linimassa.idlinimassa.id
  • News
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Gaya Hidup
  • Khazanah
  • Berita Video
Reading: Air Minum Dalam Kemasan, Ini Sejarahnya
linimassa.idlinimassa.id
  • News
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Gaya Hidup
  • Khazanah
  • Berita Video
Cari di sini
  • News
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Gaya Hidup
  • Khazanah
  • Berita Video
Punya akun? Sign In
Follow US
  • Disclaimer
  • Privacy
  • Redaksi
  • Info Iklan
© 2023 linimassa.id. Designed by dezainin.com
linimassa.id > Indeks > Gaya Hidup > Air Minum Dalam Kemasan, Ini Sejarahnya
Gaya Hidup

Air Minum Dalam Kemasan, Ini Sejarahnya

Hilal Ahmad 19 Mei 2024
Share
waktu baca 7 menit
Air Minum dalam Kemasan (Foto : Klik Dokter)
Air Minum dalam Kemasan (Foto : Klik Dokter)
SHARE

linimassa.id – Saat ini air minum dalam kemasan sangat populer di kalangan masyarakat dunia. Mudah ditemukan di manapun dan bisa dibawa kemanapun, air minum dalam kemasan juga lebih terjamin kebersihannya dibandingkan air biasa.

Contents
KomersialKemasan

Sebelum dipasarkan, air minum dalam kemasan sudah melewati serangkaian proses produksi dan uji kelayakan terlebih dahulu.

Laman The Kitchn menyebut, pada 1622, air minum dalam kemasan pertama kali dijual oleh pabrik pembotolan Holly Well di Inggris.

Semenjak itu, banyak perusahaan mulai menjual mata air mineral dalam bentuk botolan di Eropa. Pada awal abad ke-18, Eropa mulai mengakui manfaat air bagi kesehatan dari.

Kehadiran mata air alami di banyak daerah di luar Eropa memicu kejadian ini. Praktik ini semakin populer di seluruh Eropa dan Amerika Serikat pada 1700-an karena mata air alami diyakini memiliki efek penyembuhan dan terapi.

Oleh sebab itu, air minum dalam kemasan sering dijual sebagai obat di apotek hingga 1900-an.  Pada periode ini, air mineral botolan ditetapkan sebagai minuman yang populer.

 

Komersial

Laman Kompas menyebut, air botolan pertama yang dikomersialkan ditemukan di Amerika pada 1767. Air botolan itu didistribusikan dan dijual oleh Jackson’s Spa di Boston.

Akibat peminat air mineral dalam kemasan yang tinggi di seluruh Eropa dan Amerika Serikat, Johann Jacob Schweppe ikut memproduksi air berkarbonasi di Jenewa, Swiss. Ia juga mendirikan Perusahaan Schweppes pada 1783 yang bertahan sampai sekarang.

Pada 1809, air berkarbonasi mulai menjadi tren di Amerika Serikat setelah Joseph Hawkins menerima hak paten untuk memproduksi air mineral tiruan.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Setelah itu, produksi mengalami pertumbuhan cepat dan signifikan berkat penurunan biaya gelas dan teknik pembotolan yang semakin maju,

Meningkatnya wabah tifus dan kolera membuat banyak orang Amerika Serikat bergantung pada air kemasan sebagai pilihan yang lebih aman dan sehat. Selain itu, air mineral kemasan juga memiliki khasiat obat dari sumber alaminya.

Pada 1856, lebih dari 7 juta botol air terjual di Saratoga Springs, New York, salah satu sumber air kemasan paling terkenal saat itu.

Selanjutnya, metode desinfeksi air, yaitu klorinasi ditemukan sebagai obat yang efektif untuk membasmi epidemi tifus pada 1905. Oleh karena itu, air kemasan mulai kehilangan popularitasnya.

Metode klorinasi membuat air keran lebih aman untuk dikonsumsi. Metode ini juga semakin meluas diperkenalkan ke negara lain.

Permintaan air kemasan yang dimurnikan mulai berkurang dan ketinggalan zaman pada awal abad ke-20. Botol plastik pertama kali digunakan secara komersial pada tahun 1947.

Namun, saat itu, botol plastik masih relatif mahal dan mustahil dibeli bagi sebagian kalangan. Air minum dalam kemasan kembali popular pada 1970-an.

Tepatnya, pada 1973, Nathaniel Wyeth menciptakan dan mematenkan botol plastik pertama yang mampu menampung minuman berkarbonasi, yaitu Polyethylene terephthalate.  Botol ini harganya lebih murah sehingga membuat air kemasan lebih mudah diakses oleh segala kalangan.

 

Kemasan

Saat masuk ke deretan bagian minuman kemasan di minimarket atau supermarket, kita dihadapkan dengan begitu banyak merek dagang air mineral. Meski demikian, saat mendengar kata “air mineral kemasan” sering kali secara spontan kita langsung teringat oleh salah satu merek dagang air mineral.

Ternyata salah satu perusahaan air mineral terbesar di dunia pada awalnya didirikan di Indonesia.

Sejarah air mineral kemasan di Indonesia dicetuskan oleh Hendrik Freerk Tillema, pria berdarah Belanda. Pada tahun 1870an Hendrik meluncurkan produk air minum kemasan dengan nama Hygeia.

Kota Semarang menjadi tempat di mana air mineral kemasan pertama dibuat. Namun, pada saat itu ide Hendrik tidak mendapat sambutan hangat oleh masyarakat saat itu.

Orang-orang pada masa itu justru menganggap konyol ide Hendrik. Mereka berpikir untuk apa membeli air minum dalam kemasan sedangkan air sumur atau air PAM dapat mereka minum. Penolakan itu membuat Hendrik akhirnya harus menutup Hygeia.

Setelah 60 tahun berlalu dari usaha Hendrik memasarkan air kemasan Hygeia, Tirto Utomo , pria yang memiliki nama Tionghoa Kwa Sien Biauw, mengikuti jejak Hendrik.

Melalui perusahaannya, PT. Golden Mississippi, ia meluncurkan produk air mineral kemasan dengan merek dagang Aqua. Ia memikirkan secara masak-masak kandungan dalam air mineral yang ia pasarkan dan dari mana asal air mineral yang akan ia produksi.

Tirto menggunakan air pegunungan yang sudah melalui proses ultraviolet dan ozonisasi. Proses inilah yang menjadi jawaban dari pertanyaan masyarakat tentang apa bedanya air mineral dengan air minum biasa.

Air mineral yang dihasilkan Tirto bening, tanpa aroma, tanpa warna, tanpa gula dan pengawet. Aqua pertama kali beredar di pasaran pada tahun 1974. Saat ini, Aqua berada di bawah naungan Danone.

Banyaknya bermunculan merek air mineral kemasan menimbulkan tanta tanya pada benak konsumen, apakah air mineral setiap merek berbeda?

Faktanya, meski terlihat sepele hanya air putih dalam botol, tetapi kandungan air mineral setiap merek berbeda-beda dengan rasa yang berbeda juga. Ternyata, kandungan mineral dalam airlah yang membuat rasanya berbeda-beda.

Selain kadar mineral, hal lain yang menjadi pembeda setiap merek adalah sumber air yang digunakan (mata air pegunungan atau sumber air yang dalam/ di bawah tanah).

Apakah kemasan air mineral botol bisa dipakai berulang? Jawabannya adalah tidak. Plastik yang digunakan untuk botol minum air mineral kemasan tidak didesign untuk pemakaian berulang. Lantas, mengapa kita menggunakan galon berulang? Air galon berkapasitas 19 liter umumnya menggunakan bahan plastik yang dapat digunakan berulang. Hal inilah yang menjadi perbedaan air mineral botol dengan galon.

Bisnis air mineral kemasan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Setiap tahunnya, Danon mampu memproduksi setidaknya 79 juta galon per tahun. Jadi, bisa anda bayangkan omset penjualan air mineral produk air dalam kemasan rintisan Tirto Utomo tersebut. (Hilal)

Share This Article
Facebook X Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link Print
- Advertisement -
Ad imageAd image
- Advertisement -
Ad imageAd image
- Advertisement -
Ad imageAd image
- Advertisement -
Ad imageAd image

Terkini

Pondok Aren
Rumah Janda di Pondok Aren Tangsel Ambruk Diterjang Hujan Deras
News
Pajak Kendaraan di Banten
Realisasi Pajak Kendaraan di Banten Capai Rp588 Miliar
News
Gemini VEO 3
Gemini VEO 3, Fitur Canggih Bikin Video AI Realistis
Teknologi
Hari Lingkungan Hidup Sedunia
Peringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, KOMPAS Gelar Aksi Clean Up di Masjid Agung Banten Lama
Pendidikan
Jerhemy Owen
Jerhemy Owen Tanam 10 Ribu Pohon
Pendidikan
linimassa.idlinimassa.id
Follow US
© 2023 linimassa.id. Designed by dezainin.com
  • Disclaimer
  • Privacy
  • Redaksi
  • Info Iklan
logo-linimassaid
Selamat datang kembali!

Login ke akunmu

Username or Email Address
Password

Lost your password?