Linimassa.id – Penjual rujak banyak ditemukan. Baik gerobakan, rumahan, atau dijajakan di persimpangan jalan.
Rujak merupakan makanan yang dibuat dari buah-buahan kadang-kadang disertai sayuran yang diiris (ditumbuk dan sebagainya), kemudian diberi bumbu yang terdiri atas asam, gula, cabai, dan sebagainya.
Istilah rujak juga berarti “menghancurkan”, “memotong halus”, atau “menyayat” dalam bahasa Jawa Kuno.
Rujak bisa ditemukan di semua daerah di seluruh Indonesia, dan ada banyak variasi di dalam negeri. Varian rujak yang paling populer adalah rujak buah, yang merupakan campuran irisan buah dan sayuran yang disajikan dengan saus gula aren pedas.
Tidak seperti salad buah pada umumnya, rujak sering digambarkan sebagai salad buah yang tajam dan pedas karena sausnya yang manis dan pedas, yang terbuat dari cabai, gula aren, dan kacang tanah.[6] Rujak juga merupakan makanan jalanan yang populer di Bali.
Segar
Rujak Indonesia biasanya dibuat dari bahan-bahan segar terutama buah-buahan dan sayuran. Rojak di Malaysia dan Singapura memiliki pengaruh India yang kuat. Biasanya berisi tahu goreng, telur rebus, jícama parut dan cucur udang (udang goreng).
Rujak biasanya merupakan hidangan vegetarian yang tidak mengandung produk hewani, kecuali balutan manis dan tajam yang mungkin mengandung terasi.
Meskipun demikian, beberapa resep mungkin mengandung makanan laut atau daging. Rujak di Malaysia dan Singapura biasanya berisi sotong (sotong), sedangkan resep rujak tertentu di Indonesia mungkin berisi makanan laut atau daging.
Jenis
Beberapa jenis rujak antara lain:
Rujak Cingur dengan tambah mulut atau bibir sapi
Rujak Manis
Rujak Petis
Rujak Soto
Rujak Tahu
Rujak India
Rujak Bebeg merupakan varian rujak yang berisi buah-buahan serut dengan rasa cenderung masam, buah khas yang dicampurkan biasanya adalah jeruk bali. Kuah dari rujak ini di beberapa daerah diberi tambahan ebi atau terasi sebagai penyedap rasa. Di daerah Sunda, rujak bebeg biasanya dibuat dengan buah-buahan seperti pisang mentah, lobi-lobi, rawit, jambu, terasi, dan buah rujakan lainnya. Kata “bebeg” sendiri berasal dari proses pembuatan rujaknya yaitu dengan “dibebeg” menggunakan ulegan atau lumpang dari kayu.
Tertua
Rujak[ adalah salah satu hidangan tertua dan makanan paling awal yang diidentifikasi secara historis di Jawa Kuno. Kata “rujak” berasal dari bahasa Jawa (baru: rujak), di serap dari bahasa Jawa Kuno rurujak seperti dalam Prasasti Taji Jawa kuno (901 M) dari zaman Kerajaan Mataram di Jawa Tengah.
Hidangan ini kemudian diperkenalkan ke daerah lain dan negara tetangga oleh diaspora Jawa, serta keturunan India yang pernah tinggal di Pulau Jawa. Di Malaysia dan Singapura, itu dieja sebagai “rojak.
Orang Jawa di Indonesia telah memasukkan rujak ke dalam upacara pranatal mereka yang disebut Naloni Mitoni.
Dalam budaya Jawa, rujak merupakan bagian penting dari upacara pralahir tradisional yang disebut Naloni Mitoni atau tujuh bulanan (harfiah: bulan ketujuh), dan dimaksudkan untuk mendoakan calon ibu agar persalinannya lancar, lancar dan sukses.
Rujak buah khusus dibuat untuk acara ini, dan kemudian disajikan kepada calon ibu dan tamunya, terutama teman wanitanya. Resep rujak untuk upacara ini mirip dengan rujak buah khas Indonesia, hanya saja buahnya diparut kasar, bukan diiris tipis, dan jeruk bali sebagai bahan utamanya.
Dipercaya bahwa jika rujak secara keseluruhan rasanya manis, bayi yang dikandungnya perempuan, dan jika pedas, bayi yang dikandungnya laki-laki.
Masuknya cabai pedas dan kacang tanah mungkin telah terjadi pada awal era kolonial di abad ke-16, karena produk tersebut dibawa oleh pedagang Spanyol dan Portugis dari Amerika.
Disarankan bahwa rujak mungkin terkait dengan gado-gado Indonesia, sedangkan rujak di Malaysia dan Singapura menunjukkan pengaruh India dengan kacang berwarna oranye dan saus ubi jalar sebagai saus untuk gorengan (dengan sayuran, kelapa, udang, atau bahan lainnya di dalamnya), telur dan kentang.
Di Indonesia, rujak adalah makanan tradisional yang dijual di pasar tradisional, warung atau gerobak keliling oleh penduduk setempat; terutama orang Jawa, Sunda dan Bali.
Di Malaysia, rujak dikaitkan dengan kedai Mamak, yang merupakan kedai makanan Muslim Malaysia Malaysia di mana rujak mamak adalah hidangan yang populer. Di Singapura, rujak mamak umumnya dijual oleh Muslim India, rujak buah (rujak buah) terutama oleh orang Cina, dan rujak Bandung (Sotong) terutama oleh orang Melayu. Sekarang, mereka dijual di sebagian besar pusat jajanan di kota.
Kekayaan Kuliner
Rujak termasuk salah satu kekayaan kuliner Nusantara. Segar dan renyah, itulah sensasi yang membuat banyak orang yang ketagihan dengan kuliner khas Indonesia yang satu ini. Kuliner tradisional rujak mempunyai banyak tampilan dan nama.
Rujak merupakan cemilan atau kudapan yang disajikan setelah memakan makanan utama. Yang paling terkenal di Indonesia adalah rujak buah.
Rujak buah biasa dihidangkan tentu dengan buah yang setengah matang yang dipotong sesuai selera. Diberi saus khas Indonesia, yakni berbahan utama gula merah, kacang tanah, garam, dan cabai.
Buah setengah matang dipilih untuk rujak karena diyakini, dalam kondisi itu rasa buah lebih tajam dan teksturnya lebih renyah. Rujak buah biasanya berisi buah mangga, jambu air, kedondong, bengkuang, pepaya, nanas, mentimun.
Ragam
Laman Indonesia.go.id menyebut, di Tasikmalaya, Jawa Barat, kita akan menemukan rujak buah yang berbeda. Bahan dari rujak buah khas Tasikmalaya memakai pisang batu mentah dan bunga kecombrang.
Perpaduan dari pisang batu dan aroma bunga kecombrang akan menumbuhkan cita rasa yang unik bagi siapapun yang mencicipinya. Membayanginya saja sudah menggugah selera.
Pisang batu juga menjadi favorit untuk bahan membuat rujak bebeg. Disajikan bersama ubi mentah, pisang batu yang masih mentah itu dipotong kecil lalu ditumbuk dalam sebuah lumpang kayu atau batu. Bumbu yang dipakai hampir mirip dengan rujak buah, hanya saja lebih encer.
Di Surabaya, Jawa Timur, kita juga akan menemukan rujak khas daerah tersebut. Yakni, rujak cingur. Cingur dalam bahasa Jawa berarti “mulut”. Bahan dasar rujak cingur memang dari irisan mulut atau moncong dari sapi yang direbus dan dihidangkan bersama irisan buah timun, kerahi (timun khas Jawa Timur), mangga muda, bengkuang, nanas, kedondong, lontong, juga sayur-sayuran seperti kecambah, kangkung dan kacang panjang.
Saat penyajian, bahan-bahan tersebut disiram dengan bumbu yang terbuat dari petis udang, gula merah, cabai, kacang tanah goreng, bawang goreng, dan irisan tipis pisang klutuk yang masih muda.
Di Jawa Timur juga ada rujak petis. Kudapan itu dikenal lebih luas oleh masyarakat di wilayah Madura. Bahan bumbunya adalah petis khas Madura yang asin dan pekat dan dihaluskan bersama air dan cabai. Bumbu tersebut dihidangkan bersama potongan buah mentimun dan mangga muda.
Masih dalam keluarga rujak, ada juga asinan. Lazimnya, makanan ini dihidangkan dengan menggunakan sayuran dan buah-buahan seperti bengkuang, mangga, dan lain-lain. Biasanya, buah untuk makanan ini direndam dengan air garam dan cuka terlebih dahulu, hingga menghasilkan rasa buah yang asam sekaligus asin.
Di Yogyakarta ada rujak yang inovatif. Namanya, rujak es krim. Rujak asli Kota Pelajar ini memang sangat pas menikmati setelah diri terpapar udara panas. Penyajian rujak es krim ini, mirip dengan rujak buah serut. Hanya saja, kemudian ditambahkan es krim yang terbuat dari santan di bagian atasnya.
Di Desa Sangsit, Bali, juga ada rujak es. Bedanya, rujak es asli Desa Sangsit tidak mengandung buah sama sekali. Hanya berupa, minuman dingin dari gula merah, garam, asam, dan jeruk nipis, tanpa cabai, yang dipenuhi oleh es. Masyarakat Desa Tejakula, Bali, juga mengkonsumsi kuliner sejenis itu, hanya mereka menambahkan irisan mentimun dan kacang. (Hilal)