Linimassa.id – Fosil atau sisa purba yang dalam bahasa Latin: fossa berarti “menggali keluar dari dalam tanah” adalah benda-benda yang diawetkan dalam amber, rambut, kayu yang membatu, minyak, batu bara, dan sisa-sisa DNA.
Agar suatu organisme bisa menjadi fosil, sisa-sisa organisme ini harus segera tertimbun sedimen. Para pakar paleontologi mengklasifikasikan fosil menjadi beberapa macam.
Hewan atau tumbuhan yang dikira sudah punah tetapi ternyata masih ada disebut fosil hidup. Fosil yang paling umum adalah kerangka yang tersisa seperti cangkang, gigi dan tulang.
Fosil jaringan lunak sangat jarang ditemukan.Ilmu yang mempelajari fosil adalah paleontologi, yang juga merupakan cabang ilmu yang direngkuh arkeologi.
Fosilisasi
Fosilisasi merupakan proses penimbunan sisa-sisa hewan atau tumbuhan yang terakumulasi dalam sedimen atau endapan-endapan baik yang mengalami pengawetan secara menyeluruh, sebagian ataupun jejaknya saja. Terdapat beberapa syarat terjadinya pemfosilan yaitu antara lain:
Organisme mempunyai bagian tubuh yang keras
Mengalami pengawetan
Terbebas dari bakteri pembusuk
Terjadi secara alamiah
Mengandung kadar oksigen dalam jumlah yang sedikit
Umurnya lebih dari 10.000 tahun yang lalu.
Fosil Hidup
Istilah “fosil hidup” adalah istilah yang digunakan suatu spesies hidup yang menyerupai sebuah spesies yang hanya diketahui dari fosil. Beberapa fosil hidup antara lain ikan coelacanth dan pohon ginkgo.
Fosil hidup juga dapat mengacu kepada sebuah spesies hidup yang tidak memiliki spesies dekat lainnya atau sebuah kelompok kecil spesies dekat yang tidak memiliki spesies dekat lainnya. Contoh dari kriteria terakhir ini adalah nautilus.
Tempat Penemuan
Umumnya fosil ditemukan dalam batuan endapan (sedimen) yang permukaannya terbuka. Batu karang yang mengandung banyak fosil disebut fosiliferus.
Tipe-tipe fosil yang terkandung di dalam batuan tergantung dari tipe lingkungan tempat sedimen secara ilmiah terendapkan. Sedimen laut, dari garis pantai dan laut dangkal, biasanya mengandung paling banyak fosil.
Proses
Fosil terbentuk dari proses penghancuran peninggalan organisme yang pernah hidup. Hal ini sering terjadi ketika tumbuhan atau hewan terkubur dalam kondisi lingkungan yang bebas oksigen. Fosil yang ada jarang terawetkan dalam bentuknya yang asli. Dalam beberapa kasus, kandungan mineralnya berubah secara kimiawi atau sisa-sisanya terlarut semua sehingga digantikan dengan cetakan.
Pemanfaatan
Fosil penting untuk memahami sejarah batuan sedimen bumi. Subdivisi dari waktu geologi dan kecocokannya dengan lapisan batuan tergantung pada fosil.
Organisme berubah sesuai dengan berjalannya waktu dan perubahan ini digunakan untuk menandai periode waktu. Sebagai contoh, batuan yang mengandung fosil graptolit harus diberi tanggal dari era paleozoikum. Persebaran geografi fosil memungkinkan para ahli geologi untuk mencocokan susunan batuan dari bagian-bagian lain di dunia.
Kuno
Fosil termasuk benda-benda kuno yang berasal dari masa lampau. Biasanya, fosil berupa jejak dari makhluk hidup, seperti binatang maupun hewan yang berasal dari ribuan hingga jutaan tahun yang lalu. Ffosil juga sebagai bukti adanya kehidupan di masa lalu. Berikut informasi selengkapnya soal benda fosil.
Mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), fosil adalah sisa tulang belulang binatang atau sisa tumbuhan zaman purba yang telah membatu dan tertanam di bawah lapisan tanah.
Adapun menurut situs Kemdikbud, fosil adalah semua sisa, jejak, ataupun cetakan dari manusia, hewan dan tumbuhan yang telah terawetkan dalam suatu endapan batuan dari masa geologis atau prasejarah yang telah berlalu.
Ciri-ciri
Fosil terawetkan secara alami oleh alam dan memberikan gambaran bagaimana kehidupan di bumi pada masa itu. Berikut ciri-ciri suatu fosil.
Fosil mempunyai bentuk yang mirip dengan tulang binatang atau sisa tumbuhan.
Ukuran fosil lebih berat daripada tulang karena selama fosilisasi (pembentukan fosil) terjadi pergantian senyawa organik di dalam tulang dengan mineral-mineral di sekitar tempat pengendapannya.
Warna fosil lebih gelap dari tulang atau tumbuhan segar karena telah mengalami proses fosilisasi yang panjang.
Fosil yang terendapkan di lingkungan sungai umumnya berwarna hitam dan sangat keras.
Proses Pembentukan
Laman Detik menyebut, proses pembentukan fosil disebut fosilisasi. Proses ini memakan waktu mulai dari ribuan hingga jutaan tahun. Tahap-tahap pembentukan fosil terdiri dari:
Penggantian (Replacement)
Dilakukan pada bagian yang keras dari organisme, seperti cangkang. Cangkang yang semula terdiri dari kalsium karbonat (CaC03) digantikan oleh silika.
Petrifaction
Bagian lunak dari batang tumbuhan diganti oleh presipitasi mineral yang terlarut dalam air sedimen.
Karbonisasi
Daun atau mineral tumbuhan yang jatuh ke rawa terhindari dari oksidasi dan diubah menjadi cetakan karbon tanpa mengubah bentuk asalnya.
Pencetakan
Saat diagenesa sisa binatang atau tumbuhan terlarut sehingga terjadilah rongga, seperti cetakan (mold) yang bentuk dan besarnya sama dengan benda aslinya. Apabila rongga ini terisi oleh mineral, maka terbentuklah hasil cetakan (cast) binatang/tumbuhan tersebut. (Hilal)