linimassa.id – Sklerosis merupakan jenis penyakit langka dan tidak dapat disembuhkan. Penyakit tersebut muncul akibat sistem kekebalan tubuh menyerang lapisan pelindung saraf.
Penyakit kronis ini perlu dikenali lebih awal agar dapat menghindari kemungkinan buruk yang bisa terjadi.
Untuk meningkatkan kesadaran bahaya sklerosis, ada satu hari khusus untuk memperingatinya. Peringatan ini dikenal dengan Multiple Sclerosis Day yang jatuh pada 30 Mei.
Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal pelayanan kesehatan, sklerosis atau multiple sklerosis (MS) adalah suatu penyakit neurodegeneratif (kerusakan sel saraf) akibat proses demielinisasi (robekan pembungkus akson) kronik pada sistem saraf pusat. Hal tersebut disebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat.
MS biasanya diderita oleh kelompok pasien usia dewasa-muda, antara 30 sampai 40 tahun. Secara umum, populasi di seluruh dunia telah mencapai 30 kasus per 100.000 populasi. Dari jumlah kasus tersebut, hanya sekitar 2-5% yang menjangkit manusia usia kurang dari 18 tahun.
Saat terjadi multiple sclerosis, sistem kekebalan tubuh menyerang lapisan lemak yang melindungi serabut saraf (mielin). Hal ini menyebabkan gangguan komunikasi antara otak dan seluruh tubuh.
Penderita sklerosis ganda harus ditangani secepat mungkin. Jika tidak, MS dapat menyebabkan penurunan atau kerusakan saraf permanen.
Terjadinya penyakit MS diperkirakan dimulai dengan adanya kontak dengan faktor pemicu (agen infeksi). Dengan kontaminasi tersebut, sistem imun mengaktivasi kondisi autoaktivitas sel.
Multiple sclerosis merupakan penyakit yang dapat memberikan efek berkepanjangan. Oleh karena itu, penderita penyakit ini perlu rutin berkonsultasi dengan dokter untuk memantau perkembangan penyakit dan evaluasi pengobatan.
Orang-orang yang menderita penyakit autoimun, diabetes tipe 1, penyakit tiroid, atau radang usus lebih berisiko mengalami multiple sclerosis.
Oleh karena itu, penderita penyakit tersebut perlu kontrol rutin ke dokter untuk mencegah berkembangnya penyakit dan mendeteksi dini komplikasi dari penyakit yang dideritanya.
Sklerosis pertama kali ditemukan pada 1882. Penemu pertamanya adalah Sir Agustus D’este dari Inggris. Penyakit ini disebabkan karena adanya plak dan sclerosis pada susunan saraf pusat.
Penyakit ini menjangkit orang di AS hingga S 250.000-350.000 setiap tahunnya. Sementara itu, dalam beberapa penelitian menunjukkan kecenderungan meningkat pada daerah Skotlandia, Finlandia, Norwegia, Itali, Irlandia Utara.
Dilansir dari laman multiplesclerosis.or.id, sklerosis disebabkan oleh kerusakan mielin, selubung pelindung saraf, oleh sistem kekebalan tubuh. Kerusakan tersebut menyebabkan hubungan antara otak dan bagian tubuh lainnya terganggu.
Sistem kekebalan tubuh yang menyerang selubung mielin ini menyebabkan saraf rusak dan tidak berfungsi lagi. Kerusakan saraf tersebut tidak dapat diperbaiki.
Penyebab sistem kekebalan tubuh menyerang mielin tidak diketahui secara pasti. Kendari demikian, beberapa penelitian menemukan bahwa faktor genetik , kekurangan vitamin D, infeksi virus atau bakteri dapat berpengaruh.
Sama seperti penyakit pada umumnya, sklerosis ini memiliki beberapa gejala. Antara lain:
Gangguan penglihatan, pandangan kabur, tidak terfokus, dan penglihatan ganda.
Rasa baal/kebas dan kesemutan pada anggota gerak dan wajah.
Rasa sakit berkepanjangan, otot pegal, dan kejang.
Rasa lelah tanpa sebab.
Pusing dan vertigo.
Masalah keseimbangan yang mempengaruhi cara berjalan.
Tidak bisa menahan kencing.
Masalah kognitif seperti (tetapi tidak terbatas pada) gangguan mengingat, berbahasa, susah fokus, dan mudah lupa.
Depresi tanpa sebab.
Emosi labil.
Gemetar tak terkendali.
Gangguan pendengaran.
Kejang-kejang.
Masalah pernapasan atau menelan.
Disfungsi seksual.
Multiple Sclerosis merupakan jenis penyakit sulit ditebak karena gejalanya cukup beragam. Gejala pertama dapat muncul pada usia 20 atau 40 tahun, kemudian gejala dapat bertahan selama beberapa minggu dan hilang begitu saja atau bertambah buruk. Bahkan, tak menutup kemungkinan gejala selain yang disebutkan di atas bisa menjadi tanda seseorang menderita Multiple Sclerosis.
Tanda dan gejala dari kondisi ini sangat bervariasi dan tergantung pada jumlah kerusakan saraf dan saraf mana yang terpengaruh. Beberapa pengidap yang mengalami kondisi parah mungkin kehilangan kemampuan untuk berjalan secara mandiri. Sementara itu, beberapa pengidap lainnya mungkin mengalami pengurangan gejala lama tanpa gejala baru.
Pengobatan Multiple Sclerosis
Hingga saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan multiple sclerosis. Perawatan berfokus pada pengelolaan gejala, mengurangi kekambuhan, dan memperlambat perkembangan penyakit.
Adapun rencana perawatan komprehensif mungkin termasuk terapi, manajemen kambuh, rehabilitas fisik, dan konseling kesehatan mental.
Perubahan gaya hidup dapat mencegah dan memperbaiki kondisi pengidap. Misalnya dengan mengonsumsi makanan yang sehat, berolahraga secara teratur, mengelola stress, dan tidak merokok dan membatasi asupan alkohol. (Hilal)