Linimassa.id – Single bamboo drifting merupakan olahraga yang secara tradisional dilakukan oleh berbagai orang yang mendiami lembah Sungai Chishui di Provinsi Guizhou.
Praktisi melakukan gerakan tarian atau berlomba menggunakan batang bambu sebagai penyeimbang.
Praktik ini awalnya merupakan cara para penebang untuk mengangkut kayu mereka ke tempat lain, namun lambat laun menjadi praktik modern.
Latihan ini dilakukan dengan berdiri tegak di atas tiang bambu yang hanyut di sungai. Praktisi kemudian melakukan gerakan tarian sambil menjaga keseimbangan. Latihan ini digambarkan sebagai “balet air”. Sebagai olahraga kompetitif, peserta menggunakan tiang sebagai sarana untuk membalap lawan.
Asal Mula
Praktek ini berasal dari daerah aliran Sungai Chishui sebagai sarana bagi para penebang untuk mengangkut kayu
Pengapuran bambu tunggal berasal dari cara melakukan perjalanan di lembah Sungai Chishui di provinsi Guizhou, Tiongkok.
Praktik ini populer di kalangan masyarakat Miao di provinsi tersebut, yang pernah mendiami wilayah aliran sungai Chishui, namun telah menyebar melampaui lingkup budaya Miao, dan dipraktikkan oleh berbagai kelompok etnis di wilayah tersebut.
Para peneliti yang dipimpin oleh Liang dan Cheng menyatakan bahwa praktik ini dimulai seribu tahun yang lalu sebagai cara mengangkut batang bambu oleh para penebang yang tinggal di daerah pegunungan dan sulit untuk dilalui, karena bambu merupakan bahan bangunan yang ideal pada saat itu.
Agar tetap menempel pada bambu, para penebang akan melompat ke atas batang kayu yang mengapung, dan praktik tersebut akhirnya menjadi hanyut dengan satu bambu.
Sungai-sungai, yang membuat wilayah tersebut sulit untuk dilalui, digunakan oleh para penebang untuk melakukan perjalanan ke seluruh wilayah yang sulit dilalui melalui praktik hanyut satu bambu. Penebang juga membawa tombak untuk tujuan penyeimbangan.
Dinasti Qin
Menurut Owen Fishwick di China Daily , praktik ini dimulai pada dinasti Qin sebagai cara untuk mengangkut kayu gelondongan Nanmu yang berharga yang diproduksi di wilayah Bozhou melalui Sungai Chishui.
Para penebang kayu akan menaiki kayu-kayu tersebut untuk dimuat ke perahu menyusuri sungai untuk dikirim ke ibu kota kuno Xianyang , karena perahu-perahu lokal tidak dapat memuat kayu-kayu tersebut untuk diangkut ke tempat lain.
Praktek ini kemudian berubah dari suatu kebutuhan menjadi aktivitas yang lebih santai di Dinasti Han . [8] Selama Dinasti Qing , praktisi mulai menggunakan bambu daripada kayu gelondongan, karena bambu adalah sumber daya yang lebih murah dan mudah diakses.
Modern
Di zaman modern, praktik ini telah berkembang menjadi seni pertunjukan dan olahraga kompetitif, bukan sekadar sarana perjalanan.
Praktek hanyut bambu tunggal telah mulai digunakan dalam kompetisi Permainan Tradisional Nasional Etnis Minoritas. Olahraga ini diperkenalkan dalam kompetisi pada acara nasional ke-9, yang diadakan pada tahun 2011.
Praktisi Yang Liu memperoleh pengikut media sosial di Daratan Tiongkok melalui kombinasi latihannya dengan teknik menari dan baju adat.
Kompetisi
Sebuah kompetisi single bamboo drifting digelar di wilayah Zhenyuan, Provinsi Guizhou, China barat daya, pada Selasa (11/6/2024), yang menarik total 38 atlet dari seluruh negara tersebut.
Kompetisi single bamboo drifting ini, terdiri dari perlombaan dengan nomor 100 Meter dan 200 Meter untuk kategori putra dan putri.
Single bamboo drifting, yang diyakini berasal dari kebudayaan di sepanjang Sungai Chishui di Guizhou, telah terdaftar sebagai salah satu warisan budaya tak benda nasional.
Para peserta harus berdiri di atas sebatang bambu sembari mengarungi sungai, sebuah keterampilan yang sangat sulit dipelajari, karena sulitnya menyeimbangkan badan di atas sebatang bambu ketika berada di permukaan air.
Menari di Atas Sebatang Bambu
Single bamboo drifting atau yang berarti ‘melayang di atas sebatang bambu’ merupakan keterampilan berdiri di atas sebatang bambu yang mengambang di air.
Tidak hanya berdiri, seseorang yang memiliki keterampilan ini juga dapat duduk dan bahkan mementaskan berbagai set pertunjukan.
Keterampilan yang unik ini membuat beberapa orang seperti Kang Xiaobing jatuh hati. Perempuan yang berusia lebih dari 70 tahun ini merupakan President of the Zunyi Single Bamboo Drifting Association.
Salah satu pertunjukan menarik dari asosiasi ini adalah “Ballet on the water” atau balet di atas air. Pertunjukan ini terbilang unik, dan dalam mementaskan pertunjukan ini dibutuhkan dua orang talent, yaitu seorang laki-laki dan perempuan untuk berkolaborasi dan menari di atas sebatang bambu.
“Menari atas air itu sangat berbeda dengan menari di atas daratan. Permukaan dari air itu ibarat dunia lain. Ketika tubuhmu bergerak, maka air itu pun juga akan bergerak. Jadi kamu harus menjaga keseimbangan di atas sebatang bambu agar kamu bisa menari dengan baik,” ujar Yang Liu, penari Ballet on the water.
Di tengah kemajuan zaman, Kang Xiaobing khawatir dengan regenerasi dari keterampilan yang unik ini. (Hilal)