LINIMASSA.ID – Sedang viral diperbincangkan gaya hidup YONO yang menggantikan gaya hidup YOLO, khususnya pada kalangan Gen Z.
Kata YOLO sudah pasti tidak asing lagi ditelinga di telinga kamu, lantas apa bedanya gaya hidup YOLO yang sempat viral dan YONO yang saat ini banyak diperbincangkan?
Kemudian apa bedanya YONO dan YOLO (You Only Live Once), memiliki semboyan ‘hidup hanya sekali’ yang mana semboyan ini didominasi oleh para generasi muda.
Pada tren YOLO, mereka lebih fokus pada kebahagiaan saat ini atau jangka pendek dengan memprioritaskan pengalaman dibandingkan masa yang akan datang.
Berbeda dengan YONO, YOLO Misalnya menghabiskan waktu berwisata, shopping dan memilih makan di luar, terlihat tidak mempertimbangkan jangka panjang karena hanya untuk kepuasan sesaat.
Tentu saja hal ini berbanding terbalik dengan YONO (You Only Need One). Gaya hidup ini lebih meminimalkan dan mengurangi barang yang dimiliki dan berusaha mendapatkan sesuatu yang memang diperlukan saja.
Gaya Hidup YONO

Tren YONO hadir ketika ekonomi global dihadapkan dengan tantangan, contohnya kenaikan harga, inflasi dan suku bunga, dengan begitu tren ini menggeser gaya hidup YOLO.
YOLO yang diawali oleh generasi milenial mulai surut karena bergeser pada YONO yang diawali oleh generasi Z. Gen Z mulai menerapkan gaya hidup ini karena hidup hemat itu lebih keren.
Menyurutkan fomo, flexing atau membeli barang branded dan lebih memilih menabungkan uang yang dimiliki dengan membanggakan saldo yang merupakan hasil hemat mereka.
Mereka yang memilih gaya hidup YONO lebih memperhatikan suatu dampak apa yang dikonsumsi terhadap lingkungan dan mengurangi konsumsi yang tidak perlu.
Misalnya saat membeli barang, mereka akan mengutamakan kualitas dari pada kuantitas. Satu saja yang berkualitas tinggi namun tahan lama, ramah lingkungan dan mendukung ekonomi lokal.
Jika 2024 dipenuhi dengan gaya hidup YOLO, ditahun 2025 yang baru ini anak muda khususnya Gen Z mulai menerapkan gaya hidup YONO.