linimassa.id – Pernah mendengar pepatah tentang buah simalakama? Serba salah. Apakah buah ini boleh dimakan?
Ternyata, nama populer buah simalakama adalah buah mahkota dewa atau dengan nama ilmiah Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.
Saat muda, buahnya berwarna hijau dan ketika sudah matang menjadi merah segar. Pohonnya tidak terlalu tinggi, sehingga biasanya ditanam di pekarangan rumah.
Buah mahkota dewa memiliki khasiat mengobati berbagai penyakit, mulai dari asam urat, diabetes, hingga kolesterol.
Selain asam urat, buah ini juga berkhasiat mengobati penyakit diabetes, flu dan batuk, meredakan sakit kepala, menurunkan kolesterol, membantu proses detoksifikasi pada tubuh, mengatasi gejala alergi, serta meningkatkan daya tahan tubuh.
Berdasarkan penelitian, buah ini memiliki kandungan saponin dan tanin yang berperan dalam penurunan kadar glukosa darah. Sehingga buah ini dapat digunakan sebagai obat alternatif atau obat tradisional bagi penyakit diabetes.
Namun hati-hati mengolahnya, karena mengandung racun terutama pada biji.
Secara umum, pengolahan buah mahkota dewa sebagai obat cukup mudah. Buah yang sudah matang diambil dan diiris tipis, bijinya dibuang. Irisan tersebut dijemur hingga kering untuk menghilangkan efek racun.
Setelah dikeringkan, irisan itu dicuci lalu direbus sesuai takaran yang diinginkan. Air hasil rebusannya disaring dan diminum saat hangat.
Oh ya olahan buah mahkota dewa juga ada yang berbentuk kapsul dan bisa dibeli di apotek.
Peribahasa
Selama ini kita sering mendengar peribahasa Bagai Makan Buah Simalakama. Ada pepatah mengatakan, “Bagai makan buah simalakama, dimakan mati ibu, tak dimakan mati bapak.” Menurut Yus Badudu dalam buku Kamus Peribahasa, ada dua arti dari kalimat tersebut.
Arti dari peribahasa Bagai Makan Buah Simalakama adalah suatu kondisi yang serba salah. Yaitu keadaan ketika seseorang harus memilih antara dua hal yang yang sulit untuk ditentukan.
Pertama, berdasarkan arti sebenarnya, konon simalakama berasal dari kata mala dan karma atau nasib jahat. Sehingga memakan buah itu akan mendatangkan bahaya.
Kedua, peribahasa itu adalah perumpamaan dari seseorang yang dihadapkan pilihan berat karena semua membawa celaka. Contoh dalam kehidupan sehari-hari yaitu hubungan seorang wanita dan ibu mertuanya yang tidak akur dalam satu rumah.
Apabila hal ini terjadi yang dibuat repot adalah suami wanita tersebut karena istri dan ibu sama-sama memiliki posisi penting. Membela ibunya akan membuat istrinya marah, begitu pula sebaliknya.
Dalam KBBI istilah atau peribahasa ini diambil dari kata buah simalakama, yaitu buah yang dimakan ataupun tidak akan menimbulkan bencana (perumpamaan).
Pada kenyataanya buah simalakama adalah buah yang biasa dikenal dengan sebutan mahkota dewa atau nama ilmiahnya phaleria mcrocarpa.
Penggunaan ‘simalakama’ atau mahkota dewa bukan tanpa alasan. Meski kaya manfaat, buah ini mengandung racun sehingga berbahaya. Bagian buah simalakama yang beracun adalah bijinya.
Pesan di balik peribahasa tersebut, setiap orang harus bertindak bijaksana. Artinya, apapun keputusannya harus bisa dipertanggungjawabkan. (Hilal)