linimassa.id – Penyakit Ginjal Kronis adalah kerusakan pada ginjal yang berlangsung lebih dari tiga bulan. Kerusakan yang terjadi dapat berupa gangguan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR).
Berdasarkan hasil survei Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernephri), sekitar 12,5% penduduk Indonesia atau 25 juta jiwa mengalami penurunan fungsi ginjal. Gagal Ginjal kronik merupakan manifestasi klinis kerusakan ginjal progresif ireversibel yang disebabkan oleh berbagai penyakit.
Sebagai penyebab kematian kelima tertinggi di dunia, Gagal Ginjal Kronis telah menjadi masalah penting bagi masyarakat di seluruh dunia karena berhubungan dengan morbiditas, mortalitas, dan biaya perawatan kesehatan yang tinggi.
Stadium penurunan fungsi ginjal
Sebelum mencapai gagal ginjal tahap akhir, penderita Gagal Ginjal Kronis akan mengalami penurunan fungsi ginjal secara bertahap. Fungsi ginjal ini dapat diukur dengan hitungan laju filtrasi glomerulus (LFG). Rinciannya adalah seperti berikut:
- Stadium 1 (LFG di atas 90), fungsi ginjal masih bekerja secara normal, namun tanda-tanda awal penyakit ginjal mungkin sudah muncul.
- Stadium 2 (LFG 60–89), fungsi ginjal mulai sedikit menurun.
- Stadium 3 (LFG 30–59), penyaringan zat-zat sisa dari dalam tubuh sudah mulai tidak efektif, sehingga muncul beragam keluhan.
- Stadium 4 (LFG 15–29), fungsi ginjal sudah sangat rendah.
- Stadium 5 (LFG di bawah 15), ginjal hampir tidak berfungsi, sehingga zat-zat sisa dan cairan yang berlebih menumpuk di dalam tubuh.
Mengapa perlu dilakukan Hemodialisa
Hemodialisa (HD) adalah salah satu jenis terapi pengganti fungsi ginjal, yang mencakup sekitar 69% dari seluruh terapi pengganti ginjal dan 89% dari seluruh perawatan dialisis.
Tujuan dilakukannya tindakan hemodialisa pada pasien Gagal Ginjal Kronis adalah untuk memperpanjang kelangsungan hidup dan meningkatkan kualitas hidup. Jika sisa fungsi ginjal tidak terlindungi dengan baik, fungsinya akan menurun dengan cepat dan akhirnya menyebabkan kematian.
Berapa lama dilakukannya Hemodialisia?
Rata-rata tiap tindakan Hemodialisa memerlukan waktu sampai 4 jam per pasien. untuk berapa kali tindakan hemodialisa yang dilakukan dalam 1 minggu oleh masing-masing pasien tentu saja tidak sama, ada yang siklusnya 1 x dan ada yang 2 x dalam seminggu, hal ini sangat tergantung pada derajat kerusakan ginjal, diet sehari-hari, penyakit lain yang menyertai, ukuran tubuh dan lain-lain.
Pasien Gagal Ginjal Kronis harus melakukan terapi hemodialisa seumur hidup dan secara rutin. Hal ini karena tubuh terus menghasilkan zat sisa dari proses metabolisme. Untuk mencegah terjadinya komplikasi atau merusak organ tubuh lainnya, zat sisa ini harus dibuang. Jika pasien tidak melakukan cuci darah maka dapat muncul gejala seperti sesak napas, gelisah, penurunan kesadaran, hingga kematian.
Gambaran gangguan Psikososialspritual pada pasien yang menjalani Hemodialisa
Pada pasien Gagal Ginjal Kronis yang menjalani hemodialisa dapat mengalami masalah pada Aspek psikososial seperti kecemasan terhadap kondisi penyakitnya biasanya pasien mengalami masalah ekonomi, masalah finansial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, impotensi, frustrasi, emosi rasa bersalah, depresi, kecemasan menghadapi kematian.
Melakukan tindakan hemodialisa dilakukan dalam jangka waktu yang lama, bahkan seumur hidup. Dimana hal ini akan membuat pasien dapat mengalami keterbatasan dalam berpartisipasi dalam aktivitas sosial, sehingga dapat menimbulkan konflik, frustrasi, dan rasa bersalah baik bagi dirinya maupun keluarganya. Pembatasan ini membuat pasien hemodialisa lebih rentan mengalami masalah psikososialspiritual.
Tingkat Kecemasan ringan hingga berat dialami pasien gagal ginjal dengan penyakit ginjal kronis dengan tindakan hemodialisis. Kecemasan pasien Hemodialisa juga berhubungan dengan lamanya menjalani Hemodialisa, hal ini bisa terjadi karena terapi hemodialisa dilakukan dalam waktu yang lama dan bahkan dalam sepanjang hidupnya sehingga memunculkan kecemasan terhadap ketidakpastian tentang kondisi hidupnya.
Tips Mengelola masalah psikososialspritual dengan Baik
Untuk menurunkan dampak psikososialspritual pada pasien yang menjalani Hemodialisa, berikut tips yang dapat diterapkan:
- Self healing: mind body and spirit
Pasien dapat mengembangkan kebiasaan berdoa. Hal ini dapat meningkatkan nilai-nilai spiritual dan mempengaruhi perkembangan kepribadian. Selain itu, hal ini dapat mengubah stres negatif (distress) menjadi stres positif (eustress), sehingga memperkuat respons relaksasi yang lebih kuat.
- Koping
Pasien dapat mengembangkan strategi koping dengan keluarganya. Koping merupakan upaya untuk memecahkan masalah yang timbul, menyesuaikan diri dengan keinginan untuk mencapainya, dan merespon situasi yang mengancam individu.
Strategi penanggulangan yang berfokus pada pengelolaan stres/emosi menentukan keberhasilan hasil yang diinginkan. Dengan meningkatnya pendidikan keluarga, khususnya informasi tentang penyakit yang berhubungan dengan penyakit keluarga, dukungan pasien dan pengetahuan keluarga merupakan hal yang mendasar dalam menghadapi situasi apapun yang berhubungan dengan perawatan keluarga pada pasien yang menjalani tindakan hemodialisa.
- Psikoedukasi
Psikoedukasi merupakan pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada pasien yang menderita penyakit fisik atau mental beserta keluarganya, dengan tujuan membantu pasien mengatasi permasalahan psikologisnya. Gangguan mental meliputi depresi, kecemasan, dan skizofrenia. Terapi psikoedukasi ini dapat berupa terapi psikoedukasi pasif, misalnya dalam bentuk leaflet, booklet atau dengan memberikan informasi melalui email, media sosial atau website.
Hal ini dapat berupa psikoedukasi aktif, dalam bentuk konseling individu atau kelompok dan pendidikan kesehatan. Baik pasien maupun keluarga mengikuti psikoedukasi secara aktif untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit dalam keluarga, meningkatkan fungsi keluarga, mencegah memburuknya status kesehatan pasien, meningkatkan motivasi pasien, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan kehidupan.
Dukungan sosial diperlukan agar hidup pasien hemodialisis menjadi lebih bermakna, sehingga menjadi lebih bersemangat dalam hidup. Adanya dukungan sosial dari orang lain akan menumbuhkan harapan untuk hidup lebih lama, sekaligus dapat mengurangi kecemasan
individu.
Referensi
- Yunie Armiyati, Edy Wuryanto, Nuri Sukraeny. 2016. Manajemen Masalah PsikososiospiritualPasien Chronic Kidney Disease (Ckd) Dengan Hemodialisis DiKota Semarang.
- Ivanna Femi Baransano, Jurnal Nursing Update- Vol.14 N0.2 (2023).Tingkat Depresi, Kecemasan dan Stres Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa.
- Airindya Bella. 27 Januari 2022. Mengenal Gagal Ginjal Stadium 5.
- Dinda Iryawati BS, MKM. 2017 PT Masa Cipta Husada. Tips Kelola stress dengan baik pada Pasien Hemodilisa.
Penulis:
Meri Ani Sitepu, Universitas Indonesia Maju