Linimassa.id – Hari Alzheimer Sedunia diperingati setiap 21 September. Peringatan ini diprakarsai oleh Alzheimer’s Disease International (ADI) dan diresmikan pada tahun 1994.
Peringatan Hari Alzheimer Sedunia bertujuan untuk memusatkan upaya dalam meningkatkan kesadaran akan penyakit Alzheimer.
Alzheimer merupakan bentuk demensia yang memengaruhi daya ingat dan mengganggu fungsi sehari-hari. Penyakit ini bertanggung jawab atas sekitar 60% hingga 80% kasus demensia.
Alzheimer adalah penyakit otak yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif otak, seperti daya ingat, berpikir, berbicara, dan perilaku. Penyakit ini merupakan penyebab paling umum demensia, yaitu penurunan bertahap dalam kemampuan berpikir, daya ingat, perilaku, dan keterampilan sosial.
Penyakit Alzheimer pertama kali diidentifikasi oleh Alois Alzheimer, seorang psikiater Jerman. Ia mengidentifikasi penyakit ini saat merawat seorang wanita Jerman pada tahun 1901. Penyakit ini pun dinamai berdasarkan namanya.
Alzheimer juga kerap disebut sebagai penyakit keluarga. Hal ini lantaran dampak penyakit ini tidak hanya kepada pasien namun juga orang-orang terdekatnya.
Penyakit ini termasuk salah satu penyebab kematian terbanyak di Amerika Serikat. Di sisi lain, belum ada tindakan pencegahan yang dapat dilakukan. Selain itu juga belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan serta menekan perkembangan penyakit ini. Berikut beberapa faktanya.
- HUT ADI
Hari Alzheimer Sedunia juga menjadi HUT ADI yang resmi didirikan pada tahun 1984. Asosiasi ini didirikan untuk mendukung para korban dan melakukan sosialisasi untuk mendidik masyarakat dan mempercepat kebijakan terkait penyakit tersebut.
ADI pertama kali memperkenalkan Hari Alzheimer Sedunia di Edinburgh selama konferensi tahunan mereka pada tanggal 21 September 1994 untuk menandai ulang tahun ke-10 mereka. ADI mengoordinasikan Hari Alzheimer Sedunia dan Bulan Alzheimer Sedunia di seluruh dunia, bekerja sama dengan organisasi dan asosiasi anggota untuk menyelenggarakan acara dan menciptakan kesadaran.
Laporan Alzheimer Dunia pertama diluncurkan pada tahun 2009 pada Hari Alzheimer Sedunia dan laporan tahunan telah diterbitkan setiap tahun sejak saat itu. Meskipun dampak dari peringatan tersebut menyebar, kesenjangan informasi dan stigmatisasi mengenai demensia masih menjadi masalah. Banyak orang melihat penyakit tersebut sebagai bagian alami dari proses penuaan.
Bertambahnya usia merupakan salah satu penyebab utama penyakit Alzheimer, tetapi penyakit ini tidak sepenuhnya merupakan penyakit orang lanjut usia. Ada sekitar 200.000 orang di bawah usia 65 tahun yang berjuang melawan Alzheimer di Amerika Serikat.
Untuk memperingati hari ini, individu dan organisasi yang peduli dapat berpartisipasi dengan meningkatkan kesadaran dan menghubungi asosiasi Alzheimer di negara mereka.
Hari ini diperingati untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan penyakit neurodegeneratif Alzheimer yang bisa menyerang di masa tua.
Namun sayang, masih banyak yang belum betul-betul memahami apa itu Alzheimer. Tak sedikit juga bahkan orang yang masih menganggapnya sama dengan demensia.
2. Alzheimer Bukan Demensia
Alzheimer berbeda dengan demensia. Demensia merupakan sebutan untuk kondisi penurunan mental yang mengganggu kehidupan sehari-hari. Sedangkan Alzheimer adalah jenis penyakit spesifik. Alzheimer adalah penyebab demensia paling umum.
Demensia memiliki gejala umum yang memengaruhi fungsi kognitif. Kondisi ini bisa mengakibatkan penurunan mental.
Mengutip Medical News Today, demensia akan membuat seseorang kesulitan untuk mengingat, fokus dan berpikir, dan mengatasi masalah.
Hidup dengan Alzheimer bisa berarti hidup dengan demensia. Pelajari lebih lanjut tentang beda Alzheimer dan demensia berikut ini.
Demensia merupakan sekelompok gejala yang terkait dengan penurunan daya ingat, kemampuan menalar, dan berpikir lainnya.
Ada banyak kondisi yang bisa menyebabkan demensia. Mengutip laman Alzheimer’s Association, Alzheimer merupakan salah satu penyebab paling umum demensia, mencapai 60-80 persen kasus.
Demensia bukan bagian normal dari penuaan. Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan sel otak yang memengaruhi kemampuan untuk berkomunikasi.
3. Gejala Alzheimer
Alzheimer merupakan penyakit pada otak yang disebabkan oleh perubahan kompleks akibat kerusakan sel.
Gejala awal yang biasanya muncul adalah kesulitan menerima dan mengingat informasi baru.
Sebagian besar kasus Alzheimer terjadi pada kelompok lanjut usia (lansia). Namun, sekitar 200 ribu orang Amerika Serikat (AS) di bawah 65 tahun telah hidup dengan Alzheimer.
Alzheimer biasanya ditandai dengan beberapa gejala, seperti berikut:
– Sulit mengingat sesuatu,
– Mudah bingung,
– Disorientasi,
– Kesulitan dalam penggunaan bahasa.
Sampai saat ini, belum ada obat untuk menyembuhkan demensia dan penyakit sejenisnya. Namun, kondisi ini bisa diatasi dengan perawatan yang tepat.
Meski tidak menghilangkan kerusakan, namun konsumsi obat secara rutin dan gaya hidup lainnya bisa membantu mengontrol gejala.
Gejalan lainnya adalah gangguan daya ingat ringan, linglung, cemas, curiga, kesulitan mempelajari hal baru, kesulitan berbahasa, berpikir tidak logis, sulit fokus, kesulitan beradaptasi, kesulitan melakukan pekerjaan, kesulitan mengenali keluarga dan teman, halusinasi, delusi, paranoia, perilaku impulsif, ledakan kemarahan, pernyataan atau gerakan berulang
4. Penyebab Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer terjadi saat protein otak gagal berfungsi secara normal sehingga mengganggu kinerja sel otak (neuron).
Ketika neuron rusak, sel otak kehilangan koneksi satu sama lain hingga akhirnya mati.
Ada dua protein otak yang menjadi penyebab utama Alzheimer yaitu:
Beta-amiloid. Pengendapan protein ini menimbulkan efek beracun yang dapat mengganggu komunikasi antara sel otak.
Neurofibril. Ini adalah protein yang berperan dalam membawa nutrisi ke dalam sel otak. Jika tidak sesuai jalur, dapat mengganggu proses pengiriman nutrisi yang memicu efek beracun bagi sel otak.
5. Faktor Risiko Alzheimer
Beberapa faktor pemicu Alzheimer antara lain:
Usia. Risiko Alzheimer semakin meningkat seiring berjalannya usia akibat pola hidup tidak sehat.
Riwayat keluarga dan genetika. Adanya perubahan mutasi genetik dalam keluarga meningkatkan risiko Alzheimer pada 1 persen pengidap.
Sindrom Down. Alzheimer berkaitan dengan tiga salinan kromosom 21 yang pengidap Sindrom Down miliki.
Jenis kelamin. Wanita berisiko lebih tinggi terkena Alzheimer ketimbang pria.
Gangguan kognitif. Pengidap gangguan kognitif akan mengalami masalah memori yang berisiko berkembang menjadi demensia akibat Alzheimer.
Trauma kepala. Cedera kepala akibat berolahraga, kecelakaan, dan prosedur operasi berisiko terjangkit Alzheimer di kemudian hari.
Polusi udara. Partikel polusi udara mempercepat degenerasi sistem saraf yang meningkatkan risiko Alzheimer.
Konsumsi alkohol berlebihan. Alkohol memicu perubahan pada otak yang berkaitan dengan peningkatan risiko demensia sedari awal.
Pola tidur yang buruk. Kesulitan tidur dan tidak memiliki kualitas tidur yang baik berkaitan dengan peningkatan risiko Alzheimer.
Gaya hidup dan kesehatan jantung. Kurang olahraga, obesitas, merokok, kolesterol, hipertensi, dan diabetes tipe 2 yang tidak terkontrol memicu Alzheimer di kemudian hari.
Meski Alzheimer rentan menyerang lansia, tetapi penyakit ini juga dapat terjadi pada usia muda. Baca lebih lanjut pada artikel: Ketahui, Ini 4 Pemicu Alzheimer di Usia Muda.
Apa yang Pengidap Penyakit Alzheimer Rasakan?
Berikut adalah penjelasan mengenai beberapa gejala Alzheimer yang yang pengidapnya juga bisa rasakan:
- Gejala Kehilangan Memori
Mengulangi pernyataan dan pertanyaan.
Melupakan obrolan, janji pertemuan.
Lupa meletakkan benda.
Tersesat di tempat yang dikenali.
Lupa nama anggota keluarga.
Lupa nama benda yang sering digunakan.
Kesulitan mengungkapkan pikiran.
- Gejala Kehilangan Nalar dalam Berpikir
Kesulitan berkonsentrasi dan berpikir, terutama saat menghitung.
Sulit melakukan dua pekerjaan sekaligus.
Sulit mengelola keuangan.
Akhirnya, pengidap tidak dapat mengenali dan berhitung.
- Salah Membuat Penilaian dan Keputusan
Pengidap mengalami penurunan kemampuan dalam membuat keputusan dan penilaian yang masuk akal. Mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan tema acara, misalnya.
- Merencanakan Melakukan Tugas Harian
Pengidap membutuhkan rencana dalam melakukan rutinitas harian berurutan.
Seiring dengan perkembangan penyakit, pengidap menjadi sering lupa bagaimana cara melakukan aktivitas sederhana seperti berpakaian dan mandi.
- Gejala Perubahan Kepribadian dan Perilaku
Depresi.
Apatis.
Tidak mau bergaul.
Perubahan suasana hati.
Tidak percaya pada orang lain.
Perubahan pola tidur.
Delusi.
6. Pengobatan Penyakit Alzheimer
Berikut ini beberapa langkah pengobatan penyakit Alzheimer yang umum menjadi pilihan:
- Obat-Obatan
Penghambat kolinesterase. Obat bekerja dengan meningkatkan komunikasi antar sel dalam otak.
Inhibitor kolinesterase. Obat dapat memperbaiki gejala neuropsikiatri berupa agitasi dan depresi.
Memantine (Namenda). Obat bekerja dengan memperlambat perkembangan gejala Alzheimer sedang hingga berat.
Antidepresan. Obat ini dapat membantu mengendalikan gejala perilaku yang terkait dengan Alzheimer. Namun, penting bagi pengidap kondisi ini untuk berhati-hati dalam mengonsumsinya. Sebab, para ahli berkeyakinan kalau obat ini dapat memengaruhi tekanan darah. Benarkah demikian? Simak jawabannya pada artikel: Hati-Hati, Konsumsi Antidepresan Bisa Pengaruhi Tekanan Darah.
- Perubahan Kebiasaan Sehari-Hari
Simpan barang berharga pada tempat yang sama agar tidak kesulitan saat mencari.
Simpan obat dalam tempat yang aman. Gunakan jadwal harian untuk mengetahui dosis tepat penggunaan obat.
Gunakan notes untuk mengetahui aktivitas yang sudah kamu lakukan hari ini.
Membawa tanda pengenal saat bepergian.
Komplikasi Penyakit Alzheimer
Gejala Alzheimer seperti kehilangan ingatan, penurunan kemampuan bicara dan perubahan otak lainnya menghambat pengobatan yang pengidapnya jalani. (Hilal)