu kota penginapan (juku) bagi orang yang bepergian melalui rute Jalan Utama Kamakura. Tokugawa Ieyasu menghadiahkan penguasaan Harajuku kepada ninja dari Provinsi Iga yang membantunya melarikan diri dari Sakai setelah terjadi Insiden Honnōji.
Di zaman Edo, kelompok ninja dari Iga mendirikan markas di Harajuku untuk melindungi kota Edo karena letaknya yang strategis di bagian selatan Jalan Utama Kōshū. Selain ninja, samurai kelas Bakushin juga memilih untuk bertempat tinggal di Harajuku. Petani menanam padi di daerah tepi Sungai Shibuya, dan menggunakan kincir air untuk menggiling padi atau membuat tepung.
Di zaman Meiji, Harajuku dibangun sebagai kawasan penting yang menghubungkan Kota Tokyo dengan wilayah sekelilingnya. Pada tahun 1906, Stasiun JR Harajuku dibuka sebagai bagian dari perluasan jalur kereta api Yamanote. Setelah itu, Omotesando (jalan utama ke kuil) dibangun pada tahun 1919 setelah Kuil Meiji didirikan.
Harajuku Pusat Busana
Setelah dibukanya berbagai department store pada tahun 1970-an, Harajuku menjadi pusat busana. Kawasan ini menjadi terkenal di seluruh Jepang setelah diliput majalah fesyen seperti Anan dan non-no.
Pada waktu itu, kelompok gadis-gadis yang disebut Annon-zoku sering dijumpai berjalan-jalan di kawasan Harajuku. Gaya busana mereka meniru busana yang dikenakan model majalah Anan dan non-no.
Sekitar tahun 1980-an, Jalan Takeshita menjadi ramai karena orang ingin melihat Takenoko-zoku yang berdandan aneh dan menari di jalanan. Setelah ditetapkan sebagai kawasan khusus pejalan kaki, Harajuku menjadi tempat berkumpul favorit anak-anak muda. Setelah Harajuku makin ramai, butik yang menjual barang dari merek-merek terkenal mulai bermunculan di Omotesando sekitar tahun 1990-an.
Harajuku Fashion Style
Laman Travel Channel menyebut, ada sejumlah ‘aliran fesyen’ yang bisa Anda jumpai di Harajuku, di antaranya Cosplay (costume play), yakni menggunakan kostum karakter tertentu, gaya lolita yang sensual dan terinspirasi fesyen era Victoria di Barat, gaya gyaru yang kekanak-kanakan, hingga gaya punk.
Fashion style Harajuku beragam. Berikut beberapa di antaranya:
– Cosplay
Cosplay atau “Costume Play” merupakan gaya berpakaian yang menggunakan konsep berpakaian karakter dari anime, game, band atau manga. mereka tidak hanya menerapkan gaya berpakaian saja, tapi juga sifat dari karakter tersebut.
– Lolita
Lolita menampilkan gaya sederhana yang diadopsi dari mode Era Victoria dimana mereka menggunakan gaya khas rok selutut berbentuk cupcake dan menggunakan stoking bewarna hitam atau putih dan memberikan kesan yang sensual. akan tetapi ada juga yang menggunakan rok panjang dengan korset dan hiasan kepala.
– Punk
Gaya punk menampilkan gaya pemberontakan yang terinspirasi dari Era Punk Rock. dengan rambut skinhead dan tindikan di lidah.
– Gyaru
Di Harajuku juga terdapat kelompok perempuan yang menggunakan gaya Gyaru, mereka menggunakan fashion dengan tampilan kekanak-kanankan yang bisa dibilang terlalu berlebihan. sering dilihat sebagai karikatur khas remaja Amerika. Rambut yang dicat dan riasan yang berwarna-warni merupakan konsep inti dari model fashion ini.
– Ganguro
Gaya Ganguro secara kasar diterjemahkan sebagai “wajah hitam”, membawa gaya girly-glam gyaru ke tingkat yang baru. Anda bisa membedakan seorang gadis ganguro dari warna cokelat buatannya yang dalam, rambutnya diwarnai oranye, pirang atau perak, dan mata bergaris hitam yang dikelilingi oleh perona mata putih. Penampilan ini sering kali dilengkapi dengan perhiasan dan stiker wajah, bulu mata palsu, sepatu platform, dan pakaian berwarna cerah.
-Yamanba / Manba
Gaya yamanba dan manba membawa ganguro ke tingkat yang lebih ekstrim. Warna cokelat jauh lebih gelap, sering kali cokelat; riasannya bahkan lebih radikal, hampir seperti badut; warna rambut biasanya neon, sering kali dengan rambut gimbal. Nama gaya ini, secara mengejutkan, berasal dari “Yama-uba”, tas gunung dari cerita rakyat Jepang.
-Visual Kei
Visual kei (“gaya visual”) dicirikan dengan penggunaan kostum yang norak, rambut dan riasan yang flamboyan, serta tampilan androgini. Awalnya sebuah gerakan dalam kancah musik Jepang, gayanya diadopsi oleh penggemar yang meniru idola mereka, menjadikannya dalam beberapa hal sebagai bentuk cosplay.
Pusat Mode Dunia
Saat ini, kawasan Harajuku tidak hanya menjadi pusat fashion anak muda Jepang, tapi juga salah satu pusat mode dunia. Omotesando, salah satu jalan utama di Harajuku, telah disandingkan dengan Champs-Elysees Paris, pusat fesyen mewah di Paris.
Sejumlah penyanyi tenar dunia menjadikan Harajuku kiblat gayanya. Contohnya, Gwen Stefani saat mempromosikan album solo perdananya Love. Angel (2003). Ia bahkan menyertakan sebuah lagu berjudul ‘Harajuku Girls’ di album tersebut.
Harajuku Fashion
Harajuku Fashion pun sempat diliput oleh majalah bulanan FRUiTS yang diciptakan oleh fotografer Shoichi Aoki. Liputan majalah FRUiTS mengenai Harajuku Fashion membawa pengaruh bagi gaya berpakaian di Jepang, dan para pembaca dapat melihat berbagai macam gaya-gaya berpakaian ala Harajuku Fashion di dalam majalah tersebut.
Dulu, Harajuku adalah salah satu distrik yang dikenal sebagai distrik Hokoten, yang merupakan singkatan dari Hokōsha Tengoku. Hokoten sendiri adalah istilah yang digunakan untuk distrik yang ditutup bagi penggunaan kendaraan dan dialihkan menjadi tempat untuk berkumpul. Ketika penggunaan kendaraan telah diperbolehkan di distrik Harajuku, jumlah anak-anak muda yang berkumpul di Harajuku sempat mengalami penurunan.
Harajuku Fashion dikenal sebagai salah satu bentuk dari pengungkapan ekspresi yang dilakukan oleh anak-anak muda. Menurut Yuniya Kawamura, Profesor Sosiologi dari Fashion Institute of Technology di New York, pakaian-pakaian yang dikenakan merupakan bentuk ekspresi dari nilai-nilai, norma, dan kepercayaan para pemakainya.
Sering kali gaya berpakaian Harajuku Fashion dianggap aneh dan diremehkan oleh orang lain. Namun, hal seperti ini justru dapat membantu seseorang bertemu dengan teman-teman baru yang memiliki kesamaan dengan mereka, sehingga mereka merasa menjadi bagian dari suatu komunitas.
Harajuku Fashion juga dikenal oleh masyarakat luar Jepang melalui media sosial. Akun-akun di media sosial seperti Instagram, YouTube, dan Tumblr sering mempublikasikan mengenai Harajuku Fashion, baik berupa foto maupun video.
Dengan banyaknya jumlah pengguna media sosial, maka orang-orang dari luar Jepang menjadi terekspos oleh keberadaan Harajuku Fashion. Salah satu akun di media sosial yang mempublikasikan tentang Harajuku Fashion adalah akun Instagram Tokyo Fashion yang memiliki 662 ribu followers.
Fakta mengenai popularitas Harajuku Fashion di Jepang yang tinggi juga didukung oleh digelarnya Tokyo Fashion Week yang diadakan oleh perusahaan komersil Amazon. Tokyo Fashion Week adalah acara tahunan yang digelar di Tokyo dan merupakan ajang untuk menunjukkan gaya berpakaian seseorang kepada orang-orang lain.
Keunikan gaya berpakaian Harajuku Fashion membawa daya tarik sendiri dan suatu bentuk ekspresi yang dilakukan oleh anak-anak muda. Harajuku Fashion tidak memiliki aturan dan bebas sesuai imajinasi masing-masing orang.
Dengan adanya media sosial dan acara-acara yang mendorong popularitas Harajuku Fashion, maka semakin banyak orang mengetahui Harajuku Fashion dan dapat menarik minat seseorang untuk mencoba berpakaian ala Harajuku Fashion. (Hilal)