PANDEGLANG, LINIMASSA.ID – Ternyata bukan cuma Momogi yang ukurannya jadi lebih kecil, tempe di Pandeglang juga kini ukurannya mengecil, sengaja dibuat oleh pengrajinnya.
Krisis ekonomi tampaknya mulai berdampak pada rakyat kecil, terbukti, ukuran tempe di Pandeglang kini jadi lebih kecil.
Tempe di Pandeglang jadi lebih kecil lantaran para pengrajin tempe mengaku tak kuat menahan lonjakan harga kedelai yang meroket naik.
Usut punya usut, ternyata harga kedelai yang naik disebabkan oleh dampak perang dagang atas kebijakan tarif impor dari Amerika Serikat.
Harga kedelai impor yang ikut naik sejak beberapa minggu terakhir, jelas berpengaruh terhadap tempe di Pandeglang yang produksinya terkendala. Hal ini kemudian membuat para pengrajin harus memutar otak agar usahanya bisa bertahan.
Dari harga kedelai yang sebelumnya Rp8.800 per kilogram, naik menjadi Rp12.000 per kilogram. Kenaikan harga kedelai ini membuat para pengrajin tempe pusing tujuh keliling.
Para pembuat tempe di Pandeglang mengaku tak mau menaikkan harga jual lantaran takut ditinggal kabur para pembeli atau konsumen.
Terpaksa, strategi yang dilakukan pun ialah mengubah ukuran tempe, menjadi lebih kecil dari sebelumnya. Ya, walaupun sering menerima keluhan dari pembeli, namun hal ini terpaksa mereka lakukan.
Pengakuan Produsen Tempe di Pandeglang
Salah satu produsen tempe di Pandeglang Yadi mengatakan, dirinya dan banyak produsen lain tak tahu harus berbuat apa melihat realitas kenaikan harga kedelai.
“Dampak kenaikan kedelai impor ini kerasa banget, harga kedelainya naik parah,” keluh Yadi, Minggu 20 April 2025.
Di satu sisi, Yadi juga tak mau menaikkan harga jual tempe, karena ia sadar jika daya beli masyarakat terutama pembeli tempe di Pandeglang rendah.
Yadi juga mengaku kesulitan menyesuaikan pengeluaran karena harus tetap menggaji karyawan di tengah mahalnya bahan baku.
“Kalau bahan baku semahal ini, kita jadi minim buat bayar gaji karyawan. Kami minta pemerintah pusat dan daerah jangan tinggal diam. Tolong kami, pengrajin tahu dan tempe, jangan sampai kami tutup usaha karena nggak ada respons,” jelasnya.
Yadi berharap kenaikan bahan baku kedelai tersebut bisa dapat segera turun kembali seperti biasanya, sehingga dalam produksi tak merasa terbebani baginya.
“Mudah-mudahan bisa segera turun normal lagi harga kedelai, harapan saya harga stabil biar harga pasar bisa terjangkau dan tempe bisa normal lagi,” tutupnya.