linimassa.idlinimassa.id
  • News
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Gaya Hidup
  • Khazanah
  • Berita Video
Reading: Rabi’ul Awwal: Dari Gua Tsur ke Banjir Bali, Dari Hijrah ke Nestapa Negeri
linimassa.idlinimassa.id
  • News
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Gaya Hidup
  • Khazanah
  • Berita Video
Cari di sini
  • News
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Bisnis
  • Gaya Hidup
  • Khazanah
  • Berita Video
Punya akun? Sign In
Follow US
  • Disclaimer
  • Privacy
  • Redaksi
  • Info Iklan
© 2023 linimassa.id. Designed by dezainin.com
linimassa.id > Indeks > Khazanah > Rabi’ul Awwal: Dari Gua Tsur ke Banjir Bali, Dari Hijrah ke Nestapa Negeri
Khazanah

Rabi’ul Awwal: Dari Gua Tsur ke Banjir Bali, Dari Hijrah ke Nestapa Negeri

Andra 15 September 2025
Share
waktu baca 5 menit
Rabi'ul Awwal
Penulis Tentang Makna Rabi'ul Awwal, Muhamad Roby, Ketua PCNU Kab. Serang, pengamat sosial-keagamaan
SHARE

Oleh: Muhamad Roby. Rabi’ul Awwal selalu datang dengan wajah ganda: bulan kelahiran Nabi Muhammad ﷺ, juga bulan wafatnya; bulan hijrah yang melahirkan spirit sejarah, tetapi tidak dijadikan awal tahun Hijriah. Ia seakan menyimpan misteri yang terus mengintip kita dari balik lembaran kalender, mengingatkan bahwa sejarah Islam bukan sekadar angka dan tanggal, melainkan denyut nadi harapan dan luka.

Dan lihatlah kini, di pembuka Rabi’ul Awwal 1447 H, langit kita kembali berawan. Aksi massa menggelegar di jalanan, dari Jakarta sampai Kathmandu. Di Nepal, generasi muda menolak tirani sensor media sosial dan korupsi yang membusuk. Bentrokan pecah, penjara dibobol, darah tumpah, dan parlemen terbakar. Di Bali, banjir dan longsor menyapu rumah, jembatan, dan nyawa, meninggalkan air mata di puluhan desa. Di negeri sendiri, reshuffle lima menteri diumumkan dengan wajah baru, disertai lahirnya Kementerian Haji dan Umrah. Ironisnya, aroma busuk korupsi kuota haji justru tercium semakin kuat hingga pucuk pimpinan.

Semua seperti pusaran badai: nestapa lokal, tragedi global, intrik politik, bencana alam—berdesakan masuk di pangkuan satu bulan suci. Kita bertanya-tanya, apakah ini kebetulan, ataukah semacam isyarat dari langit agar kita belajar membaca dengan mata hati?

Al-Qur’an menyapa dengan kalimat sederhana namun abadi: “La tahzan, innallāha ma‘ana”—Jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita (QS At-Taubah: 40). Kalimat ini terucap di mulut Nabi ﷺ, ketika beliau dan sahabat tercinta, Abu Bakar ash-Shiddiq, bersembunyi di sebuah gua sempit di gunung Tsur. Saat itu, pasukan Quraisy sudah berada tepat di depan mulut gua, hanya setapak jaraknya. Abu Bakar panik bukan main, bahkan tubuhnya gemetar. Dalam riwayat disebut, kakinya digigit ular yang muncul dari lubang gua hingga ia menahan sakit teramat sangat, khawatir bergerak dan membocorkan persembunyian. Air matanya menetes, bukan sekadar karena rasa nyeri, tapi lebih karena takut Rasulullah ﷺ ketahuan dan terbunuh.

Di saat genting itulah Nabi ﷺ berbisik: “La tahzan, innallāha ma‘ana.” Jangan bersedih, wahai sahabat, Allah bersama kita. Rahasia Ilahi pun bekerja: seekor laba-laba menenun jaring di pintu gua, burung merpati bertelur di dekatnya, sehingga Quraisy terkecoh mengira gua itu sudah lama tak dimasuki manusia. Inilah mukjizat: saat manusia sudah sampai di batas terendah, Allah justru membuka jalan keluar yang tak pernah diduga.

Maka, bukankah kita juga sedang berada di “gua” hari ini? Gua ketidakpastian, gua korupsi, gua bencana, gua makar dan intrik asing? Kita takut, kita gelisah, tapi justru di situ Allah berjanji: bersama hamba-Nya yang tidak menyerah.

Teladan Abu Bakar menjadi cermin bagi kita. Ia menggigil, ia panik, bahkan ia terluka. Tetapi ia tetap setia, tidak lari, tidak meninggalkan Nabi ﷺ. Ketegarannya bukan karena ia tak takut, melainkan karena ia tahu ketakutan itu bisa dipeluk dengan keyakinan. Dan di saat dunia tampak runtuh, ia memilih untuk percaya pada bisikan Nabi: Allah bersama kita.

Banjir Bali bukan sekadar limpahan air hujan, ia adalah cermin rusaknya relasi kita dengan alam. Reshuffle kabinet bukan hanya pergantian wajah, ia adalah ujian apakah kekuasaan berarti amanah atau sekadar rotasi kursi. Kementerian Haji-Umrah bukan hanya institusi baru, ia adalah pertaruhan apakah ibadah suci bebas dari jual-beli kuota. Protes di Nepal bukan hanya letupan amarah, ia adalah jeritan generasi yang tak mau dikubur sensor. Semua ini berkelindan, menampar kita, memaksa kita bercermin: apakah kita masih punya sisa Abu Bakar dalam dada kita?

Makna Rabi’ul Awwal

Rabi’ul Awwal kali ini menolak kita larut dalam euforia maulid semata. Ia datang dengan luka, dengan air mata, dengan bara politik, dengan kehancuran alam. Tetapi ia juga membawa pesan: jangan bersedih, jangan menyerah.

Karena setiap kali Rabi’ul Awwal datang, sejarah justru dimulai kembali. Dari gua yang gelap lahir perjalanan cahaya. Dari hijrah yang terpaksa lahir sebuah kalender yang abadi. Dari wafat Nabi lahir kesadaran bahwa agama ini harus dijaga oleh umat, bukan sekadar oleh beliau seorang diri.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Kita pun dituntut menjadikan tragedi demi tragedi hari ini sebagai hijrah baru. Hijrah dari politik basa-basi menuju politik integritas. Hijrah dari pengelolaan alam yang serakah menuju ekologi yang rahmah. Hijrah dari kekecewaan massa menuju keberanian membangun solidaritas. Hijrah dari duka yang panjang menuju harapan yang tahan lama.

Seperti Nabi ﷺ yang berbisik menenangkan Abu Bakar di Gua Tsur, mari kita pun bisikkan pada diri sendiri dan sesama: Allah bersama kita. Dan selama keyakinan itu menyala, nestapa tidak pernah menjadi akhir, melainkan hanya pintu ke sebuah babak baru.

Muhamad Roby, Ketua PCNU Kab. Serang, pengamat sosial-keagamaan.

Share This Article
Facebook X Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link Print
26 November 2025
Ad imageAd image
Ad imageAd image
Ad imageAd image
Ad imageAd image
Ad imageAd image
Ad imageAd image
Ad imageAd image
Ad imageAd image

Terkini

Ansor Tangsel
GP Ansor Tangsel Soroti Rancangan Perda RTRW: Ada Kejanggalan Krusial
News
Kejati Banten
Kepala Kejati Banten Beri Pesan Khusus ke Kejari Tangsel: Jangan Kecewakan Masyarakat
News
Dikbud Kota Tangsel
Lawatan Sejarah, Cara Dikbud Kota Tangsel Tingkatkan Kecintaan Pelajar kepada Sejarah dan Cagar Budaya
Pendidikan
Pohon-pohon yang Ditanam setelah Luka
Menyembuhkan Luka dengan Menanam Pohon: Resensi novel Pohon-pohon yang Ditanam setelah Luka
Khazanah
Kadin Kota Tangsel
Arnovi Nyalon Ketua Kadin Kota Tangsel, Pengamat: Jadi Pertaruhan Wajah Gerindra
News
linimassa.idlinimassa.id
Follow US
© 2023 linimassa.id. Designed by dezainin.com
  • Disclaimer
  • Privacy
  • Redaksi
  • Info Iklan
logo-linimassaid
Selamat datang kembali!

Login ke akunmu

Username or Email Address
Password

Lost your password?