Linimassa.id – Ipar Adalah Maut bukan sekadar judul film yang sedang ditonton banyak orang. Film besutan Hanung Bramantyo ini ternyata ada hadisnya loh.
Film yang dibintangi Deva Mahenra, Michelle Ziudith, dan Davina Karamoy ini sangat menguras emosi penonton karena diadaptasi dari kisah nyata di Indonesia, dari utas TikTok viral berjudul sama karya Eliza Sifaa.
Laman CNBC Indonesia menyebut, film ini mengisahkan tentang Aris dan Nisya hidup bahagia sebagai keluarga muda dengan dikaruniai seorang anak perempuan.
Kisah film ini berawal ketika sang ibu meminta Aris dan Nisya menerima adiknya Nisya yakni Rani untuk tinggal bersama di rumah mereka. Ibu tak ingin Rani tinggal indekos sehingga diminta ikut tinggal bersama Aris dan Nisya.
Konflik mulai datang saat Aris berselingkuh dengan adik iparnya sendiri, Rani. Sosok Aris yang dikenal sebagai pria bertanggung jawab lalu berubah. Rumah tangga Aris dan Nisya pun hancur berantakan karena adik iparnya sendiri.
Hadis
Dalam film ini dijelaskan tentang hadis ipar adalah maut. Berikut haditsnya:
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِيَّاكُمْ وَالدُّخُولَ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ يَا رَسُولَ اللَّهِ
أَفَرَأَيْتَ الْحَمْوَ . قَالَ الْحَمْوُ الْمَوْتُ
“Berhati-hatilah kalian masuk menemui wanita.” Lalu seorang laki-laki Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda mengenai ipar?” Beliau menjawab, “Hamwu (ipar) adalah maut.” (HR. Bukhari no. 5232 dan Muslim no. 2172).
Hamwu bukan hanya ipar saja namun setiap kerabat dekat istri yang bukan mahram. Yang masih mahram bagi suami dari keluarga istri adalah seperti ayah dan anaknya.
Hadits di atas juga mengajarkan larangan berdua-duaan dengan wanita yang bukan mahram.
لاَ يَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِامْرَأَةٍ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ ثَالِثُهُمَا
“Janganlah salah seorang di antara kalian berdua-duaan dengan seorang wanita (yang bukan mahramnya) karena setan adalah orang ketiganya.” (HR. Ahmad 1: 18. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih, para perowinya tsiqoh sesuai syarat Bukhari-Muslim).
Pernyataan ini menggambarkan dengan kuat betapa pentingnya menjaga batas-batas hubungan, terutama dengan kerabat dekat istri yang bukan mahram.
Kisah yang diangkat dalam film memperlihatkan kompleksitas dan bahaya yang mungkin timbul dari hubungan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung.
Pentingnya Memahami Konsep Hamwu dalam Hadits Dalam ajaran Islam, konsep hamwu tidak hanya merujuk kepada ipar, yaitu saudara laki-laki dari suami, tetapi juga mencakup semua kerabat dekat istri yang bukan mahram.
Ini berarti, sebagai suami, memiliki tanggung jawab untuk memahami siapa yang termasuk dalam lingkup mahram dan siapa yang tidak.
Al Laits menjelaskan bahwa al hamwu mencakup ipar dan keluarga dekat suami. Dengan demikian, ipar tidak termasuk dalam golongan mahram bagi istri. Ketika berinteraksi dengan kerabat dekat istri yang bukan mahram, kita harus berhati-hati.
Seringkali, karena seringnya bertemu, situasi yang dapat mengarah kepada tindakan terlarang seperti zina dapat terjadi tanpa disadari. Kasus-kasus seperti ini tidak jarang terjadi dan menjadi peringatan bagi kita semua.
Dalam mengaplikasikan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari, penting bagi kita untuk senantiasa menjaga batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh agama demi menjaga kehormatan dan kesucian hubungan antar sesama umat manusia.
Laman Pikiran Rakyat menyebut, awalnya, Hanung merasa agak ragu dengan judul Ipar Adalah Maut, yang menurutnya terdengar seperti judul sinetron biasa. Namun, semua perubahan terjadi ketika ia menyadari bahwa judul tersebut berasal dari sebuah hadits yang menunjukkan pentingnya menjaga batasan dalam hubungan keluarga.
“Ipar Adalah Maut awalnya saya agak resistance karena judul itu menurut saya, wah, kenapa sinetron banget, ya? Tapi kemudian, saya baru sadar bahwa itu berasal dari sebuah hadits dan mungkin ini adalah satu-satunya film saya yang dengan judul dari ayat, even itu saya membuat film religi sekalipun, itu nggak pernah dengan judul ayat,” kata Hanung Bramantyo dalam laman MD Entertainment.
Dalam hadits yang menjadi inspirasi judul ini, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa ipar adalah maut. Diksi yang digunakan, maut, sebenarnya bermakna kematian.
Hal ini memberikan pemahaman mendalam bahwa melanggar batasan-batasan yang telah ditetapkan dalam agama dapat membawa dampak serius, seperti kematian moral atau spiritual. (Hilal)