linimassa.id – Selama ini tinju dikenal sebagai olahraga yang sangat lelaki alias maskulin. Meskipun pada kenyataannya saat ini ada juga cabang tinju yang dimainkan wanita.
Ini merupakan olahraga dan seni bela diri yang menampilkan dua orang partisipan dengan berat yang serupa bertanding satu sama lain dengan menggunakan tinju mereka dalam rangkaian pertandingan berinterval satu atau tiga menit yang disebut ronde.
Baik dalam Olimpiade ataupun olahraga profesional, kedua petinju menghindari pukulan lawan mereka sambil berupaya mendaratkan pukulan mereka sendiri ke lawannya.
Nilai diberikan untuk pukulan yang bersih dan mantap sampe bonyok ke bagian depan pinggang ke atas ke muka ke otak yang sah dari lawan, dengan pukulan ke kepala dan dada mendapat nilai lebih.
Petinju dengan nilai yang lebih tinggi setelah sejumlah ronde yang direncanakan akan dinyatakan sebagai pemenang.
Kemenangan juga dapat dicapai jika lawan dipukul jatuh dan tidak dapat bangkit sampai hitungan kesepuluh dari wasit (suatu Knockout atau KO) atau jika lawan dinyatakan tidak mampu melanjutkan pertandingan (suatu Technical Knockout atau TKO). Untuk keperluan rekor pertandingan , TKO dihitung sebagai KO.
Asal Mula
Kata “tinju” adalah terjemahan dari kata Inggris “boxing” atau “Pugilism”. Kata Pugilism berasal dari kata latin, pugilatus atau pinjaman dari kata yunani Pugno, Pignis, Pugnare, yang menandakan segala sesuatu yang berbentuk kotak atau “Box” dalam bahasa Inggrisnya.
Tinju Manusia, kalau terkepal, berbentuk seperti kotak. Kata Yunani pugno berarti tangan terkepal menjadi tinju, siap untuk pugnos, berkelahi, bertinju. Dalam mitologi, bapak dan Boxing adalah Poliux, saudara kembar dari Castor, putera legendaris dari Jupiter dan Leda.
Pertandingan tinju yang pertama tercatat dalam sejarah adalah antara lain melawan Abel. Kitab mahabrata juga mencatat pertandingan-pertandingan tinju, hal mana mendahului pencatatan cerita-cerita perkelahian di antara bangsa Yunani, Romawi, dan Mesir.
Petinju terkenal pertama berkebangsaan Yunani bernama Theagenes dari Thaos yang menjadi juara Olympic Games 450 Masehi.
Ia melakukan pertandingan sebanyak 1.406 kali dengan menggunakan cetus sarung tinju yang terbuat dari besi. Kebanyakan dari lawan-lawan itu tewas ketika bertarung melawannya.
Meskipun boxing terkenal berabad-abad lamanya sebagai suatu bentuk hiburan, namun seorang Inggris yang bernama Jack Broughton, juara britania, yang juga merupakan orang pertama yang menggunakan sarung tinju. Peraturan dan sarung tinju ini di perkenalkan pada 10 Agustus 1973.
Sarung Besi
Dilansir dari laman Bola, tinju datang dari bangsa Romawi, Mesir, serta Yunani. Menurut catatan sejarah, awalnya, para petinju di zaman itu tidak menggunakan sarung tinju, melainkan menggunakan sarung besi sehingga banyak memakan korban meninggal.
Petinju yang terkenal saat itu ialah Theagenes yang berasal dari Thasos, Yunani. Theagenes telah menjadi juara Olimpiade tinju yang diadakan pafa 450 M. Ia melakukan pertandingan tinju 1.406 kali selama hidupnya.
Sementara itu, tinju amatir yang terorganisasi resmi dimulai pada 1880 dan makin populer sampai masuk dan dipertandingkan di Olimpiade.
Pertandingan tinju kali pertama dipertandingkan pada Olimpiade 1904 di St. Louis, Amerika Serikat.
Kemudian tahun 1973 baru muncul peraturan versi terbaru sarung tangan tinju yang berbahan spons. James Ping adalah petinju pertama yang menggunakan sarung tinju bahan spons dan juga seorang juara dari Britania.
Semenjak saat itu, olahraga tinju menjadi berkembang pesat hingga masuk ke Indonesia.
Legenda tinju dunia saat ini seperti Muhammad Ali, Mike Tyson, Floyd Mayweather Jr, Manny Pacquiao, dan Tyson Fury.
Indonesia
Di Indonesia, olahraga ini masuk dan dipopulerkan oleh Hindia Belanda atau KNIL (Koninklijk Nederlands Inside Large).
Namun, sejak kalahnya Belanda oleh Jepang membuat setiap pertandingan tinju yang diselenggarakan tidak ada organisasi yang bertanggung jawab.
Kondisi tersebut membuat pihak kepolisian ingin mendirikan organisasi tinju. Didi Karta Sasmita, Komandan Kepolisian di Jakarta, akhirnya mendirikan PERTIGU (Persatuan Tinju dan Gulat) dengan ketuanya Frans Mendur pada 28 April 1955.
Menjelang Olimpiade Roma tahun 1960, Indonesia hendak ikut berpartisipasi. Namun, ketentuan dari IOC (International Olympic Commitee) mengharuskan ada organisasi tinju amatir yang mandiri di Indonesia.
Pada 30 Oktober 1959 berdirilah PERTINA (Persatuan Tinju Amatir Indonesia). Olahraga tinju profesional sempat dilarang dipertandingkan di Indonesia akibat politik Indonesia pada waktu itu cenderung ikut blok sosialis.
Di Indonesia, lahir beberapa juara tinju dunia seperti Chris John. Petinju berjuluk The Dragon itu mencatat rekor sebagai peringkat kedua dalam daftar petinju yang dapat mempertahankan gelar juara tinju sepanjang masa. (Hilal)