linimassa.id – Masalah keputihan merupakan masalah reproduksi yang banyak dialami kaum wanita termasuk remaja. Keputihan terdiri dari 2 macam yaitu keputihan fisiologis dan keputihan patologis.
Kondisi normal (fisiologis) pada wanita kelenjar serviks menghasilkan cairan bening yang keluar bercampur dengan bakteri, sel-sel dipisahkan dan cairan vagina dari kelenjar bartholini. Kondisi abnormal (patologis) biasanya berwarna kuning, hijau, keabu-abuan, berbau amis, busuk. Jumlah cairan vagina dalam jumlah banyak dan menimbulkan keluhan seperti gatal, serta rasa terbakar pada daerah intim.
Faktor Keputihan Abnormal yang Harus Dihindari
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keputihan pada remaja dapat disebabkan oleh jamur, bakteri, virus dan parasit. Faktor pendorong keputihan yaitu faktor endogen dari dalam tubuh dan faktor eksogen dari luar tubuh, yang keduanya saling mempengaruhi. Faktor endogen yaitu kelainan pada lubang kemaluan, faktor eksogen dibedakan menjadi dua yakni karena infeksi dan non infeksi.
Faktor infeksi yaitu bakteri jamur, parasit, virus sedangkan faktor non infeksi adalah masuknya benda asing ke vagina baik sengaja maupun tidak, membasuh yang tidak bersih, daerah sekitar kemaluan lembab, kondisi tubuh, kelainan endokrin atau hormon, dan menopause (Wantania & Wagey, 2015).
Keputihan patologi cairan yang keluar warnanya putih seperti susu basi, kuning kehijauan, disertai rasa gatal yang berlebihan, atau pedih, terkadang berbau amis atau busuk, jumlahnya banyak, timbul terus -menerus.
Penyebab keputihan antara lain, pemakaian tampon vagina, celana dalam terlalu ketat, alat kontrasepsi, rambut yang tidak sengaja masuk ke vagina, mengonsumsi makanan berkadar gula tinggi, kegemukan yang dapat menimbulkan keringat atau kelembaban daerah genetalia sehingga menyebabkan bakteri berkembang.
Cara Mencegah Keputihan Abnormal
• Jaga area genital tetap kering dan bersih.
• Hindari menggunakan produk pembersih alat kelamin wanita yang menyebabkan perusahan keasaman dan keseimbangan bakteri vagina. Tanyakan pada dokter produk yang tepat.
• Hindari menggunakan semprotan higienis, wewangian, atau bedak di area genital.
• Konsumsi yoghurt atau suplemen yang mengandung Lactobacillus.
• Kenakan celana berbahan katun dan hindari celana dalam yang terlalu ketat.
• Setelah berkemih, bersihkan vagina dari depan ke belakang, agar bakteri tidak masuk ke dalam vagina.
• Kompres dingin untuk meredakan gatal dan pembengkakan.
• Berendam dengan air hangat untuk membantu meringankan gejala. Kemudian, keringkan sampai bersih sesudahnya.
• Disarankan jangan menggunakan panty liner. Jika tetap ingin menggunakan panty liner, pilih yang tidak mengandung pengharum dan tidak digunakan selama lebih dari 4–6 jam.
• Hindari hubungan seksual terlebih dahulu.
• Bila keputihan abnormal berlangsung lebih dari seminggu, apalagi disertai dengan luka, gatal, pembengkakan, segeralah temui dokter.
Referensi:
1. Kurniawati, C. and Sulistyowati, M. (2014) ‘Aplikasi Teori Health Belief Model dalam Pencegahan Keputihan Patologis’, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
2. Wantania, J. and Wagey, F. (2015) ‘Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Keputihan’, Jurnal eClinic.
Penulis:
Lisa Dwianggraini Br Sitepu, Universitas Indonesia Maju