linimassa.id – Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan berkomitmen melakukan penanganan dan pencegahan stunting dengan kolaborasi berbagai pihak. Komitmen kolaborasi itu tertuang dalam Rembuk Stunting di Aula Blandong, Kamis (7/7/2022).
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dr Allin Hendallin Mahdaniar mengatakan, kegiatan tersebut sebagai upaya sosialiasi penanganan stunting.
Berdasarkan data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) angka stunting di Kota Tangerang Selatan meningkat. Pada 2019 lalu, tercatat angka stunting mencapai 15,39 persen. Angka itu kemudian meningkat pada 2021 menjadi 19,9 persen.
“Kegiatan Rembuk Stunting ini sebagai upaya mensosialisasikan dan membuat komitmen kembali bersama-sama melakukan penanganan stunting di Kota Tangerang Selatan,” kata Allin, Kamis (7/7/2022).
Allin menerangkan, dari data Dinas Kesehatan hasil dari survei di lapangan dari 133.000 balita ada 2.043 balita yang alami stunting atau hanya 1,5 persen. Menurutnya, ada berbagai faktor yang menyebabkan balita alami stunting.
“Penyebabnya banyak hal, ada hal yang memang lebih seringnya dari 2.043 di usia 2 tahun ke atas kemungkinan bagaimana pola asuh dan pola makan,” terangnya.
“Ini yang terus kita gencarkan berkolaborasi dengan OPD lain dengan DPMP3AKB, Dinas Pertanian, dan dinas lainnya bagaimana kita bersama sama mencegah itu dari hulu sampai hilir,” sambungnya.
Allin menuturkan, pihaknya bersama-sama melakukan intervensi spesifik dan intervensi sensitif untuk penanganan stunting. Intervensi spesifik dilakukan sebelum anak lahir dan setelah anak lahir.
Sebelum anak itu lahir, kata Allin, bagaimana para remaja yang akan hamil tidak kurang darah, maka diadakan program tablet penambah darah untuk remaja.
“Bagaimana saat hamil ibu ini memeriksakan kehamilannya minimal 6 kali, dipastikan tidak kurang gizi dan energi kronik. Kemudian bagaimana setelah lahir, bayi itu diberikan ASI eksklusif, pola makannya,” tuturnya.
Menurutnya, periode emas anak itu berada pada 1.000 hari setelah kelahiran. Sehingga para orang tua harus menjaga betul mulai dari pembuahan hingga anak usia 2 tahun.
“Periode emas itu 1.000 hari setelah kelahiran jadi itu yang harus dijaga betul,” tekan Allin.
Untuk melakukan pencegahan stunting pada balita, Allin menuturkan, pihaknya sudah menyosialisasikan data stunting ke kecamatan dan kecamatan serta bekerjasama dengan Kementerian Keagamaan (Keagamaan) untuk melakukan edukasi bagi calon pengantin.
“Kita action, kita sudah mempublikasikannya data ke lurah dan camat mereka sudah tahu dan artinya setelah itu kita turun sama-sama termasuk dengan Kemenag. Bagaimana kita mengedukasi calon pengantin sehingga betul-betul mereka sama-sama peduli terhadap dirinya sendiri dan keluarganya masa depan bahwa ini harus kita jaga,” papar Allin.
Sementara itu Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie berharap kerjasama semua pihak dalam mencegah dan menangani stunting di Kota Tangsel. Menurutnya, stunting bukan hanya soal asupan gizi tetapi juga kesehatan lingkungan.
“Banyaknya orang tua tidak tahu soal stunting kan itu mulai dari asupan gizi ketika dari bayi. Makannya saya minta Kementerian Agama ikut edukasi bagi calon pengantin. Stunting ni kerja bareng semua lintas sektor mencegah stunting itu bukan sekadar asupan gizi meskipun itu utama, tapi lingkungan yang sehat juga bisa mencegah stunting,” harap Benyamin. (adv)