SERANG, LINIMASSA – Ratusan warga dari Kecamatan Bojonegara dan Kecamatan Puloampel, Kabupaten Serang, kembali turun ke jalan pada Senin, 17 November 2025. Mereka memprotes beroperasinya truk tambang yang dianggap tidak mematuhi aturan jam operasional.
Padahal, Gubernur Banten Andra Soni telah menetapkan pembatasan waktu bagi truk tambang, yakni hanya boleh beroperasi mulai pukul 22.00 hingga 05.00 WIB. Meski begitu, warga menilai aturan ini masih sering dilanggar.
Aksi dimulai dengan longmarch dari wilayah Puloampel, Bojonegera menuju akses Gerbang Tol Cilegon Timur. Massa bergerak menggunakan mobil komando dan sepeda motor. Berbagai elemen masyarakat ikut terlibat, seperti tokoh adat, perangkat desa, pemuda, ibu-ibu, hingga kalangan mahasiswa.
Setibanya di akses jalan nasional dekat pintu tol, massa langsung melakukan blokade. Beberapa truk tambang yang hendak melintas dihentikan dan diminta kembali ke arah asal.
Dalam tuntutannya, warga meminta pemerintah menindak tegas para sopir dan perusahaan angkutan tambang yang tidak mematuhi jam operasi. Selain itu, masyarakat juga mendesak percepatan pelebaran jalan di koridor Bojonegara–Puloampel, yang selama ini dianggap tidak memadai untuk menampung lalu lintas kendaraan berat.
Ketua Karang Taruna Kecamatan Puloampel, Luki Sosiawan, menegaskan bahwa kegiatan truk tambang telah menimbulkan banyak dampak negatif bagi lingkungan dan keselamatan warga. Ia menilai penegakan aturan masih lemah sehingga pelanggaran terus terjadi.
Saat aksi berlangsung, Sekretaris Daerah Provinsi Banten, Deden Apriandhi Hartawan, bersama Sekda Kabupaten Serang, Zaldi Dhuhana, mendatangi lokasi aksi. Kedua pejabat ini hadir ketika massa tengah berorasi di jalan nasional.
Kedatangan dua Sekda tersebut disambut sorakan massa. Para peserta aksi menegaskan bahwa mereka ingin langsung bertemu Gubernur Banten Andra Soni serta Bupati Serang Ratu Rachmatuzakiyah, bukan hanya pejabat yang mewakili.
“Kami ingin Gubernur hadir, bukan perwakilan,” ujar Irhom, salah satu mahasiswa yang bertindak sebagai orator dari atas mobil komando. Ia mengatakan warga memilih kepala daerah untuk membawa perubahan, termasuk menyelesaikan persoalan truk tambang yang kerap menimbulkan masalah.
Massa juga menyatakan akan menunggu kehadiran langsung Gubernur dan Bupati. Jika tidak datang, mereka mengancam akan bergerak menuju Gerbang Tol Serang Timur.
Walau dua Sekda sudah hadir, massa tetap menyampaikan orasi secara bergantian dan menegaskan kembali tuntutan utama: pemimpin daerah harus datang menemui warga dan memberikan solusi atas permasalahan truk tambang.



