linimassa.id – Benarkah sempoa merupakan alat hitung paling tua di dunia? Simak yuk.
Sempoa masih sering digunakan dari masa ke masa di beberapa negara. Dalam buku The Book of Origins (2007) karya Trevor Homer, sempoa sebagai peralatan yang digunakan untuk penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian secara mekanis.
Dengan sempoa, maka perhitungan tidak membutuhkan pensil dan kertas. Sempoa biasanya digunakan untuk bilangan dasar apa pun, tetapi biasanya dalam per sepuluh.
Laman Kompas menyebut, ada dua bentuk sempoa, yaitu menggunakan alat bantu pada sebuah papan dengan tanda khusus dan yang satu menggunakan manik-manik yang diutas pada kawat kemudian dipasang pada sebuah bingkai.
Latin
Kata sempoa adalah bahasa latin, diambil dari bahasa Yunani abax artinya permukaan datar. Diduga sempoa diciptakan oleh bangsa Babilonia dan sudah digunakan sejak tahun 2.400 Sebelum Masehi. Karena papan tersebut sering dibuat dari bahan yang memburuk dari masa ke masa, hanya sedikit yang ditemukan.
Papan penghitung paling tua yang bisa diselamatkan disebut Tablet Salamis, Yunani pada 1899. Penggunaan sempoa juga menyebar dari Yunani dan Roma ke China, kemudian ke Jepang dan Rusia.
Sempoa milik masyarakat Babilonia bisa digunakan untuk menghitung penjumlahan dan pengurangan, tapi metodenya lebih sulit dari sempoa modern.
Masyarakat Yunani juga memiliki sempoa, yang disebut Salamis Tablet, diketahui berasal dari tahun 300 SM.
Walaupun sempoa diyakini bermuka dari Babilonia sekitar tahun 2.700 SM, sempoa milik bangsa Yunani dianggap sebagai papan hitung tertua di dunia.
Bangsa Tiongkok juga memiliki sempoa yang disebut sebagai suanpan, diperkirakan berasal dari tahn 2 SM.
Nah, suanpan berbeda dengan sempoa masyarakat Babilonia, karena sempoa ini sudah bisa digunakan untuk menghitung berbagai operasi aritmatika.
Mulai dari penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, akar kuadrat, hingga akar pangkat tiga.
Sempoa dari Tiongkok kemudian mulai menyebar ke Jepang dan Korea dengan nama yang berbeda.
Sempoa dari Tiongkok diberi nama soroban setelah sampai di Jepang. Sedangkan di Korea, sempoa disebut jupan.
Selain di Asia, konsep menghitung seperti sempoa juga mulai digunakan oleh orang-orang di Eropa dan Amerika, nih.
Sejarah menuliskan, ada dua alat bantu hitung yang konsepnya mirip dengan sempoa diketahui digunakan oleh bangsa Inca di Amerika. Alat hitung ini disebut quipu dan yupana.
Sedangkan di Rusia, alat bantu yang konsepnya mirip dengan sempoa disebut sebagai schoty.
Setelah digunakan secara luas di wilayah Rusia, schoty mulai menyebar ke wilayah Eropa lainnya, termasuk Perancis.
Sempoa di China biasa disebut “suanpan”. Aturan penggunaannya muncul pada abad ke-13.
Suanpan terdiri dari dua deck, atas dan bawah, dipisahkan ileh pembagi. Dek atas memiliki dua manik-manik di setiap kolomnya. Masing-masing dari dua manik di kolom atas bernilai 5. Sedangkan setiap manik di dek bawah dan bernilai satu. Sempoa kemudian dapat dibaca seakan-akan kita membaca nomor.
Manik-manik dipindahkan ke balok tengah untuk menunjukkan angka yang berbeda. Misalnya, jika tiga manik-manik dari dek bawah di kolom yang telah dipindahkan ke tengah, sempoa menunjukkan angka tiga.
Jika satu manik dari dek atas dan tiga manik-manik dari dek bawah dipindahkan ke tengah, ini sama dengan delapan, karena manik dek atas bernilai lima.
Jepang
Sempoa di Jepang disebut “soroban”. Meskipun tidak digunakan secara luas hingga abad ke-117, beberapa orang tetap menggunakannya hingga sekarang. Siswa Jepang pertama kali mempelajari sempoa pada masa remaja, bahkan mereka harus sekolah khusus sempoa.
Kontes sempoa pun juga dihadirkan antara pengguna soroban dan kalkulator modern. Dan paling sering soroban menang dalam kontes.
Orang yang terampil biasanya lebih cepat menghitung dengan soroban, dibandingkan kalkulator. Soroban memiliki perbedaan sedikit dengan sempoa China. Di mana soroban hanya memiliki satu baris manik-manik di dek atas. Sedangkan di dek bawah hanya ada empat manik-manik.
Manik-manik tersebut memiliki nilai yang sama dengan sempoa China. Sebagai contoh, pada suanpan angka 10 ditunjukkan dengan memindahkan dua manik-manik di dek atas atau hanya satu manik di dek atas kolom puluhan. Di soroban, angka 10 ditunjukkan hanya di kolom puluhan.
Sempoa di Rusiaa disebut “schoty”. Mulai digunakan pada 1.600-an. Skotnya berbeda dengan sempoa lain karena tidak dibagi menjadi beberapa dek. Manik-manik pada schoty bergerak pada kabel horizontal dan bukan vertikal.
Setiap kawat memiliki sepuluh manik-manik dan setiap manik bernilai satu dikolom satuan, 10 di kolom puluhan, dan sebagainya. Schoty juga memiliki kawat untuk seperempat rubel, mata uang Rusia.
Dua manik-manik tengah di setiap baris berwarna gelap. Skot menunjukkan angka nol ketika semua manik-manik dipindahkan ke kanan.
Manik-manik dipindahkan dari kiri ke kanan untuk menunjukkan angka dan skot masih digunakan di zaman modern.
Kalkulator
Pada akhir 1946, seorang pejabat pos Jepang sangat terampil dalam menggunakan soroban dan mengikuti sebuah kontes dengan seorang tentara Amerika. Kontes tersebut untuk menambah, mengurangi, dan mengalikan angka.
Orang Amerika menggunakan kalkulator paling modern. Dalam empat dari lima kontes, pejabat Jepang dengan soroban lebih cepat. Dirinya hanya dikalahkan dalam masalah multiplikasi.
Yap, kalkulator merupakan salah satu alat hitung yang membantu memudahkan kita untuk menghitung.
Manfaat
Selain membantu kita dalam menghitung soal matematika yang dikerjakan, berhitung menggunakan sempoa ternyata juga memberikan berbagai manfaat, lo.
Manfaat pertama adalah untuk melatih dan menyeimbangkan otak kanan dan kiri. Hal ini disebabkan karena saat kita menggunakan sempoa, maka kedua tangan kita ikut bergerak untuk memindahkan butiran manik-manik yang ada di sempoa.
Menghitung menggunakan sempoa juga bisa melatih daya imajinasi dan kreativitas kita, karena dari soal yang didapatkan, kita harus membayangkan penghitangan yang dilakukan menggunakan sempoa.
Manfaat lain yang bisa didapatkan dengan menghitung menggunakan sempoa adalah koordinasi tangan dan otak yang lebih baik.
Saat memindahkan manik-manik sempoa, otak kita juga akan bekerja untuk menghitung jumlah manik-manik yang dipindahkan.
Konsentrasi kita juga jadi akan meningkat saat menghitung menggunakan sempoa, nih, teman-teman.
Swipoa
Swipoa dikenal pula sebagai sempoa, sipoa, dekak-dekak, atau abakus adalah alat kuno untuk berhitung yang dibuat dari rangka kayu dengan sederetan poros berisi manik-manik yang bisa digeser-geserkan. Swipoa digunakan untuk melakukan operasi aritmetika seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian dan akar kuadrat.
Swipoa telah digunakan berabad-abad sebelum dikenalnya sistem bilangan Hindu-Arab dan sampai sekarang masih digunakan pedagang di berbagai belahan dunia seperti di Tiongkok.
Swipoa sering digunakan sebagai alat hitung bagi tunanetra karena manik-manik pada swipoa dapat dengan mudah dirasakan dengan jari-jari. Sehelai kain lembut atau selembar karet biasanya diletakkan di bawah swipoa untuk mencegah manik-manik bergerak secara tidak sengaja. (Hilal)