linimassa.id – Wali Kota Bogor, Bima Arya, memimpin Panen Raya Padi Organik di Agro Eduwisata Organik (Aewo) Mulyaharja, RT 05/01, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Minggu (10/12/2023). Panen sebanyak 10 ton per hektar ini menjadi momen terakhir Bima Arya sebagai Wali Kota Bogor.
“Ini adalah panen terakhir saya sebagai wali kota, saya ucapkan terima kasih kepada seluruh warga yang sudah bersama-sama, berikhtiar, berkolaborasi, berinovasi dari mulai camat, lurah, DKPP yang saling berkolaborasi dan konsisten berkarya,” ujarnya.
Bima Arya menyampaikan terima kasih kepada seluruh warga yang berkolaborasi, berinovasi, dan berikhtiar bersama dalam menjalankan program di Kota Bogor. Ia menekankan bahwa Aewo Mulyaharja adalah contoh nyata bahwa dengan konsistensi, tidak ada yang tidak mungkin.
Bima Arya menitipkan pesan agar lahan Aewo Mulyaharja tidak dijadikan perumahan. Ia berharap area tersebut tetap dijaga dan dikunci untuk mencegah perubahan fungsi, sehingga bisa terus berkembang dengan keberagaman kegiatan, termasuk pertanian, warung kopi, UMKM, dan seni.
Wali Kota menegaskan pentingnya menjaga lahan Aewo Mulyaharja agar warga benar-benar sejahtera. Keberlanjutan lahan ini diharapkan membawa dampak positif, seperti peningkatan pendapatan, penanganan pengangguran, akses pendidikan, dan pekerjaan untuk anak-anak.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bogor, Chusnul Rozaqi, menekankan pentingnya mempertahankan lahan pertanian di Kota Bogor sesuai dengan Perda Nomor 6 tahun 2021. Saat ini, Kota Bogor memiliki total 127,42 hektar lahan pertanian dan 58,66 hektar lahan pertanian pangan berkelanjutan.
Rozaqi mengingatkan bahwa lahan pertanian di Mulyaharja adalah modal Kota Bogor untuk memproduksi padi sebagai sumber kebutuhan hidup. Ia menegaskan perlunya menjaga dan melindungi lahan pertanian dari pengembang agar keberlanjutan pertanian dapat terjaga.
DKPP melaporkan peningkatan hasil panen dari 8 ton per hektar menjadi 10 ton per hektar di Mulyaharja. Total lahan sawah di lokasi tersebut mencapai 23 hektar, dengan 3 hektar untuk pertanian organik dan 20 hektar untuk pertanian non-organik yang dikelola oleh dua Kelompok Tani Dewasa (KTD). (AR)