LINIMASSA.ID – Belakangan ini, tren “Marriage Is Scary” menjadi topik hangat di kalangan generasi muda, khususnya Gen Z. Tagar ini ramai diperbincangkan di media sosial, mengungkapkan perasaan ketakutan dan keraguan terhadap pernikahan.
Banyak Gen Z yang mempertanyakan alasan di balik tren ini dan mengaitkannya dengan kasus-kasus kekerasan rumah tangga (KDRT) yang ramai diekspos, sehingga mengubah persepsi masyarakat terhadap pernikahan. Persepsi bahwa pernikahan adalah sesuatu yang menakutkan mulai muncul dari berbagai cerita di media sosial.
Bahkan, Hawaariyyun, seorang konten kreator yang juga Gen Z, kerap membahas isu-isu pernikahan dalam Kanal YouTube pribadi dengan nama yang sama mengungkapkan, bahwa banyak dari anak-anak muda yang beranggapan semakin seringnya kasus KDRT dipublikasikan, semakin kuat pula kekhawatiran mereka.
“Meskipun KDRT bukanlah fenomena baru, namun karena pelaku adalah sosok yang dikenal publik, masyarakat merasa terpukul. Efeknya pun meluas, bukan hanya di Indonesia, tapi juga di kancah internasional,” ungkap Hawaariyyun.
Dahulu, orang-orang ingin menikah muda atau Gen Z karena tren nikah muda dianggap sebagai jalan yang indah dan benar, terutama dalam ajaran agama. Sekarang, yang disorot adalah sisi-sisi menyakitkan dari pernikahan, yang akhirnya memunculkan tren bahwa menikah itu menakutkan.
Kekhwatiran Gen Z

Kekhawatiran Gen Z terhadap pernikahan juga dipengaruhi oleh perubahan dalam informasi yang mereka terima. Jika di era 2010-an tren menikah muda dan tagar menikah adalah ibadah banyak muncul di media, kini yang terlihat adalah konten tentang masalah-masalah dalam rumah tangga, yang menyebar melalui media sosial dan jadi konsumsi publik.
Tren ini menimbulkan dua sisi persepsi. Di satu sisi, ada orang-orang yang menjadi lebih berhati-hati dalam melangkah ke jenjang pernikahan. Sementara di sisi lain, ada pula yang merasa bahwa tren ini bisa mengarahkan mereka untuk terlalu takut sehingga tidak melihat sisi positif dari pernikahan itu sendiri.
Melansir dari kanal YouTube Hawaariyyun, Menurut Ustadz Felix Siauw, Islam mengajarkan untuk menyeimbangkan antara harapan dan ketakutan dalam segala hal, termasuk dalam pernikahan. Jika rasa takut terlalu besar, itu bisa membuat seseorang menutup harapannya terhadap hal-hal baik dalam pernikahan.
Ketakutan akan pernikahan yang dialami Gen Z dapat dipahami, terutama dengan semakin banyaknya cerita kekerasan dalam rumah tangga yang mereka saksikan. Namun, penting untuk diingat bahwa pernikahan adalah sebuah perjalanan panjang yang membutuhkan persiapan, bukan hanya dari sisi emosional tetapi juga spiritual.

Mereka yang siap berkomitmen disarankan untuk mencari bimbingan dari keluarga atau mentor, guna memahami hakikat pernikahan yang sesungguhnya. Banyak pula yang percaya bahwa memiliki pembimbing pernikahan atau berkonsultasi dengan guru agama bisa menjadi solusi.
Setiap pasangan sebaiknya memiliki orang yang bisa membimbing dan memberikan solusi dalam menghadapi permasalahan rumah tangga. Jangan sampai masalah ini keluar ke publik tanpa adanya solusi yang baik.

Tren “Marriage Is Scary” sebenarnya bisa menjadi pengingat bagi generasi muda atau Gen Z untuk lebih selektif dan berhati-hati dalam memilih pasangan hidup, dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan menikah.
Meskipun rasa takut adalah hal yang wajar, penting bagi setiap individu untuk tetap menjaga keseimbangan antara rasa takut dan harapan, serta selalu mengedepankan ilmu dan persiapan dalam menghadapi pernikahan.